Share

3 Bertanggung jawab

Kedua tangan yang hampir terlepas dari besi, tertangkap oleh tangan seorang pria yang semalam menolongnya. Dika datang, berniat untuk mencari tahu keberadaan Ayu. Dengan kekuatannya, Dika berhasil membawa Ayu naik dan terduduk kembali di lantai balkon kamarnya.

"Kamu nggak waras Yu?" tanyanya dengan hembusan napas yang tersengal-sengal.

"Harusnya, kamu jangan menolongku! Biar aku mati saja!" teriak Ayu menatap tajam Dika.

Pria itu memeluk Ayu. Gadis yang ia cintai dalam hatinya, benar-benar terlihat hancur.

"Sebaiknya tenangkan diri kamu Yu! Aku bantu!" tuturnya.

Dika menuntun Ayu masuk kembali ke kamarnya, gadis itu masih menangis tiada henti. "Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Dika.

Ayu menggeleng, ia tidak mau menceritakan masalah yang menimpa dirinya saat ini. Belum lagi, pria yang menolongnya sudah merebut hatinya diam-diam.

"Baiklah! Aku tidak akan memaksa hal itu, sekarang kau tenangkan dirimu, beristirahat sejenak. Aku datang karena khawatir melihat keadaanmu semalam. Sekarang kau harus tenang, aku akan pergi!" kelakarnya.

Ayu mengangguk lemas, pria itu tahu bagaimana menenangkan dirinya dengan lembut. “Apakah, ia akan tetap seperti ini kepadaku? Jika ia mengetahui hal yang terjadi padaku sebenarnya?! ”

Ia menatap sendu kepergian Dika. Seorang pria yang berprofesi sebagai seorang guru dan mau membantunya belajar tentang semua agama yang dianutnya. Sehingga, ia mengagumi sosok Dika sebagaimana wanita menyukai seorang pria.

Ia memejamkan kedua matanya sejenak, mengikuti apa yang diucapkan oleh Dika. Menenangkan jiwa dan pikirannya saat ini.

Sampai waktu malam hari tiba,

Ardian memberanikan diri untuk melamar Ayu. kepada kedua orang tua Ayu. Raut wajah amarah tergambar jelas dari wajah sang ayah.

Sandi mengepalkan tangannya, ia merasa geram mengetahui jika putri bungsunya sudah ternodai oleh Ardian. Sementara itu, Dewi hanya bisa memandang pintu kamar Ayu dari kejauhan. Sejak tadi tidak ada suara Ayu. Hal itu membuat Dewi merasa sedih, merindukan sosok Ayu yang selalu ceria.

Saka terpaksa menceritakan semua perihal yang terjadi. Sandi benar-benar geram, hatinya terluka. Anak perempuannya mengalami hal yang tidak terduga.

"Siapa yang menodai kamu? Katakan?" tanya Sandi, ia ingin mendengar dari ucapan anaknya sendiri.

"Bukan, yang melakukan itu Ayah dari temanku!" jawab Ayu pelan.

"Apa?" Sandi begitu murka, sementara sang ibu begitu syok mendengar nasib yang sedang dialami anaknya.

“Ayu, kenapa semuanya bisa terjadi kepadamu?” Dewi menangis tersedu melihat penderitaan yang sedang dialami Ayu.

Ayu berlari dan masuk ke kamar, ia mengunci pintu kamarnya dan kembali menangis tersedu.

***

"Ayah!" panggil Saka.

Sandi menoleh ke arah pintu masuk, disana sudah berdiri seseorang pria yang mencoba membuat langkah menghadapi orang tua gadis yang ia nodai kemarin. Wajahnya terlihat tenang tanpa takut, Ia pun mencoba tidak canggung dan berusaha menyapa keluarga Ayu.

"Selamat malam Pak, Bu! Saya yakin semuanya sudah mengerti akan kejadian yang tidak pernah ada niat saya hari itu, dengan begitu, izinkan saya menebus kesalahan saya!"

Kepala keluarga itu menatap ragu ke arah istrinya. Pria yang berada dihadapannya ini tidak begitu jauh usianya dengan Saka.

"Dari hati yang paling dalam saya benar-benar minta maaf, saya benar-benar menyesal karena yang saya lakukan di luar kendali saya! Sebagai manusia, saya pun merasa bersalah, untuk itu saya siap bertanggung jawab menikahi Ayu." ujarnya, mewanti-wanti keputusan kedua orang tua Ayu.

Sandi merasa lega, jika Ardian mau mengakui perbuatannya dan mau bertanggung jawa. Namun saat ini Ayu belum bisa menerima keadaan yang tengah ia hadapi, karena Ayu masih mengalami trauma.

"Saya ikut kecewa jika kejadian ini sudah menimpa anak saya, tetapi saya juga merasa lega karena Nak Ardian mau bertanggung jawab atas semuanya! Sayangnya kondisi Ayu masih belum stabil, dia masih trauma! Mungkin lebih baik menunggu keputusan Ayu, dia berhak menentukan menerima Nak Ardian atau tidak!" tukasnya.

"Yah, kalau menunggu Ayu! Pria ini bisa saja pergi dan tidak ingin bertanggung jawab!"

"Saya tidak akan pergi! Saya menuruti perkataan Bapak! Saya juga akan bertanggung jawab atas trauma yang dialami oleh Ayu."

Mendengarkan penjelasan Ardian, membuat Saka semakin tidak suka dengan sikap Ardian.

"Ayah, apa Ayah yakin dengan keputusan Ayah?" tanya Dewi.

Sandi menghela napasnya pelan, ia hanya bisa menganggukkan kepalanya mantap, memberi kesempatan kepada Ardian.

"Apa saya boleh bertemu dengan Ayu?" tanya Ardian.

"Tidak! " Cecar Saka.

"Saka! Jaga sikap kamu!" tegur Sandi.

Saka terdiam, Sandi belum bisa mengizinkan Ardian untuk bertemu dengan Ayu.

"Baiklah, tolong segera kabari saya jika keadaan Ayu sudah membaik! Besok saya akan kirim teman saya untuk membantu Ayu!" ujarnya ramah.

***

Sesuai janjinya kepada keluarga Sandi. Ardian meminta temannya yang berprofesi sebagai seorang psikolog datang untuk menemui Ayu.

Dewi merasa ragu, apakah dengan cara ini mampu membuat Ayu lekas membaik? Dewi hanya bisa berharap akan ada keajaiban untuk anaknya.

Dewi dengan senang hati mengantarkan Rahma, tentu ia berusaha waspada. Namun, dari tutur bicara dan sikap sopan santun wanita itu, mampu mengurangi sisi pikiran negatif Dewi.

Ayu terdiam melihat ibunya membawa seorang wanita datang kepadanya. Rahma memperkenalkan dirinya kepada Ayu. Tentu Ayu hanya bersikap biasa melihat kedatangan Rahma.

"Aku enggak gila Bu, aku masih waras tidak perlu memanggil psikolog hanya untuk menyembuhkanku!" ucap Ayu kesal.

"Ay, Ibu tahu, tapi ada baiknya kamu harus ditangani oleh Rahma, setidaknya kamu bisa cepat pulih!" jelas Dewi memberitahu Ayu secara perlahan.

"Bisa tinggalkan kami sebentar Bu?" pinta Rahma.

Dewi menganggukkan kepalanya dan tersenyum memilih keluar dari kamar sesuai permintaan Rahma.

Dewi merasa jika Ardian adalah pria yang dapat dipercaya, sesekali Ardian menghubungi dirinya bertanya tentang keadaan Ayu saat ini. Ia pun menghargai sikap Ardian yang mau bertanggung jawab sepenuhnya.

Ayu begitu tertarik melihat Rahma yang mampu mengajaknya berbicara hal pribadi, seperti kesukaan lagu, buku, hobi tentang cita-cita Ayu kedepannya.

Tentunya wanita itu mampu menarik Ayu untuk terbuka segala hal yang sedang dialaminya.

"Memang tidak mudah Yu! Tetapi apapun itu patut kita syukuri. Perlu kamu ketahui jika kamu bisa menghadapi ini semua dengan baik, kamu bisa menjadi dewasa! Tidak ada yang bisa menghapus masa lalu, kecuali kita berusaha melupakannya.

Ayu, hidup kamu masih panjang! keluargamu menyetujui jika kamu menikah dengan pria yang menodai kamu! Dia juga korban yang tidak tahu menahu, hal itu bisa kita cari jalan keluarnya nanti. Dia berusaha memperbaiki kesalahannya membersihkan nama kamu. Walaupun memang susah untuk menolak takdir yang sudah terjadi, Ardian berniat baik, dia bukan orang jahat, jika kamu siap, kamu bisa berikan jawaban yang tepat untuk Ardian. Dia sudah berusaha memperbaiki hal ini, aku yakin kamu kuat dan kamu pasti bisa menemukan kebahagiaan setelah ini!"

Ayu terdiam, ia merasa jika yang dikatakan Rahma benar adanya, ia harus bisa menerima keadaan apapun itu, ia juga harus bersyukur, semua keluarganya mendukung dirinya untuk bangkit kembali.

Ayu menghapus air matanya, ia mengambil sisi baik dari apa yang sudah ia alami. Ia mencurigai jika semua yang terjadi adalah perbuatan Siska dan teman-teman yang lain.

***

Semakin hari Ayu berangsur membaik. Ia berusaha mengikuti saran Rahma, banyak yang mendukungnya. Namun, saat ini ia masih belum berani untuk pergi bersekolah.

Sesekali Rahma menghubunginya lewat ponsel, memperhatikan bagaimana sikap pasiennya setelah semua yang ia lakukan untuk membangkitkan rasa positif dalam hidup gadis itu.

"Apa kamu sudah memiliki jawaban untuk pria itu Yu? Aku dengar ia akan melamarmu?"

"Belum!"

"Apa kamu ingin menikah?"

tanya Rahma kembali.

"Tentu, dengan pria yang kucintai" sahutnya.

"Jadi kamu mencintai seseorang? Maaf jika aku terlalu banyak ingin tahu rahasia kamu!"

"Tidak apa, aku hanya menyukai satu orang pria, dia orang yang baik, selalu menolongku, tetapi aku tidak tahu jika ia menyukaiku atau tidak!"

"Ya katakan saja apa yang kamu rasakan, mungkin kamu akan tahu jawabannya jika kamu berusaha untuk terus terang."

"Sudah terlambat untuk mengatakannya, Aku harus menerima Bang Ardian sebagai calon suamiku, karena keluargaku menyetujuinya."

"Ya sudah tidak apa-apa kalau jodoh memang tidak akan kemana!"

Ayu tersenyum, ia cukup senang mengenal Rahma, ia bisa melanjutkan hidupnya lebih baik lagi dengan dukungan keluarganya.

"Mungkin kita akan lama tidak bertemu lagi, karena aku harus keluar kota ada urusan keluarga, terimakasih sudah mau membagi ceritamu kepadaku!" ungkapnya sambil tersenyum, walaupun ia tahu Ayu tidak akan melihat senyumannya.

Gadis itu masih ragu, belum bisa memberi jawaban kepada Ardian. Ia masih ragu untuk melupakan Dika. Jika ia menikah dengan Ardian, bagaimana Dika? Bisakah ia mampu melupakan sang pujaan hatinya?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status