Ardian dan keluarga kecilnya sudah sampai di rumah mereka, Roman begitu gembira, ia pun masuk lebih dulu dan terpesona melihat seisi rumah mewah sang kakak. "Maaf Roman, kau baru ku ajak ke rumahku!" ucap Ardian, walaupun Roman tidak menanggapi ungkapannya. Ayu mengusap pundak Ardian, ia sendiri merasa iba melihat sang suami yang harus bersabar merawat adik satu-satunya. "Daddy, Mommy, aku bawa Arkana ke kamar ya!" tutur Siska, yang terlihat sudah rindu dengan suasana rumahnya. "Baiklah, hati-hati menggendong Arkana!" timpal Ardian. Ayu pergi menuju dapur, ia mencoba membuat minuman untuk Ardian dan Roman. Ardian terlihat lelah, ia menyandarkan pundaknya di sofa. Sementara Roman sudah berlari ke kolam renang. "Hati-hati Roman, di sana licin!" teriak Ardian. Roman hanya mengangguk, ia merasa senang melihat kolam renang yang luas, tidak lama ia merendamkan kedua kakinya dan bermain air di kolam renang. Ardian melihat ke arah Ayu, ia tersenyum dan berjalan mendekati pujaan hatiny
Roman hanya bisa pasrah, namun hidupnya harus terus berjalan sesuai keinginannya, usianya sudah begitu matang untuk memiliki sebuah keluarga. Namun, cintanya kepada Nafa tidak akan pernah pudar sampai detik ini, wajah cantik Nafa terus terbayang di ingatannya, dan sekilas wajah Nafa terlihat sama dengan Ayu di bagian mata, dan senyumnya yang begitu khas. "Ayu, wanita itu yang kemarin mencoba menolongku!" ucapnya. Roman tengah berdiri di balkon ruang tengah, ia tersenyum melihat pemandangan di sekitar teras rumah. "Keluarga yang sempurna!" celetuknya, yang ikut bahagia melihat kebahagiaan sang kakak. Ardian, Arkana dan Ayu tengah asik bermain di taman, mereka begitu ceria dan gembira, sangat serasi ketika Ardian memeluk Ayu dari belakang dan memberikan sebuket bunga mawar merah kesukaan Ayu. "Aku ikut bahagia, jika kau bahagia Bang!" ucap Roman. Roman berjalan menuju dapur, tadi pagi Ayu sudah mengajaknya untuk makan bersama, namun Roman belum merasakan lapar. Beranjak siang, Rom
Pagi ini Ayu merasakan tubuhnya begitu lelah, setiap pagi ia merasa malas untuk melakukan apapun. Ardian tengah bersiap untuk pergi ke kantor, ia pun melangkahkan kakinya menuju ranjang mereka, dan mendekati Ayu yang masih meringkuk dan tubuhnya tertutupi oleh selimut. "Sayang, kamu sakit?" tanya Ardian. "Hem, aku merasa mual, aku sedang malas, huekk ...!" jawab Ayu. Ardian terjengkit, suhu tubuh Ayu begitu hangat, wajahnya sedikit pucat. "Kita periksa saja ya!" ajak Ardian. "Tidak perlu, aku istirahat saja Mas, kamu kan harus bekerja!" jawab Ayu. Ardian tidak bisa memaksa istrinya itu, hari ini ia begitu sibuk sekali dengan urusan pekerjaannya di kantor. "Baiklah, tetapi jika kamu benar-benar ingin periksa, hubungi aku!" tukas Ardian. "Iya Sayang," jawab AyuArdian bergegas untuk pergi, ada rasa khawatir di benaknya karena harus meninggalkan Ayu. Siska saat ini sedang menjalani KKN di luar kota, sementara Arkana sedang berada di rumah neneknya. Ardian berlari menuruni anak
Sekar, wanita itu tampak geram, dari awal ia sudah membenci Ayu, dan tidak menyukai pernikahan Ardian bersama Ayu, ia menyesal tidak melanjutkan rencananya untuk mengambil Ardian dari Ayu, kesibukannya sebagai seorang pengusaha membuatnya buta harta dan tidak peduli lagi kepada Siska, putri kandungnya. Saat ini nasibnya berubah drastis, ia sudah tidak dikelilingi oleh kemewahan yang ia miliki, ia pun sudah menjadi seorang sopir taksi online yang harus menafkahi diri sendiri. Ingin sekali ia bertemu dengan Siska, putri yang sangat ia rindukan selama menjadi Sekar yang memulai hidup sederhana. Hati dan pikirannya kini tengah beradu, ia ingin memulainya kembali bersama Ardian, pria yang pernah mencintainya dengan tulus dan ikhlas. Setelah sekian lama ia mencari sosok Aldi, pria yang menghianatinya dan meninggalkannya saat ia tengah mengandung Siska. Sekar sudah tidak mau mencari sosok pria tersebut, baginya saat ini Ardian adalah pria terbaik yang pernah hadir di dalam hidupnya, kenang
"Jadi, bisa kau ceraikan Ayu? Aku ingin kita kembali" pinta Sekar. Ardian menggeleng, ia menatap Sekar dan membuang pandangannya. Ingatan masa-masa saat Sekar menghianatinya terulang kembali di memori ingatannya. Ardian sudah melupakan itu semua, dan berharap jika Sekar dapat mengerti perasaannya. "Tidak Sekar, aku bukanlah pria yang jahat, dulu sekali aku mengharapkan kamu kembali. Nyatanya tidak! Sekarang yang harus kau perjuangankan adalah Siska! Putrimu harus tahu jika ayah kandungnya berada di negara ini!""Aku tidak mau kembali pada laki-laki itu! Dia penghianat, aku tidak bisa!" jawab Sekar. "Pilihan ada dirimu Sekar! Setidaknya saat Siska menikah nanti, aku tidak berkewajiban untuk menjadi wali nikahnya!"Sekar kembali terdiam, yang dikatakan Ardian ada benarnya. Seharusnya ia berjuang untuk mendapatkan hak Siska sebagai seorang anak perempuan dari Aldi. "Hilangkan rasa nafsumu itu! Siska membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya!"Tidak ada jawaban dari bibir Sekar, seb
Langkah Ardian terhuyung ketika ia berjalan menuju kamar putrinya. Ia juga mendengar suara bising dari lantai dasar. Suara musik mengalun keras, sebab sebuah pesta yang digelar saat ini sudah direncanakan oleh anaknya. Selang beberapa menit, Ardian merasakan pusing akibat terlalu berlebihan mengkonsumsi minuman beralkohol.Duda berusia lebih dari kepala tiga itu sangat merasa haus. Sehingga ia tidak sengaja mengambil gelas berisi air tawar yang ditaruh di atas meja belajar milik Siska, putri kesayangannya. Tanpa berpikir lama, Ardian segera meminumnya sampai tandas. Rasa pusing terus membuatnya merasa berat untuk membuka matanya, ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan tangannya meraba sesuatu. Ia membuka kedua matanya, lalu tersenyum senang melihat seorang wanita yang sedang tertidur pulas disampingnya. "Istriku Sekar, apakah kau kembali lagi padaku?" ucapnya dan membuka kancing kemeja miliknya. Ardian merasakan sesuatu yang menggugah hasratnya, wanita yang terbaring itu hanya
Ayu lantas berteriak, merasakan seseorang datang meraih tubuhnya. Seseorang memeluk tubuhnya dan membawa Ayu sampai terguling untuk menghindari mobil yang ingin menabrak Ayu.Spontan Ayu meronta, ia memukul tubuh pria yang sudah menolongnya."Ayu!" Suara pria itu membuat gadis itu langsung menoleh dan terkejut melihat kehadiran Dika, guru mengaji Ayu."Kak Dika?" desisnya terisak. Ayu mendorong tubuh Dika, ia mencoba bangkit dan meninggalkan Dika yang terlihat bingung.Pria itu merasa heran dengan keberadaan Ayu, di jalan raya dalam waktu tengah malam seperti ini. Sehingga muncul banyak pertanyaan dalam benaknya, yang tidak mampu ia ungkapkan. "Aku antar pulang ya Yu," ajaknya, berlari sedikit menyamai langkah muridnya itu. Ayu merasa lemas, kakinya sudah tidak kuat untuk berjalan. Dengan sigap ia menopang tubuh Ayu dan menggendongnya lau membawa masuk ke dalam mobilnya. Karena merasa tidak kuat, Ayu pingsan saat Dika membantunya duduk didalam kursi mobil. "Ya Allah, kamu kenap
Kedua tangan yang hampir terlepas dari besi, tertangkap oleh tangan seorang pria yang semalam menolongnya. Dika datang, berniat untuk mencari tahu keberadaan Ayu. Dengan kekuatannya, Dika berhasil membawa Ayu naik dan terduduk kembali di lantai balkon kamarnya. "Kamu nggak waras Yu?" tanyanya dengan hembusan napas yang tersengal-sengal. "Harusnya, kamu jangan menolongku! Biar aku mati saja!" teriak Ayu menatap tajam Dika. Pria itu memeluk Ayu. Gadis yang ia cintai dalam hatinya, benar-benar terlihat hancur. "Sebaiknya tenangkan diri kamu Yu! Aku bantu!" tuturnya. Dika menuntun Ayu masuk kembali ke kamarnya, gadis itu masih menangis tiada henti. "Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Dika.Ayu menggeleng, ia tidak mau menceritakan masalah yang menimpa dirinya saat ini. Belum lagi, pria yang menolongnya sudah merebut hatinya diam-diam. "Baiklah! Aku tidak akan memaksa hal itu, sekarang kau tenangkan dirimu, beristirahat sejenak. Aku datang karena khawatir melihat keadaanmu semalam. S