Share

5 Orang Ketiga

Ardian melonggarkan dasinya saat tiba dirumah setelah ia kembali menjenguk calon istrinya, ia melepaskan kedua sepatu hitam khas pekerja kantoran. Beberapa hari ini ia merasa lelah untuk mencari jalan keluar atas masalahnya. Ia pun masih teringat sedikit kejadian awal sebelum semuanya terjadi.

Sampai saat ini, ia masih begitu ragu untuk menyampaikan pernikahannya kepada orang tuanya dikampung. Hari ini pun suasana terlihat  sepi, tidak ada sosok putrinya.

"Tidak dijawab! Kemana dia? Hanya Siska yang bisa menjelaskan kesalah pahaman ini, karena dia yang membawa Ayu masuk ke rumah ini, atau mungkin ini rencana Siska, agar aku menikah dengan temannya?" Ia mencoba menerka-nerka.

Ia melangkah masuk ke kamar mandi, sungguh ia tidak bisa membayangkan pernikahan esok. Benaknya terus bertanya-tanya.

Pria itu pernah gagal dalam membina rumah tangga dulu. Ia takut, hal itu akan terulang kembali pada pernikahan Keduanya ini. Sekar memang belum dapat tergantikan, sosok itu selalu terbayang selama dirinya menjadi duda. Namun, setelah Ayu berkelibat dikehidupannya. Ardian lupa akan masa merindunya pada Sekar.

Ia merendamkan tubuhnya di bathup, rasanya begitu lega, hari ini ia dapat bersantai, sebelum memulai hari kehidupannya yang baru bersama Ayu. Air hangat itu mampu menghangatkan tubuhnya.  Teringat masa silam, perpisahannya bersama Sekar.

Wanita itu tega menduakannya, dan memberikan anak hasil perselingkuhannya kepadanya. Tidak ada yang bisa ia lakukan, karena saat itu ia sudah terlanjur kecewa, namun tak tega melihat bayi berwajah merah tidak mendapatkan kasih sayang seorang ayah. Ia bisa menerima anak itu. Namun, mantan istrinya tetap berusaha mengejar cinta dari ayah kandung bayi itu. Dan sampai saat Siska sudah beranjak dewasa.

Selesai membersihkan diri, alangkah terkejutnya ia melihat Ayu yang datang kembali menemuinya.

"Ayu?" panggilnya.

Ayu datang seorang diri, ia menatap tajam pria yang masih terbaluti handuk di pinggulnya.

"Hal apa yang membuatmu datang Yu?" tanyanya.

Ayu terdiam, ia datang tanpa memgabari lebih dulu. "Sebaiknya ganti pakaian dulu, aku ingin bicara sesuatu!" ucapnya, dan keluar kamar meninggalkan  Ardian yang masih terlihat bingung.

Tidak lama, Ardian menyusul Ayu. Bagi Ayu, rumah ini sudah tidak asing baginya. Selama Ardian pulang, gadis itu mengikuti sampai rumah. Sikap Ayu membuat Ardian menjadi curiga dan bingung.

"Aku mau kita menikah besok!" ujarnya.

Ardian justeru terdiam, rencana untuk menikahinya sudah matang diselenggarakan minggu depan. "Kamu yakin?" tanyanya, memastikan.

"Iya, kenapa? Anda keberatan? Apa Anda takut?" tanyanya menantang.

"Tidak, sama sekali itu bukan masalah, apa alasannya?!" Ardian masih tidak percaya akan permintaan Ayu.

"Apa aku perlu menyebutkan alasannya? Setelah yang kau lakukan kemarin?!"

Kalimat yang ketus itu membuatnya terdiam. Ardian menundukkan pandangannya.

"Dan satu hal yang aku mau, jangan katakan ini pada Siska!"

Ayu rasa cukup untuk memberitahu Ardian tenang permintaannya ini. Ia memutuskan untuk memberi pelajaran kepada Siska, bagaimana rasanya terjebak tanpa kesalahan apapun.

Gadis itu memilih pulang, sedangkan diluar rumah hujan turun dengan cepat.

"Berteduhlah dulu, setidaknya sampai hujannya reda!" ujar Ardian.

Ayu menurut, tadi ia datang menggunakan taxi online. Dan sekarang ia harus bersabar menunggu hujan turun.

Ponsel Ardian berbunyi, ternyata Siska mencoba menghubunginya.

"Kamu dimana? Kenapa tidak pulang?!" tanya Ardian.

"Aku di Villa milik Sintia, aku di Bali!" Jawab Siska, dengan suara berbisik karena diiringi musik yang begitu berbunyi kencang, sehingga sedikit membuat Ardian begitu kesal.

Ayu yang mendengar itu, segera mendekati Ardian. Ardian mulai merasa gugup, ketika Ayu memperhatikannya. "Ya sudah, nanti hubungi Daddy lagi!" titah Ardian.

Ayu merasa kesal melihat, Ardian yang mematikan ponselnya. "Kenapa berisik sekali?!"

"Sepertinya Siska tengah berpesta!" jawab Ardian.

Ayu menatap tajam ke arah pria itu. "Sepertinya Siska, wanita yang hobi menggelar pesta! Sudah berapa korban kejahilannya, seperti aku ini?!"

"Apa maksudmu Yu?!"

"Maksudku, Anda harus bisa menghimbau kegiatan anak gadis Anda! Aku bisa tertidur telanjang bulat karena perbuatannya. Jika ia memang begitu senang melakukan pesta seperti itu, pasti bukan hanya aku korban sepertinya."

"Siska, tidak mungkin berbuat jahat seperti itu!" bela Ardian.

"Ya, aku belum memiliki bukti, tetapi aku akan tetap menyalahkan Anda atas semua yang Anda lakukan!"

"Ini masalah kita Yu! Tolong jangan libatkan Siska!"

Semakin Ardian membela Ayu, semakin kesal jadinya. Lebih baik ia pamit dan meninggalkan Ardian.

"Ingat! Besok malam, aku ingin kita menikah!" ucapnya dan pergi, walaupun hujan sudah tidak turun dengan deras.

Ayu bersiap untuk berlari melewati hujan, namun tangan Ardian meraih tangannya, sehingga langkahnya terhenti sejenak, dan hujan membasahi tubuh mereka.

"Kau menginginkan pernikahan kita besok malam? Sepertinya kau tidak dapat pergi!" desisnya. Ardian melangkah perlahan mendekati Ayu. Ayu mencoba untuk mundur dan menghindar pria itu.

"Apa mau kamu? Jangan macam-macam!" teriaknya takut.

Ardian meraih tengkuk Ayu, secepatnya ia ingin mencium gadis ini. "Lepas! Jangan kurang ajar!" bentak Ayu.

"Aku tidak pernah kurang ajar, bukankah ini alasannya, agar kita bisa menikah dengan cepat? Aku yakin, kau sudah merasa tidak sabar!"

Ayu semakin emosi, tangan kanannya reflek menampar pipi Ardian.

"Sungguh kau gadis yang kejam, aku ingin mengantarmu pulang! Kau mau pulang dengan cara apa? Tidak ada angkutan di komplek ini! Jadi turuti perintahku!" ucapnya.

Ardian mengelus pipinya dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya mengenggam tangan Ayu. Ia semakin tidak bisa berkutik, ini kesalahannya kenapa bisa ia mengikuti Ardian sampai rumah.

Sementara itu di Bali, Siska tengah berkumpul bersama teman-temannya. Mereka begitu asik merayakan kemenangan atas rencana mereka yang sudah menjebak Ayu.

"Bagus! Setidaknya sudah tidak ada lagi wanita penganggu pacar-pacar kita!" ucap Runia.

"Seno pasti udah tidur bareng sama Ayu, pastinya Ayu bakal frustasi dan enggak akan mampu menanggung malu, ya kan Sintia?" tanya Siska.

"Pasti! Kita akan buat dia menyesal, jika dia hamil, kita permalukan saja di depan anak satu sekolahan."

Ketiga gadis itu terlihat gembira dan bahagia, namun mereka tidak tahu. Jika gadis yang mereka jebak akan membuat mereka menyesal sudah menjebak dan merusak harga dirinya.

***

Tidak mengantarkannya pulang, Ardian justeru membawa calon istrinya ke butik. Ayu disuruh untuk memilih busana pengantin mereka. Namun di saat memilah dan memilih, Ardian dan Ayu tidak sengaja bertemu dengan seorang pria yang begitu dirindukan Ayu.

Dika menyapa keduanya, dengan kedua matanya Dika mencoba menahan air matanya untuk tidak turun melihat gadis yang dicintainya akan menikah dengan pria lain.

"Selamat ya Yu!"ucapnya.

Ayu mengangguk pelan. Ardian merasa sebagai orang ketiga dalam hubungan mereka. Ini yang ditakutkannya. Pernikahan tanpa cinta akan ia hadapi! Akankah pernikahan keduanya di masa mendatang dapat berjalan mulus? Sementara Ayu terlihat begitu tulus mencintai Dika.

"Baiklah, aku keluar sebentar!" ucap Ardian, meninggalkan keduanya untuk bertemu pandang lebih lama.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status