Share

8 Jatuh Hati

Setelah melakukan prosesi yang begitu sederhana, Ardian dan Ayu pamit untuk pergi dari rumah, mengingat mereka sudah menjadi sepasang suami-istri yang sah. 

Tangisan Dewi pecah, bagian ini menjadi hal terberat untuknya. Hati kecilnya belum bisa menerima semuanya secara ikhlas. Tentu ia masih merasa khawatir, gadis kecilnya itu belum cukup umur untuk mengarungi kehidupan rumah tangga. 

"Jangan menangis Bu, Ayu tidak pergi jauh, Ayu masih di sekitar Jakarta, kalau ada waktu Ayu akan bermain ke sini!"

Senyum yang terbit dari sang putri menguatkan hati sang ibu. Ayu mengusap air mata yang sudah luruh membasahi wajah Dewi. Kenangan bersama sejak dulu seakan menjadi kisah yang tidak bisa dilupakan sampai kapan pun. 

"Ibu akan merindukan kamu, Nak! Sehat-sehat ya Sayang. Kamu harus kuat Nak, rumah tangga itu tidak mudah seperti jalan yang lurus, kalian harus bisa melewati segalanya bersama. Jangan egois dalam menghadapi masalah. Ingat Nak, jangan Jangan bersikap buruk pada suamimu, sekarang Ardian adalah imam-mu bersikap baik padanya. Jangan lupakan Ibu ya, sering datang ke rumah ya."

Dewi memeluk erat putrinya, rasa sesak di dadanya perlahan menghilang. Bagaimana pun, ia akan merasakan kejadian ini. Melepaskan buah hatinya untuk melanjutkan hidup, membangun kehidupan bersama pasangannya. 

"Kami pamit, assalamualaikum!" ucap Ardian. 

Terasa berat ketika melangkah pergi meninggalkan keluarganya. Ia pun tidak mau meneteskan air matanya di depan kedua orang tuanya juga kakaknya. 

Keduanya menaiki mobil, Ayu hanya tersenyum dan melambaikan tangannya kepada keluarganya. 

“Maafkan aku Ayu, jika aku harus memisahkan kamu dengan keluargamu!” 

Ardian mulai melajukan mobilnya, lelaki itu tahu bagaimana perasaan yang tengah dirasakan Ayu. 

Ardian meraih jemari Ayu, lalu mengecupnya. Spontan ia menarik kembali tangannya, berusaha menjaga jarak dengan suaminya. 

"Ada apa?" tanya Ardian. 

"Tidak! Aku hanya terkejut!"

"Sudah halal, tentu aku bisa melakukan itu kapan saja bukan?" tanyanya. 

"Melakukan hal?"

Sesaat ia terdiam, dan menoleh ke arah suaminya, dan Ardian hanya menampakkan senyum nakal kepadanya. 

"Bisakah kau bersikap sopan di depan-ku?" Nada suaranya mulai tinggi. 

"Maksudku, aku bisa bergandengan tangan denganmu, melakukan kegiatan bersama selama di rumah. Bukankah aku sudah bersikap sopan di depan keluargamu? Apa kau masih belum yakin dengan hubungan ini?!" tanyanya lagi. 

"Ah ..., itu. Aku butuh waktu, tidak mungkin aku langsung jatuh cinta padamu."

"Ya, aku paham! Aku akan berdoa semoga kau bisa membuka hati untuk orang sepertiku," balasnya. 

Namun tampak kilatan kedua matanya yang   masih berair. 

"Jangan bersedih Ayu, seminggu sekali kamu bisa mengunjungi keluargamu, aku tidak memisahkan kamu dengan keluarga-mu!"

Mendengar itu, tanpa sadar ia mengangguk.  Ia memilih membuka handpone-nya, berselancar di sosial media. Nampak sesekali ia mengukir senyum, sesuatu tengah menghiburnya lewat video lucu. 

Sebuah pesan masuk tertera di layar, pesan seseorang yang masih menjadi penguasa hatinya. 

[Bagaimana kabarmu? Bisakah kita bertemu?] 

Berat untuknya mencoba membalas salam sapa yang selalu ia nantikan. 

[Maaf, aku sudah pergi menuju rumah suamiku!] 

[Jaga dirimu! Aku mencintaimu!] 

Jemarinya terus bergerak mengetik di layar ponsel namun, suara hatinya merasa berat untuk kembali membalas pesan pujaan hatinya. 

Tak kuat lagi menahan sesak dan sakit di dada. Ia menangis tersedu, dan pilu. 

"Ayu, tenanglah, ada aku disini!" bisik Ardian, ia berhenti sejenak untuk menenangkan istri kecilnya itu. 

Tanpa sadar Ayu memeluk Ardian, menumpahkan segala apa yang ia rasakan saat ini. Kedua tangannya memeluk erat, sehingga Ardian merasakan sesuatu berdesir di hatinya. 

Ardian mengecup kening Ayu. Pandangannya tertuju pada handphone yang menyala. Dalam hati ia membacanya. 

"Maaf," ucapnya. 

Ardian menghela napasnya, ia membalas pelukan Ayu dengan erat. Entah bagaimana, saat ini ia tidak ingin melepaskan pelukannya. Aroma wangi pada Ayu, mampu membuatnya tergoda untuk menyentuhnya.

"Ayu bolehkah aku memintanya?" tanyanya. 

Tidak ada jawaban, akhirnya Ardian melepaskan pelukannya, dan tersenyum kecil melihat Ayu sudah lelap dalam tidurnya. 

Kedua matanya terus menatap wajah Ayu. 

"Cantik," ucapnya. 

Jemarinya bergerak membelai rambut wanitanya, dari atas sampai menyentuh bibir merah merona yang sudah mulai menggodanya.

"Ayu," bisiknya lalu memejamkan kedua matanya memberi sentuhan manis pada istrinya. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status