Siska dan Ayu turun bersama sesampainya mereka tiba di rumah, langkah keduanya terhenti melihat sosok seorang wanita tua, dan pria tua membawa tas besar-besar. "Oma!" panggil Siska, yang berlari memeluk omanya. Ayu hanya tersenyum dan menunggu Ardian datang menghampirinya. "Ibu, Bapak" ucap Ardian tidak percaya. "Hai, apa kabar Nak, cucuku yang cantik ini?" sapa oma Mora."Ah, selamat datang Pak, Bu!" salam Ardian. Ayu pun ikut menyalami kedua orang tua Ardian. "Yuk masuk!" ajak Ardian. "Tunggu, ini siapa?" tanya oma Mora. "Teman aku Oma, keluarganya sedang berlibur, jadi menginap sementara di sini, soalnya sebentar lagi kami ujian!" sambung Sekar. Oma Mora hanya mengangguk dan tersenyum melihat Ayu.Keluarga itu pun masuk ke dalam rumah, Oma dan Opa di antar Siska menuju kamar mereka yang berada di lantai bawah, yakni memakai kamar tamu. Sedangkan Ayu dan Ardian naik bersama ke la
Tatapan nanar Ayu tertuju kepada pria yang berada di samping Sakha, Dika menghubunginya dengan ponsel Sakha dan tidak sengaja menemuinya. Ayu terpaku melihat Dika datang ke rumah Ardian untuk menemuinya. "Assalamualaikum Ayu?" panggil Dika lembut. "Waalaikumsalam, Kak!" ucap Ayu yang merasa tidak sanggup mendengar suara Dika. Tangan Ayu gemetar, hatinya berdegup kencang, niat hati sudah memutuskan untuk melupakan Dika, pria yang pernah mengisi hatinya."Aku meminta bantuan Sakha, untuk menemui kamu, ternyata kamu sehat, kamu terlihat berbeda sekarang, syukurlah, aku bahagia melihat kamu bahagia!" ucap Dika."Maaf, saat ini aku tidak bisa berlama-lama di luar, maaf Kak!" jawab Ayu. "Tunggu, Yu!" panggil Dika kembali. "Ini, aku punya sesuatu untuk kamu, aku mau kamu menyimpannya!"Dika memberikan sebuah bingkisan untuk Ayu, Ayu pun terpaksa menerima pemberian tersebut, karena melihat Sakha yang menganggukkan kepalanya pertanda, agar Ayu harus menerimanya. "Aku tidak akan memaksa ja
Setelah selesai menyuapi Ayu, malam yang dingin membuat Ayu merasa kedinginan, satu selimut tidak bisa membuatnya merasakan kehangatan. "Kamu kenapa Sayang?" tanya Ardian panik. "Dingin Mas!" ucap Ayu yang berbicara dengan bibir mungilnya yang bergetar. Ardian memeluk Ayu, ia menyelimuti tubuh Ayu dan tubuhnya, terlihat Ayu masih menggigil kedinginan. Ardian pun mencari cara agar Ayu tetap bisa hangat bersamanya. Tidak lama, Ardian melucuti pakaiannya, ia juga membuka semua pakaian Ayu sampai tubuh mereka menempel satu sama lain. Ayu merasakan hangat tubuhnya menyentuh kulit Ardian yang berwarna sawo matang, bagian perutnya yang berbentuk kotak membuat Ayu memunculkan hasrat gairah. Ardian memejamkan kedua matanya, ia hanya ingin membantu Ayu tertidur lelap dalam kehangatan tubuhnya. Selang beberapa menit, Ardian merasakan sesuatu yang menyentuh bibirnya lalu turun menyusuri senua bagian yang tidak terlewatkan.Ardian mencoba untuk tidak membalas hasratnya, ia membiarkan istri k
Langit yang cerah menemani Ayu yang sedang duduk di bangku taman di sekolahnya, nasib rumah tangganya sedang tidak baik saat ini. Mencari solusi sepertinya, akan membuat kegaduhan pasalnya teman-temannya tidak ada yang mengetahui kisah rumah tangganya. Pulang ke rumah orang tua, pasti akan membuat satu keluarganya khawatir. 'Seperti ini ya, hirup pikuk permasalahan rumah tangga, apalagi aku masih sangat muda sekali, terkadang aku tidak pernah berpikir resiko yang harus ku jalani, karena semuanya sudah membenciku, dan meninggalkan aku, termasuk suamiku!' Rasa mual yang dialami Ayu perlahan muncul dan menghilang, ia menatap layar ponselnya menanti sang suami yang seharusnya lebih dulu menghubunginya. "Apa, Mas Ardian masih marah?" tanyanya. Tidak lama, komplotan Siska datang, Sintia, Runia mereka tertawa melihat raut wajah Ayu yang terlihat lemas, dan pucat. "Begini nih mayat hidup, cantik-cantik kok sendirian sih, enggak laku ya?" ucap Runia. Ayu malas untuk meladeni teman-teman
Ardian sudah siap memakai jas berwarna coklat, dipadu dengan dasi berwarna hitam, sepatu hitam. Oma Mora memaksa Ardian untuk berpakaian rapih dan elegan, alangkah berat hati Ardian untuk menerima perjodohan yang dilakukan ibunya dan ayahnya, sementara itu pikirannya bercabang ingin mencari tahu bagaimana keadaan Ayu saat ini. "Dimana kamu Ayu? Pulanglah segera," ucapnya lirih. Ardian turun ke lantai dasar, ia mencoba menghubungi ponsel Ayu lagi, namun tetap tidak ada jawaban dari Ayu. "Jangan buat aku khawatir Ayu!" tuturnya dengan gelisah."Semua ini salah aku, aku terlalu memaksakan Ayu untuk mencintaiku!"Ardian tidak tahu harus melakukan apa, bagaimana caranya ia mencari tahu tentang keberadaan Ayu. "Ayo Nak, kita siap-siap, kita harus menyambut besan loh! Jangan pasang wajah murung, harus ceria, kamu kan gagah, tampan, dan keren, jangan buat Ibu kecewa, Ardian!" pinta oma Mora. Ardian menghembuskan napasnya dengan kasar, ia memgenggam erat ponselnya dengan kencang. Oma Mora
Runia membuka sedikit pintu untuk memotret Ayu dengan Ardian yang berada di rumah sakit, ia memiliki rencana sendiri untuk menghancurkan Ayu, karena ia memiliki dendam pribadi kepada Ayu. "Lihat Ayu, aku sendiri yang akan menghancurkan kamu, dua manusia itu ternyata tidak berguna, tapi tidak apa, yang terpenting kamu harus merasa rasa sakit yang aku rasakan karena kamu merebut cinta Kak Dika dari aku!"Runia berhasil mengambil gambar Ayu dengan Ardian, ia juga sudah berhasik mendapatkan video Ayu yang terekam oleh cctv dari ponsel Siska. Dewangga terkejut saat melihat kehadiran Runia yang berada di rumah sakit."Untuk apa dia kesini?" tanya Dewangga. Runia berjalan cepat untuk keluar segera dari rumah sakit, sebelum seseorang mengenalnya, dan rencananya tidak akan berjalan dengan lancar. Dewangga kehilangan jejak Runia, namun seseorang menepuk pundaknya sehingga Dewangga menoleh ke arahnya."Siska!" panggil Dewangga. Siska memberikan isyarat kepada Dewa agar ia tidak menyebut nama
Ayu membuka kedua matanya, tubuhnya sangat lelah, kepalanya terasa pusing dan rasanya berat sekali untuk membawa tubuhnya turun dari ranjang dipan. Siska masuk ke ruangan Ayu, ia bergerak cepat mendekati Ayu saat Ayu ingin melepas alat infusnya. Ayu terkejut melihat Siska datang, kedua matanya berkedip melihat Siska datang menghampirinya. "Sudah baikkan Mommy?" tanya Siska dengan ramah, membuat Ayu merasa bingung. "Mommy? Apa aku Mommymu?" tanya Ayu heran. "Ah, iya, aku anak sambung Mommy, sini biar aku bantu!" pinta Siska. Ayu dibantu Siska untuk kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Ayu melihat ke arah cermin dan memandang wajahnya. "Umurku berapa? Apa aku masih muda?" tanya Ayu lagi, membuat Siska bingung untuk menjawab pertanyaan Ayu. "Tanyanya nanti saja ya, sebentar lagi Daddy akan datang menemui Mommy!" sahut Siska. Ayu memejamkan matanya, ia mengeluh jika kepalanya pusing dengan isi perut yang memberontak karena lapar. Ardian masuk dengan membawa buah-buahan unt
Siska mendekati oma Mora yang sibuk membawa koper besar milik Ayu, semua barang-barang Ayu terlempar di depan teras dimana Ayu melihat itu yang sedang duduk di atas kursi roda. "Oma jangan Oma, itu semua milik Mommyku, Siska mohon Oma!" pinta Siska. "Kamu memanggilnya Mommy? Dia itu sepantaran kamu, seharusnya ia menjadi anak Ardian, bukan istri!"Ardian yang mendengar ada suara kegaduhan segera membawa Ayu untuk menyingkir dari Oma Mora sebelum semuanya semakin kacau balau. "Siska, bawa Ayu pergi, biar ini menjadi urusan Daddy!" Siska mengangguk, ia membawa Ayu pergi keluar rumah dan masuk kembali ke dalam mobil. Ayu merasa bingung, ia bertanya kepada Siska, siapa wanita tua yang ingin memgusirnya dari rumah Ardian. Siska mengatakan jika ia adalah ibu dari Ardian, yakni nenek Siska yang tinggal di rumah Ardian. "Apa sebenarnya pernikahanku tidak direstui oleh keluarga Daddy kamu?" tanya Ayu menyelidik. Siska tidak bisa menjawab pertanyaan Ayu, baginya menjaga Ayu adalah hal ya