Share

4 Calon Suamiku

Ardian datang kembali setelah mengetahui keadaan Ayu sudah berangsur membaik. Segenap hatinya ia mencoba mendekati Ayu secara perlahan. Kedatangannya tentu disambut baik oleh Sandi dan keluarga. Saat ini tidak ada yang perlu disembunyikan, kenyataannya semuanya sudah terlanjur. Pria itu, harus bertanggung jawab menjadi sosok suami yang terpaksa karena perbuatannya di luar kesadaran.

Kinji Ayu dan Ardian duduk bersama. Kecanggungan begitu terasa nampaknya pria dewasa itu terlihat gugup saat bersama Ayu.

Sedikit salah tingkah Ardian memberikan sebuket bunga yang ia bawa sengaja untuk Ayu.

"Maaf ya! Hanya ini yang mungkin bisa kuberikan!" ucapnya. Sungguh sulit rasanya untuk Ardian, ia sudah lupa bagaimana merayu dan menggoda wanita seperti dirinya dulu saat masih remaja.

"Ayu! Apakah kau memaafkan aku? Apa kita bisa menikah?!" tanyanya seakan tak sabar.

Ayu merasa kesal melihat mimik wajah Ardian, pria itu justeru begitu terburu-buru meminta pernikahan padanya.

"Aku belum ikhlas memaafkan Anda! Pernikahan ini mungkin akan terjadi, tapi tidak seperti suami dan istri pada umumnya!" tuturnya.

Ardian masih melihat kebencian di mata calon istrinya. “Bisakah suatu hari nanti hatinya dapat luluh?” bisiknya. Ardian membuang pandangannya, ia tidak akan bersikap kekanak-kanakan. Pasalnya ia berusaha menerima Ayu, dan mencoba jatuh hati padanya.

"Baiklah, setidaknya aku masih bisa diberi kesempatan untuk menikahimu dan bertanggung jawab atas semua yang kulakukan."

Ardian tersenyum, ia tidak berani mengenggam kedua tangan Ayu. Gadis itu sedang memasang tembok yang kuat dari pria yang sudah melunturkan harga dirinya.

Tidak butuh waktu lama, Ardian pergi untuk menemui Sandi. Dan Ayu masih terdiam memandang buket bunga pemberian Ardian dan membuangnya.

Otaknya terus berputar, seperti yang dikatakan oleh Rahma, hal tidak terduga ini adalah hal yang tidak mungkin kesengajaan. Beberapa hari ini, ia mencari keberadaan Siska, gadis itu yang mengundangnya untuk datang ke acara pesta ulang tahun.

Berkali-kali ia berusaha menghubungi Siska, namun sama sekali Siska tidak membalas pesan dan menjawab panggilannya. Hatinya semakin kesal, kesalahan apa yang sudah ia perbuat sampai temannya itu tega menjebaknya seperti ini?

“Haruskah aku memanfaatkan keadaan ini? Untuk memberi gadis itu pelajaran?”

Ingin rasanya ia mencabik-cabik wajah Siska, namun apa daya, ia tidak memiliki bukti apapun. Ia memeluk tubuhnya, tidak ada waktu untuk memikirkan hal yang lain. Keluarga pun sudah menyetujui jika ia menikah bersama dengan Ardian.

“Mungkin, gadis itu perlu tahu bagaimana caranya bersikap sopan dengan temannya!” bisik Ayu.

Saka mengisap puntung rokok bersama sang ayah di ruang tamu. Tatapannya tajam ke arah Ardian yang memilih menonton Saka dan Sandi.

"Kau bisa mabuk malam itu, kenapa kau tidak bisa merokok seperti ini?" tanya Saka menyindir.

Ardian mengangguk tersenyum kecil, sejak kemarin ia sudah memutuskan untuk berhenti merokok. "Dan, kemarin aku terjebak mengikuti partner kantor yang memaksaku terus meminum-minum!"  ujarnya.

Sandi mengambil dan menawarkan kopi hitam milik Ardian untuk segera diminum." Ayu dan Kau akan menikah dalam waktu dekat. Aku harap Kau tidak akan mengecewakan lagi setelah semua yang terjadi."

"Tentu Pak, saya akan berusaha membuat Ayu bahagia!" ucapnya.

Saka meliriknya dengan tajam, rasa tidak suka pada Ardian benar-benar membuatnya muak, dan memilih pergi dari ruang tamu.

Ayu menghembuskan napasnya perlahan, ia masih melihat Ardian bersenda gurau dengan ayahnya. Pria yang beberapa hari lalu menolongnya, saat ini belum menemuinya kembali. Kehadiran Dika membuatnya dilema, ia hanya menyukai pria itu didalam hatinya.

Ardian menangkap Ayu tengah memandangnya, Ayu pun memilih untuk masuk dan menghindari ayah temannya itu.

“Wanita memang susah ditebak!” desisnya memandang pundak Ayu yang pergi menjauh.

Ayu masuk ke dalam kamarnya, entah mengapa mengetahui pernikahannya semakin dekat. Ia benar-benar merasa rindu ingin bertemu pria yang sudah membuatnya jatuh cinta.

Dika, seorang guru yang berperangai baik, sopan, dan santun saat berbicara dengan wanita. Itu yang membuatnya jatuh hati padanya setelah mengenal dekat selama dua tahun. “Perlukah aku melupakannya? Ah! Belum tentu kak Dika menyukaiku? Jika dia tahu aku sudah tidak suci, pasti dia akan menjauhiku!”

Sosok yang dirindukan datang, ia mendengar suara deru motor matic yang masuk ke dalam halaman rumahnya. Senyum terbit menghela sebentar di wajahnya. Dika melambaikan tangan saat melihat Ayu membuka jendela kamarnya.

Dengan gembira pria itu masuk ke dalam rumah, ia sudah terbiasa seperti ini. Belum lagi Saka adalah sahabat Dika yang sangat akrab dengannya.

Ardian bangkit mendengar suara seseorang menyapa, tampak pria itu menyalami Sandi dan dirinya.

"Nak Dika, ada hal apa?!" tanya Sandi.

Dika tersenyum, dan Sandi memintanya untuk duduk bersama di ruang tamu.

"Apa Ayu sudah membaik? Kemarin, aku sangat sibuk sekali disekolah, jadi aku baru sempat datang untuk menjenguknya!" ucapnya.

Sandi menjawab pertanyaan Dika, sementara Ardian menyelidik sosok pria yang sepertinya mengenal Ayu begitu dekat.

"Kenalkan Dika, ini Ardian! Dia calon suami Ayu!"

Mendengar itu, bak seperti disambar petir. Dika menatap dua pria dihadapannya tak percaya. “Suami? Ayu akan menikah?” bisiknya.

Terpaksa memasang senyum, Dika mengangguk dan berusaha mengucapkan selamat pada Ardian.

Raut wajahnya dapat ditebak, Ardian tahu pria itu nampak menyukai dan mencintai Ayu. “Ah, apakah aku adalah orang ketiga diantara mereka?” bisik Ardian.

Dika menitipkan sebuah bingkisan kepada Sandi, ia memilih untuk pulang dan tidak jadi bertemu dengan Ayu. Hatinya rapuh, mengetahui wanita yang begitu ia cintai akan menikah dengan pria pilihan kedua orang tuanya.

Dika pergi keluar dan menyalakan motornya, kedua matanya memandang ke arah kamar Ayu dengan perasaan yang hancur. Sementara itu, Ayu memandang Dika yang sudah pergi menjauh, membuat benaknya bertanya apa yang terjadi ketika Dika bertemu Ardian.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status