Share

6 Tatapan penuh cinta

Selama perjalanan pulang  Ayu terlihat diam dan memandang ke luar jendela mobil Ardian.

Pria yang sedang menyetir pun tengah menerka-nerka, apa sebenarnya yang dibicarakan Ayu dengan pria tadi? Sedikit demi sedikit, ia merasa terusik dengan kehidupan Ayu dengan Dika.

'Apakah dia menyesal jika terpaksa menikah denganku? Justeru meninggalkan pria yang begitu tulus mencintainya, disini aku seperti peran jahat yang tega mengambil wanita orang lain!'

Pria itu pun asik dengan pemikirannya sendiri. Saat ini yang harus ia lakukan adalah menebus kesalahan akibat perbuatannya. 'Bagaimana bisa jika nanti aku menyukai anak kecil seperti dia?'

Bertahan di suasana sunyi membuat Ardian gundah, sesekali ia berusaha memikirkan sesuatu ungkapan agar gadis itu mau berbicara. Namun, rasa gugupnya terus membuat semuanya menjadi kacau. Pada akhirnya, Ayu memejamkan kedua matanya yang sudah memaksanya sedari tadi.

Sesampainya di rumah Ayu ia membangunkan gadis itu. "Sudah sampai, ayo turun! Hujan sudah reda!" ujarnya.

Ayu terbangun, kedua tangannya mengusap wajahnya. Terlihat ada bekas air mata yang masih basah nampak pada penglihatan Ardian.

Tanpa basa-basi ia turun dari mobil tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Mungkin karena baru terbangun, Ayu tidak melirik Ardian yang terus memandangnya dari dalam mobil.

Dengan mudahnya, ia meninggalkan Ardian tanpa ucapan terima kasih.

Ardian tertawa kecil melihat tingkah calon istrinya yang sedikit menyebalkan. Sedikit demi sedikit, ia tertarik melihat bagaimana tingkah Ayu padanya. 'Mungkin hari ini aku akan membiarkan kamu dengan perasaanmu, tetapi setelah menikah, aku akan buat kamu tidak akan melepaskan aku!'

Ia pun bergegas pulang dan menyiapkan diri untuk pernikahannya besok malam.

Ayu masuk ke kamarnya dengan perasaan sedih karena belum bisa mengungkapkan perasaannya terhadap Dika.

"Ya Tuhan, apa aku sanggup untuk melupakan kak Dika? Jujur aku tidak mau kehilangan dia!"

Rasa Dilema menerjang hatinya, pasca pertemuannya dengan Dika. Mampu membuat hatinya bergejolak kembali, pria itu masih memberikan senyum dan kata-kata yang indah yang telah disampaikan tadi.

Tetapi, ia tidak mau kalah dengan permainan bejat temannya. Masih ada luka atas peristiwa kemarin, dan itu tentu belum membuat dirinya merasa puas dan tenang.

Ia mencoba memakai gaun pengantinnya. Cermin besar di kamarnya seakan sedang memujinya. Pernikahan, satu kalimat yang tidak pernah terpikirkan olehnya saat ini, menginjak usia remaja menjadi dewasa.

Seperti kisah di novel, ada kekhawatiran jika ia tidak menikah. Ada benih yang berkembang, ada nyawa yang harus ia kandung selama sembilan bulan. 'Pasti aku akan menderita, jika nantinya aku hamil dan anak itu tidak mengetahui siapa ayahnya.'

***

"Benarkah besok kau akan menikah?!" Dika bertanya, keduanya netranya mencari kejujuran di mata wanita yang ia cintai.

Ayu mengangguk lemah, sekuat tenaga ia berusaha tidak meneteskan bulir air matanya dihadapan pria idamannya.

Dika merasa lemas, pupus sudah harapannya membangun mimpi untuk menikah dengan Ayu, jika gadis itu lulus mengejar cita-citanya.

"Apa kamu mencintainya? Apa kalian saling mencintai?!" tanya Dika. Pertanyaan itu hampir membuat Ayu ingin mematahkan keputusannya menikah dengan duda itu.

"Aku ... aku, hanya menuruti titah ayah kak! Mungkin ini pertemuan terakhir kita, semoga kakak bisa datang ke pernikahanku ini!" jelasnya, sungguh membuat hati Dika semakin hancur.

"Kau yakin Ayu? Apa dia bisa mencintaimu seperti aku?!" tanyanya geram.

Ayu terdiam, pendengarannya belum tuli. Ia melihat sorot tajam bola mata Dika. 'Apakah dia juga mencintaiku?'

"Dengar Yu! Batalkan pernikahan ini, hidup kamu masih panjang! Aku akan menunggu kamu, kita bisa menikah nanti setelah kamu lulus dan ... a--aku akan bicara dengan ayahmu!"

Ayu menggeleng, pertahanannya gagal untuk tidak menangis. Ada kekecewaan di manik bola mata pria itu. "Ini tidak semudah itu kak! Ada masalah dibalik pernikahan ini, sekalipun kakak memaksa aku atau ayah untuk membatalkan ini, tetap saja aku tidak akan pernah bisa menikah dengan kakak!" Bulir air matanya membanjiri wajahnya. Penyesalan dan rasa kecewa membuat keduanya terdiam menikmati rasa hancur yang hadir lebih dulu sebelum memulainya.

Dika memeluk Ayu, ia tidak sanggup melepaskan pelukan ini. 'Haruskah dengan cara ikhlas, ia bisa melepaskan Ayu?'

"Ayu apa yang sebenarnya terjadi?!" tanyanya pelan. Ia menghapus bekas air matanya. "Tidak kak, aku lega jika aku tahu perasaan kakak kepadaku, setidaknya aku bisa bahagia ternyata aku tidak sendirian mencintai kakak!" tukasnya.

"Yu! Kita bisa perjuangankan ini, kamu bisa menghentikan semuanya! Hal apa yang menghalangi kamu untuk tidak bisa bersamaku?! " tanyanya, ia masih belum merasa puas akan semua pernyataan Ayu.

“Maaf kak, aku tidak bisa memberitahu kakak! Aku takut kakak akan membenciku!”

Ayu menggeleng lagi, ia hanya bisa tersenyum dan mengenggam erat jemari Dika.

"Tolong ingat ini! Aku mencintai kakak! Tapi, kita tidak akan pernah bisa bersama!"

"Hentikan Yu! Kamu membuat aku bingung!" kilahnya.

Ayu pergi meninggalkan tanda tanya untuk Dika. 'Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa kau terlihat sakit seperti itu?'

Ayu menghapus kembali air matanya, sebuah mobil datang menghampiri. Ardian memintanya masuk, ia sudah tidak bisa berlama-lama karena hari semakin gelap.

Ungkapan itu terus terbayang dibenaknya, bagaimana pria itu menyatakan cinta kepadanya. Namun, takdir membawanya ke tempat yang tidak pernah ia inginkan sama sekali.

Berkali-kali pria yang membuat hatinya semu, sesekali mencoba menghubunginya. Terpaksa ia mematikan ponselnya, karena harapan untuk mencintai Dika lebih dalam sudah sirna.

Sementara itu, Ardian yang saat ini tengah bersantai hatinya menjadi gundah, mengingat tadi dirinya melihat kebersamaan Ayu dengan pria itu.

Ada penyesalan baginya telah merusak kisah cinta Ayu dengan Dika. Namun, entah mengapa hatinya merasa iri melihat tatapan Ayu yang penuh cinta kepada pria bernama Dika.

“Tidak mungkin jika saat ini aku sedang cemburu?” tanyanya ragu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status