Share

Dibenci mertua karena tidak sederajat
Dibenci mertua karena tidak sederajat
Author: Rhea Sadewa

Bab 1

Senja setia menatap layar laptopnya. Ia tersenyum senang ketika mengingat peristiwa tadi siang. Skripsinya sudah masuk ke bab dua, bibirnya tak berhenti mengulum senyum bahagia, tak sabar menunggu mamahnya pulang untuk mengabari berita bahagia ini. Senja sejak kecil sudah mandiri karena mamahnya sibuk bekerja. Senja anak yatim, ayahnya meninggal ketika ia berusia lima tahun.

Terdengar suara mobil memasuki halaman rumah. Gadis berambut lurus itu mengintip dari tirai jendela kamar. Nampaknya Mamanya Helen di antar lagi oleh Om Adam. Helen begitu gembira ketika keluar mobil, Senyum Helen tak surut walau mobil Adam sudah berjalan pergi. Senja tak menyukai Adam, menurutnya pria paruh baya itu Cuma pura-pura baik. Namun ia juga bingung, hendak melarang hubungan sang mamah rasanya seperti menghalangi mamahnya untuk mendapatkan kehidupan baru. Setelah papahnya meninggal, mamahnya sibuk mencari nafkah dan mengurusinya. Rasanya egois jika membiarkan Helen terus sendirian tanpa suami hingga tua. 

Senja cukup tahu bagaimana susahnya Helen membesarkannya, maka dari itu ia belajar dengan giat agar dapat membanggakan Helen. Kini pun Senja yang mengambil alih tugas rumah karena tak mau mamahnya kelelahan. Bahkan ia ikut kelas akselerasi ketika SMU, agar sekolahnya tidak memakan biaya. Senja menuju pintu, membukakannya lalu menyambut mamanya yang pulang. Helen bekerja di perusahaan ekspedisi pengiriman barang. Jabatan ibunya sudah menanjak naik, karena Helen termasuk senior dan telah bekerja lama.

"Mau aku bikinin teh mah?" tawarnya manis. Helen yang sedang memeijit lehernya, mengangguk sembari tersenyum. Senja memang anak yang berbakti.

"Iya sayang,” jawab Helen lalu merebahkan tubuh ke sofa. Seharian banyak data yang harus ia masukkan. 

Senja datang tak lama kemudian dengan membawakan secangkir teh."Mamah dah makan belum? Aku angetin masakannya.” Ia selalu duduk di samping mamanya lalu mengambil kaki beliau untuk di pijat. Benar-benar anak berbakti. Kadang Helen merasa bersalah karena tak bisa memberi putrinya kehidupan yang layak. 

"Mamah dah makan tadi sama Om adam. Kamu masak apa hari ini?" 

"Gulai ayam mah. Tapi gulainya bisa di angetin buat sarapan besok pagi," jawab Senja kecewa.

 Suatu saat ia harus membiasakan diri untuk merepotkan sang mamah. Mamanya dan Om Adam pasti akan menikah pada akhirnya. Mamahnya akan punya tanggung jawab baru dan Senja bukan prioritasnya lagi. 

"Oh ya mamah punya dua kabar bagus buat kamu." 

"Tapi Senja juga punya kabar bagus." 

"Mamah dulu yang ngasih tahu." Mata Helen berbinar indah. Ia meraih tangan putrinya sembari menarik nafas. "Mamah dilamar om Adam." ungkap Helen dengan semangat sambil menunjukkan cincin dengan berlian kecil di jari manisnya. Hari itu ternyata datangnya kecepetan. Senja jelas murung tapi ia mati-matian tutupi dengan tersenyum palsu. Kabar baik bagi Helen seperti berita vonis hukuman untuknya.

"Selamat ya Ma." 

"Kenapa sayang? Kamu kayak gak senang denger kabar ini?" 

Sejujurnya Senja tak setuju. Adam itu menurut penglihatannya adalah tipe pria genit. Tapi sudahlah mana mau mamanya mendengar pendapatnya kalau sedang di mabuk asmara. Yang penting mamahnya bahagia, masalah perangai Adam yang menurutnya buruk bisa dipikirkannya nanti.

"Siapa yang bilang? Senja seneng kok kalau mamah seneng. Berita keduanya apa mah?" Karena bagi Senja berita pertama itu termasuk berita buruk. Mungkin yang kedua bisa mengobati rasa kecewanya.

"Tadi mamah ketemu Om Hermawan. Temen lama papah kamu. Dia sekarang udah jadi pengusaha sukses." Mata Senja berbinar cerah ketika nama ayahnya disinggung. Kenangan papahnya hanya berupa foto. Setelah kecelakaan yang merenggut nyawa papahnya, Senja kehilangan ingatannya jadi kenangannya dengan sang papah ikut hilang juga. "Dia ngajakin kita makan malam sama keluarganya. Dia mau berterima kasih karena bantuan dari papah kamu. Dia bisa sukses." Setidaknya berita ini lumayan baik dari yang pertama.

"Makan malam aja kan?" 

Helen menegang. Tentu saja bukan hanya makan malam biasa. Mereka akan membahas hal penting demi kesejahteraan dua keluarga. Namun itu tetap akan menjadi rahasia samapai makan malam dilaksanakan.

"Tentu, sekaligus menyambung silaturahmi. Kan kita dah lama gak ketemu." 

Senja menyanggupi tapi kenapa perasaannya jadi tak enak. Ah memang apa yang perlu di khawatirkan. Dulu mungkin ada beberapa pria beristri yang modus pada sang bunda tapi kini kan lain. Helen sudah punya Adam dan Hermawan hanya berstatus sebagai teman lama. Kedua kabar buruk dan baik itu melupakan kabar yang akan disampaikannya. 

*********

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status