Share

Bab 3

"Saga, akhirnya kamu dateng juga sayang. Duduk sini nak di samping mamah." Hermawan melihat tidak suka ke arah anak lelakinya ini, kelihatan sekali Saga itu anak mamah yang akan membuat para gadis terserang ilfeel.

"Mamah dah pesenin kesukaaan kamu." Helen melongo melihat bagaimana interaksi antara anak dan ibu itu sedang Senja merasa tak asing dengan jaket yang Saga kenakan. 

"Oh ya saya belum memperkenalkan diri, saya Saga Adhitama." Untunglah setidaknya Saga tak melupakan adab kesopanan. 

"Kenapa kamu baru sampai Saga?" 

"Biasa pah, Jakarta macet." Sebenarnya ia tadi tidak berniat datang. Saga kesal kemaren papahnya mendadak akan menikahkan dirinya dengan gadis yang tidak ia kenal tapi teman-temannya Gio dan Angga membujuknya untuk datang yah daripada nanti uang saku dan credit cardnya diblokir.

"Yah berhubung semuanya sudah hadir, saya akan mengatakan apa tujuan dinner ini di adakan," ujar Hermawan membuka suara. Senja merasa ada yang tak beres. Bukankah mereka hanya akan makan malam biasa. 

"Kami, saya dan Helen sepakat menjodohkan anak-anak kami." Seketika Senja langsung menatap ibunya kemudian menatap Saga yang penampilannya jauh dari sosok suami idaman. Di jodohkan tidak ada dalam kamus hidupnya. Sedang Saga malah cuek makan. Ini hanya formalitas semata. Kalau mereka tak mau yah perjodohan tak akan terjadi. 

"Maaf Om, maksudnya ini apa ya?"

"Om sama mamah kamu sepakat buat menikahkan kamu sama Saga." Senja melotot, matanya mau copot sangking kagetnya.

"Apa saya boleh menolak perjodohan ini? Saya gak mungkin kan nikah sama lelaki yang gak saya kenal." Saga kini yang kaget. Harusnya dia duluan yang bicara seperti itu. Dia kan si tampan Saga yang tak pernah di tampik perempuan. Pernyataan Senja sedikit menyentil harga dirinya. Sombongnya itu perempuan, tampang juga biasa. Cantik sih tapi standar. 

"Kenapa kamu menolak Senja?" 

"Kami terlalu muda untuk menikah. Kami kurang kuat secara finansial. Kami yang tak saling mengenal harus tinggal satu atap. Kami harus menyesuaikan diri juga. Itu terasa mustahil," ujar Senja diplomatis. Saga semakin membusungkan dada. Ia membenarkan yang gadis itu ucap tapi kok dia seakan terlihat bodoh dan pasrah. 

"Gue juga gak mau kali." 

"Diam kamu!!" Bentak ayahnya keras. Hermawan begitu lembut pada anak orang kenapa padanya tidak. "Kalau masalah finansial, Om janji akan memenuhinya dan kalian bisa tinggal dulu bersama kami. Kamu bisa kenal Saga setelah kalian menikah." Apa?? Bagaimana bisa Senja menikah dan menggantungkan masa depan kepada pemuda yang masih di sokong orang tuanya.

"Maaf Om. Sekali lagi saya menolak perjodohan ini. Saya masih punya impian yang mesti saya perjuangkan. Permisi!!" Agak tak sopan memang, Senja berdiri dan pergi begitu saja dari sana. 

Helen yang jadi tak enak hati. "Maaf mas, biar saya bicara sama Senja." Helen segera berdiri dan berlari-lari kecil menyusul putri satu satunya itu.

Devi memandang tak suka ke arah ibu dan anak itu yang sudah tidak terlihat batang hidungnya. Ia dari dulu memang tak suka dengan Helen, perempuan yang menurutnya sok kecantikan. "Belum jadi mantu aja udah gak sopan, main ninggalin dinner segala." 

"Wajar dia kabur, mana mau gadis baik kayak Senja dijodohin sama berandalan macam anakmu ini!!" Jari telunjuk Hermawan mengarah ke Saga.

"Apa yang salah sama Saga, dia ganteng, tinggi, macho, keren gini. Yang salah mata anaknya Helen itu." Bela Devi sambil mengelus kepala anaknya.  Saga adalah yang terbaik. Cuma perempuan seperti Senja, ada banyak di luaran sana. 

"Yang salah itu otak anak kamu yang dodolnya keterlaluan. Skripsi aja gak diajuin ajuin. Kamu gak malu sama Senja udah skripsi padahal umurnya lebih muda dari Saga." Sebenernya Saga sudah tidak tahan ingin membalas kata-kata pedas Hermawan tapi ia takut dipotong uang jajannya lagi pula ibunya sudah cukup memberi pembelaan. Apa bagusnya anak yang namanya Senja tadi. Halah cuma skripsi, kalau Saga niat dari tahun kemarin dia sudah lulus. Cuma dia terlalu sayang sama kampus dan enggan meninggalkan teman-temannya. Toh uang papahnya masih banyak, untuk biaya kuliah juga tak akan bangkrut.

"Dosennya aja kali yang kebangetan sayang sama Saga jadiin Saga penunggu kampus paling ganteng." Hermawan tidak sanggup berdebat lagi dengan Devi, istrinya itu terlalu memanjakan Saga hingga terbentuklah Saga sekarang ini. Sedang yang mereka perdebatkan malah tengah mengunyah makanan. Bodok amat perjodohan batal, itu malah bagus. Saga tak mau menikah muda, lalu memikul tanggung jawab berumah tangga.

**********.

Suasana di dalam mobil Helen masih mencekam. Senja tak kunjung bicara maka baiklah Helen yang akan memulai.

"Senja, apa yang kamu lakuin gak sopan!! Kamu main pergi gituh aja." 

"Terus apa yang mamah lakuin itu gak keterlaluan?" putrinya membalas ucapoan Helen dengan suara lantang. Senja marah karena merasa ditipu dan dipojokkan. " Mamah mau jodohin aku sama cowok gak jelas, apa mamah udah bosen ngurusin aku? Mamah mau punya keluarga baru jadi Senja mamah buang, iya?"

Plakk 

Helen menampar Senja. Seumur hidup baru kali ini ia berbuat kasar. Ia tak bermaksud membuang putrinya dari hidupnya hanya saja Hermawan ingin membalas budi atas kebaikan Almarhum suaminya dulu. Keluarga Hermawan sangat kaya serta mapan. Ia tak ingin Senja bernasib sama dengan pernikahannya dulu. Ia di benci mertuanya sendiri sedang sang suami malah lebih dulu di panggil Tuhan. 

Senja menunduk meneteskan air mata sambil memegangi pipi. Seumur hidup baru sekali ini Helen berani melayangkan tamparan. Kalau nyatanya ia cuma beban, Senja janji setelah lulus kuliah akan pergi merantau jauh dari Jakarta atau kalau perlu ke luar negeri sekalian. 

"Maafin mamah Senja. Mamah nglakuin semua ini buat kamu, buat masa depan kamu. Om Hermawan itu orang kaya dan Saga itu anak satu-satunya, dia sama alm.papah kamu berteman baik bahkan usaha yang dimiliki om Hermawan dulu papah kamu ikut tanam modal." Helen mengambil nafas baru berbicara lagi "Sebagai balas budi Om Hermawan pingin jadiin kamu menantunya." Senja tetap saja menangis ia tidak mau dijodohkan, ia ingin menentukan masa depannya sendiri. "Mamah juga gak bermaksud membuang kamu. Mamah hanya khawatir keadaan kamu kalau seandainya mamah menikah. Mamah tahu gak akan ada yang bisa gantiin papah kamu." 

Senja sudah berusaha mengerti, memahami namun ia tidak terima di nikahkan dini. Nanti jika ibunya menikah lagi. Ia akan berusaha mandiri tak menyusahkan. Perjodohan ini bukan solusi. Banyak resolusi yang belum Senja  capai. Hidupnya miliknya, tak ada yang bisa mengubah itu. Apalagi orang yang baru pertama kali bertemu dengannya. 

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status