Share

Bab 10

Saga ternyata semalam tidak pulang. Senja sedikit merasa khawatir. Khawatir kalau suaminya ketahuan Devi. Pada saat malam pertama mereka, Saga malah pergi ke arena balap. Mendengar suara motor Senja menajamkan telinganya. Ia bergegas turun ke bawah untuk menyambut suaminya. Bagaimanapun juga Saga itu suaminya walau belum ada rasa tapi dia punya kewajiban untuk berlaku baik.

Senja kira Saga akan lewat ruang tamu, nyatanya pria itu malah lewat pintu samping garasi yang melewati area dapur.

"Mau makan?" sapanya tiba-tiba, yang membuat jantung Saga merosot terjun.

Perempuan yang baru ia nikahi sehari sukses membuatnya kaget.

"Loe ngagetin gue. Gue kira gue ketahuan mamah."

Senja memejamkan mata sejenak. Ingat kata mamah atau ibu mertua. Membuatnya miris, memang benar adanya ibu mertua itu layaknya ibu tiri. Untunglah Devi kini pergi keluar.

"Mamah arisan."

"Syukur deh. Gue laper." Saga langsung menuju meja makan yang di atasnya tertutup tudung saji. Ada ayam dan juga sayur sop. Balapan serta nongkrong membuatnya kelaparan.

Tapi sebelum tangan Saga bergerak lincah. Senja lebih dulu mengambilkan suaminya piring dan juga mengisinya dengan nasi dan juga lauk. Saga sampai bergidik, seumur hidup ia hanya di layani pelayan bukan istri.

"Segini udah cukup?" Saga mengangguk kaku. Ia kira setelah ia duduk dan lahap makan. Senja akan pergi, tapi perempuan itu memilih duduk di sampingnya, Mengamatinya makan.

"Loe gak makan? "

"Udah tadi."

Keduanya hanya diam karena memang tak ada yang perlu di bicarakan. Senja malah memilih ujung taplak. Di pikirannya banyak yang ingin ia ungkap tapi kan apa bisa Saga menerima ucapannya.

"Van, bisa gak aku minta waktu buat kita ngomong cuma berdua."

"Ngomong aja." Kebetulan Saga juga sudah selesai makan.

"Ini soal pernikahan kita. Mau di bawa kemana ke depannya?"

"Kan lo sadar yang lo nikahin siapa? Jangan ngomongin serius tentang pernikahan. Gue pusing. Jalanin aja, kalau misal lo udah gak betah. Tenang aja kita bisa cerai baik-baik." Segampang itu ternyata jawabnya Saga. Jawaban yang entah mengapa membuat hati Senja resah. Ah ia lupa siapa yang telah ia jadikan suami. Pria berusia 22 tahun, masih labil, ketua genk, suka balapan, suka kabur dan seorang mahasiswa abadi. Mungkin berpisah jadi opsi lebih baik pada akhirnya dari pada harus di paksakan bersama.

🐀🐀🐀🐀🐀🐀🐼🐼🐼🐼🐼🐼🐼

"Bagus Senja, skripsi kamu udah sampai bab 3." Kata Pak Hardi, dosen pembimbingnya." Semoga tahun ini kamu bisa ikut wisuda."

"Amien Pak." Senja tersenyum. Kesempatannya menjemput gelar sarjana terbuka lebar. Ia akan memakai kebaya dan toga yang cantik. Rasanya tak sabar menanti hal itu terjadi.

Saat Senja keluar ruangan dan berjalan dengan gembira. Ia sampai tak menghiraukan orang yang berlalu lalang sambil mencuri memandangi wajah manisnya. Tanpa Senja sadari seseorang yang paling ia tak ingin temui sudah menunggu di depan ruangan kelas.

"Apa kabar Senja?"

"Vano". Senja sedang malas berdebat, ia memilih berbalik pergi. Toh ia tak mau jika moodnya yang baik akan berubah buruk.

"Senja, tolong kamu berhenti sebentar. Aku mau ngomong sesuatu!!" Senja tak berhenti, ia malah mempercepat langkah malah setengah lari. Rayuan Vano harus ia hindari. Cukup sekali ia di sakiti jangan ada lagi yang kedua kali.

"Aku minta maaf soal kesalahanku dulu!!" Dan ungkapan dengan suara keras itu membuat Senja berhenti seketika

"Aku udah memaafkan kamu, tapi melupakan perbuatanmu belum. Jadi aku mohon setelah ini sebaiknya kita gak usah ketemu." Senja memantapkan langkah untuk berbalik lalu berjalan cepat meninggalkan vano. Vano hanya masa lalu kelamnya. Vano hanya kisah cinta pertama yang gagal, berakhir meninggalkan luka dan membuatnya jera untuk jatuh cinta lagi.

Senja berjalan dengan tergesa-gesa sampai sapaan dari suaminya, Saga tak ia respon. Jadilah Saga seperti orang bodoh melambaikan tangan tanpa ditanggapi

"Haahhahahahah." Tawa menggema keluar dari kedua teman Saga, Angga dan gio

"Itu bini baru lo kan?"

"Katanya gak cantik kalau gak jadi pacar Saga tapi sama bininya dicuekin." Mereka berdua benar-benar puas melihat perlakuan Senja. Sekali-kali Saga perlu diberi pelajaran agar kepercayaaan Diri yang setingkat dewa itu luntur dan tidak mengaku sok tampan terus.

"Katanya bisa dapetin cewek manapun, sama bini sendiri gak dianggap. Jangan-jangan lo belum ngicipin malam pertama ya?" Sialan tebakan kedua temennya itu bener, muka Saga langsung berubah merah padam. Boro- boro malam pertama, tidur seranjang aja enggak.

"Ah cewek kayak Senja itu jinak-jinak merpati, kalo di luar jual mahal," ujar Saga sok playboy, sok tahu isi hati perempuan. "Kasih gue waktu satu sampai dua bulan buat bikin bini gue jatuh cinta."

Kedua temannya itu melirik sebentar ke arah Saga, "Haha Kayaknya Senja bukan cewek yang gampang didapetin deh."

"Halah semua cewek sama aja, dibaikin pasti juga bakal jatuh cinta. Berani taruhan?"

"Hati bukan mainan."

"Bilang aja loe berdua takut. Kalo gue gak berhasil bikin Senja jatuh cinta. Omset bengkel motor sama cucian motor setahun buat kalian semua. Gimana?" Mereka berpikir. Boleh juga omset bengkel kan akhir-akhir ini lumayan. Bagi Saga pemasukan bengkel cuma uang receh.

"Deal ya?? Loe gak boleh bohong loh". Saga menerima tantangan kedua temannya membuat istrinya jatuh cinta dalam kurun waktu 2 bulan.

"Tapi ati-ati van, loe nanti yang malah cinta beneran sama bini loe."

"Ya anggap aja bonus kalo gue beneran cinta. Masak nikah gak ada cinta, hambar dong." Ucapan Saga seperti gurauan tapi mengandung makna tersirat. Jatuh cinta adalah hal yang gak mungkin bagi Saga ... karena hatinya sudah penuh dengan nama satu orang Wanita dan wanita itu tak mungkin Saga miliki.

"Eh tapi kalau gue berhasil bikin Senja jatuh cinta. Gue dapet apa?"

"Dapet anaklah." Perkataan Gio langsung mendapat teloyoran dari Saga ... dari semua temennya cuma Gio yang otaknya paling mesum ..

"Kalo loe yang menang dibalik aja, loe dapet omset bengkel setahun."

"Nggak ah, kalo gue yang menang motor yang baru kalian rakit kemarin buat gue ya?".

Mendengar permintaan ketua genk mereka, kedua sahabatnya langsung melotot.

'' Bangke loe Ga, tuh motor kan mau kita modif, tega loe!!! ".

"Hahaha takut loe?? Itu sebanding sama omset bengkel. Deal ya? Jangan sampai kalian ingkar janji." Dengan terpaksa Gio dan Angga setuju. Motor lain bisa mereka rangkai, kalau omset setahun. Mereka bisa jalan sesukanya atau beli motor sederhana kalau mereka mau hemat.

********************

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status