Share

Bab 9

"SAYA TERIMA NIKAH DAN KAWINNYA SENJA HAULA BINTI PRASETYA DHARMA DENGAN MAS KAWIN TERSEBUT DIBAYAR TUNAI,” ucap Saga mantap dengan satu helaan nafas. 

"Saksi sah?...sah?.."

"SAH". terdengar kata sah diucapkan serempak oleh para tamu. Kemudian doa pernikahan mulai di lantunkan. Sekarang Saga dan Senja sudah resmi menjadi sepasang suami istri. Pernikahan mereka hanya di hadiri dan kerabat terdekat saja. 

Flashback seminggu lalu

"Ini terakhir kali papah ke sini dan jadi penjamin kamu!!" Ancaman Hermawan hanya di jadikan dengusan lirih. Saga tak merasa bersalah sama sekali. Ayahnya berkata seperti itu dulu dan kini buktinya ayahnya juga kemari. 

"Oke pah. Temen-temen Saga juga jangan lupa." Hermawan menggeleng pelan sambil menahan wajahnya yang bewarna merah padam. Ia tentu marah sekali dan sikap Saga yang suka tawuran, membuatnya pusing tujuh keliling. 

"Boleh. Temen-temen kamu akan papah bebasin tapi dengan satu syarat." 

"Apa pun syaratnya Saga sanggup." Paling juga syaratnya cepet lulus atau nilainya di tambah. Saga akan bilang iya walau kenyataannya, nilainya akan tetap sama. Bilang saja nanti sudah nasib dapatnya segitu . 

"Kamu menikah dengan Senja!!" Saga langsung kaget, ia sampai mundur ke belakang beberapa langkah. Menikah tak pernah terbesit di dalam agenda hidupnya. 

"Papah gila. Saga gak mau." 

Hermawan dengan tenang memasukkan tangan di kantong saku celana. "Gak mau? Berarti kamu mendekam di penjara dalam waktu cukup lama. Bukan cuma kamu tapi teman kamu juga." Saga mencengkeram rambutnya yang gondrong. Ia sekarang yang pening tujuh keliling. Pilihannya hanya dua, di penjara dalam artian sebenarnya atau di penjara dalam talian pernikahan. 

Saga mengambil opsi terakhir. Maka kini ia duduk bersanding dengan gadis asing bernama Senja di panggung pelaminan kecil, bersalaman dengan kerabat dan para tetangga yang hadir. Ya ampun Saga masih sangat muda untuk menikah. Bukan hanya Saga yang merasa lemas Senja juga. Ia kira Saga akan membatalkan acara perjodohan mereka tapi kenyataannya seminggu lalu keluarga pria itu datang ke rumah untuk melamarnya. Senja yakin setelah ini hidupnya tak akan sama lagi. Rumah Saga terlalu besar dan juga megah. Ia merasa tak pantas tinggal di sini. 

🐸🐸🐸🐸🐸🐸🐸🐸🐸🐸🐸🐸🐸🐲

Haru sudah berganti malam, Senja baru saja selesai sholat isya. Ia memanjatkan doa supaya kehidupan pernikahannya kelak tak ada aral melintang yang besar. Dan semoga ia sanggup menghadapi malam pertama. Ah ingat itu Senja jadi malu dan tertekan. Tapi ia di paksa menengok ketika mendengar krasak-krusuk di belakang tubuhnya. "Kamu mau kemana Ga?" 

"Gue pergi. Jangan ngadu ke bokap!!" 

Pergi kemana malam-malam begini. Dengan memakai jaket jeans robek dan juga sarung tangan karet. Perginya juga jangan bilang-bilang. Tapi syukurlah Saga tak meminta jatah malam pertamanya. Jujur Senja tak siap atau memang tak pernah akan siap. 

"Ga...!!" Baru saja ini  memanggil tapi Saga sudah hilang dengan melompat jendela kamar mereka. Gila suaminya ini seorang pembalap atau maling sih. Ah masa bodoh, malam ini Senja bisa tidur dengan nyaman karena kasur hanya miliknya seorang. 

🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦌

Devi, mertua Senja yang sudah bangun. Berjalan melewati kamar putranya. Kamar itu pintunya tertutup rapat. Jam dinding menunjukkan pukul 6.30. Ah sesiang ini menantu barunya masih lelap memeluk guling. Tak bisa di biarkan menantunya jadi pemalas. Devi akan jadi ibu mertua kejam mirip seperti yang ada di drama India

"Mbok Nah...!!" Teriaknya ketika sampai di undakan Tangga terakhir. Pelayan paruh baya yang di panggil berjalan cepat ke arahnya sambil membawa serbet kain.

"Ada apa nyonya?"

"Bangunin mantu saya, kalau gak bangun gedor atau kalau perlu dobrak aja pintunya."

Mbok Nah terbengong. Majikannya boleh sombong serta judes tapi jangan jadi tolol. "Non Senja kan lagi ngepel di depan. Dia udah bantu saya bikin sarapan juga."

Devi merengut, niatnya mau tes vokal alias ngomel-ngomel di pagi hari batal sudah. "Apa saya bangunin Den Saga aja." Kalau itu mbok Nah akan dengan senang hati melakukannya, dengan membawa seember air sekalian.

"Gak usah. Saga biar tidur aja. Kasihan kemarin kan seharian ada acara. Dia pasti capek." Tuh kan kalau ama anaknya sendiri manjain, sama anak orang tega. Mbok nah berjalan pergi. Sedang Devi berjalan ke depan, mengintip dari pintu apa benar mantunya itu sedang ngepel apa cari muka.

Senja biasa bangun subuh, setelah Shalat ia biasanya menyalakan kompor untuk masak nasi dan juga air. Ibunya bukan orang kaya yang sanggup membayar pembantu jadinya ia mandiri sejak kecil. Mengurus keperluan ibu dan dirinya sendiri.

"Pagi Senja!" sapa sang mertua laki-laki yang baru selesai lari pagi.

"Pagi pah."

"Mantu papah. Rajin banget pagi-pagi udah ngepel." Di puji Senja hanya mengulum senyum ringan. Lalu Hermawan menyodorkan sebuah bungkusan berisi bubur ayam.

"Ini ada bubur buat sarapan."

"Makasih pah."

Hermawan segera berlalu karena mau mandi dan berangkat ke kantor. Tapi di dekat pintu ia di hadang sang istri.

"Bagus banget pah. Beli bubur cuma satu doang buat mantu kesayangannya." sindirnya sambil memonyongkan bibir.

"Kalau mamah mau, suruh aja Mbok Nah buat beli. Papah kira masih belum bangun." Niat hati minta di perhatikan apa daya sang suami tak peka malah pergi begitu saja. Devi tak akan tinggal diam, baru sehari Senja jadi menantunya tapi sudah pandai mencari muka. Lihat saja Devi akan menyiksa anak itu sampai menangis.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status