Bremmm...bremmm.....bremmm
Suara motor balap yang sedang di setel gasnya memekakkan telinga. Asap yang keluar dari knalpot memenuhi udara di arena balap liar. Senja bisa kehabisan nafas kalau terlalu lama di sini sedang Fara malah manggut-manggut karena suara berisik motor bercampur musik pop serta rap yang enak di nikmati telinga
“Ra, kita pulang yuk. Di sini banyak anak cowok.” Senja tak terbiasa di kelilingi laki-laki apalagi laki-laki yang memakai jaket kulit dan juga menyalakan rokok.
“Tunggu, gue belum lihat balapannya. Jagoan gue malam ini mau terjun langsung di arena balap.” Jagoan Fara juga siapa? Di sini laki-laki hampir bermuka sama, sama-sama muka berandal. “Ituh... itu jagoan gue. Troy.... ya ampun cakep banget sih.”
Senja memutar leher, matanya melihat seorang pria berhidung mancung, berwajah tampan dan juga tingginya hampir 180an. Itu yang namanya Troy, pemuda yang tampang dan perawakan tubuhnya begitu menonjol di banding yang lain. “Troy?”
“Iya Atroya Dharma Mahatya, leader genk redbulls dan juga pewaris global media Utama.” Paket komplit untuk seorang laki-laki. Pantas saja Fara begitu memujanya. “Troy dulu kakak angkat di atas kita 3 tahun tapi sekarang dia udah selesai wisuda. Dia sekarang udah kerja, dan gue denger juga bangun bisnis. Dia itu kesempurnaan seorang cowok. Gue berharap dia jomblo, siapa tau gue bisa daftar jadi istrinya.”
“Apa cowok keren kalo bisa bawa motor kebut-kebutan?” tanya Senja sebab kadang ia menganggap aneh selera perempuan jaman sekarang. Yang suka laki-laki macho. Bisa naik motor, berkelahi atau punya banyak pacar. Kenapa tidak naksir yang baik, lurus, pekerja keras dan juga tidak gampangan
“Ya iyalah. Bisa bawa motor terus ngebut itu keren!!” Fara tahu selera ia dan Senja bagai bumi dan langit. Contohnya dalam memilih baju. SEnja monoton di warna putih, coklat kadang merah muda. Sedang Fara lebih ngetrend, ia suka warna magenta, navy, peach, dusty pink atau tosca.” Gue tahu selera lo itu eksmud. Cowok pakai dasi dan juga punya supir pribadi. Tapi Troy itu fleksibel kok. Siang jadi eksmud malam jadi keren karena pegang motor. “
“Gak juga kali, gue suka cowok pinter, setia sama mapan.” Fara memutar bola matanya dengan malas. Senja suka baca novel cinta, gini akhirnya halu yang tak berkesudahan. Fara melihat seorang laki-laki yang jauh dari kata mapan serta layak di jadikan suami.
“Kalau itu selera lo. Jangan sampai lo ketemu cowok model begitu.” Tunjuknya pada seorang laki-laki yang kini mengecek kesiapan rem motor kesayangannya. Mata Senja membulat tak percaya melihat arah yang dituju Fara . “Itu Saga Adhitama, ketua genk snipers musuh abadi Troy. Banyak punya cewek, goblok gak lulus-lulus, yang pasti jauh dari tipe loe.” Sayang ucapan Fara, akan jadi berbanding terbalik. Ada yang berkata jodoh itu saling melengkapi atau bisa juga mirip. Dimanakah kategori untuk hubungannya dengan Saga kelak.
“Saga?”
“Heem... dia dua tahun di atas kita tapi kagak lulus-lulus. Anak bisnis tapi bisa-bisanya suka oto. Begitu deh kalau anak STM di kasih kuliah.” Jadi Saga sekampus dengannya walau beda fakultas. Lalu pandangan Senja beralih pada seorang gadis cantik yang memakai pakaian mini sedang bergelayut manja pada lengan Saga, mencoba mengajak pemuda itu bercengkerama, “tuh cewek siapa?”
“Oh dia Marischa. Pacar Saga.” Kalau pemuda itu punya pacar bagaimana bisa menikah dengannya? Mungkin Saga akan lebih ngotot membatalkan perjodohan. Semoga saja. Senja pasrah dengan apa yang terjadi ke depannya. Menikah dini tak ada dalam rencana tapi kalau takdir Tuhan menggariskan lain. Kita kuasa apa untuk mencegah
“Senja ngapain kamu di sini?” tanya seseorang yang membuat mata bulat Senja membola. Ia bertemu dengan seorang laki-laki yang sama sekali enggan ia lihat.
“Bukan urusan kamu.” Refleks Senja menjauh tanpa peduli Fara ketinggalan di belakang. Yang terpenting dia harus pergi segera.
“Vano lo ngrusak acara aja.” Teriak Fara memaki, acara nonton balasannya gagal. Senja malah kabur ketika ketemu mantan.
“Gue Cuma mau...”
“Mau apa? Minta maaf, lalu bilang masih cinta terus ngajak balikan kan?” Ucapan Fara yang blak-blakan, membuat Vano membeku di tempat. “Lo bener-bener gak tahu diri jadi laki!! Kalau gue jadi lo, gue gak akan muncul di hadapan dia lagi!!”
Fara berbalik pergi mengejar sahabatnya. Biar saja ia tak jadi nonton Troy balapan, yang penting sahabatnya tak bertemu mantan brengsek kayak Devano. Sedang Devano banyak berpikir. Kesalahannya terdapat Senja terlalu banyak, kini di tambah punya keinginan mengajak balikan. Ia merasa jadi tak tahu diri sekarang.
Dua orang pemuda sudah siap di atas motor masing-masing. Troy mengendarai motor ninja warna hitam, sedan Saga motor berjenis sama berwarna hijau. Aroma persaingan begitu kental. Dua pemimpin genk motor, mengadu nyali dan kemampuan di lintasan balapan liar.
“Gue kira lo gak berani dan gak akan datang!!” ujar Saga menantang. Untuk soal bermain taktik, serta menahan emosi Troy itu baginya. Jadilah ucapan Saga hanya jadi angin lalu
“Gue bukan looser. Gue terima tantangan lo.”
Ketika kain sudah di terbangkan ke langit maka keduanya langsung menancap gas dalam-dalam. Bertarung di jalanan dengan mengandalkan kecepatan. Saga adalah raja jalanan, arena balap. Sedang Troy adalah raja di kehidupan. Ia pantang kalah apapun ia akan lakukan agar tak kalah sekalipun caranya adalah hal yang kotor.
Dugh
Motor Saga oleng tapi tak sampai jatuh. Ternyata ketika motor mereka dekat tadi. Troy memanfaatkan keadaan dengan menendang motornya. Jelas Saga geram sekaligus marah tapi ia jadi tak bisa menyusul walau sudah menekan gas secara maksimal. Akhirnya Troy berhasil ke garis finis duluan. Ia berbangga diri, mengangkat tangan sambil mendengar suara riuh pendukungnya
Grepp
Tiba-tiba Saga datang mencengkeram kerah jaket kulit Troy setelah membanting motornya ke aspal. “Lo main curang!!
Troy tersenyum enteng. “Permainan ini gak cocok sama anak kecil kayak lo. Kalah ya kalah,.. cara menangnya gimana sah.-sah aja!!”
Bugh...
Satu hantaman pukulan Saga mendarat ke rahang sebelah kiri Troy. Pukulan itu jelas sakit hingga membuatnya tersungkur. Nampaknya genk redbulls tak terimar leader mereka di hajar duluan jadilah mereka mengeroyok Saga tapi genk snipper maju duluan menghalau segerombolan anak tak tahu aturan itu. Jadilah perang antara genk tak terelakkan. Baku hitam, tinjuan, lebam dimana-mana, darah juga banyak yang berceceran, keduanya tak mau berhenti atau saling mengalah. Mereka hanya bisa lari tunggang langgang dan bubar ketika sirine polisi berbunyi nyaring.
🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️
🏵️🏵️🏵️
"SAYA TERIMA NIKAH DAN KAWINNYA SENJA HAULA BINTI PRASETYA DHARMA DENGAN MAS KAWIN TERSEBUT DIBAYAR TUNAI,” ucap Saga mantap dengan satu helaan nafas. "Saksi sah?...sah?.." "SAH". terdengar kata sah diucapkan serempak oleh para tamu. Kemudian doa pernikahan mulai di lantunkan. Sekarang Saga dan Senja sudah resmi menjadi sepasang suami istri. Pernikahan mereka hanya di hadiri dan kerabat terdekat saja. Flashback seminggu lalu "Ini terakhir kali papah ke sini dan jadi penjamin kamu!!" Ancaman Hermawan hanya di jadikan dengusan lirih. Saga tak merasa bersalah sama sekali. Ayahnya berkata seperti itu dulu dan kini buktinya ayahnya juga kemari. "Oke pah. Temen-temen Saga juga jangan lupa." Hermawan menggeleng pelan sambil menahan wajahnya yang bewarna merah padam. Ia tentu marah sekali dan sikap Saga yang suka tawuran, membuatnya pusing tujuh keliling. "Boleh. Temen-t
Saga ternyata semalam tidak pulang. Senja sedikit merasa khawatir. Khawatir kalau suaminya ketahuan Devi. Pada saat malam pertama mereka, Saga malah pergi ke arena balap. Mendengar suara motor Senja menajamkan telinganya. Ia bergegas turun ke bawah untuk menyambut suaminya. Bagaimanapun juga Saga itu suaminya walau belum ada rasa tapi dia punya kewajiban untuk berlaku baik. Senja kira Saga akan lewat ruang tamu, nyatanya pria itu malah lewat pintu samping garasi yang melewati area dapur. "Mau makan?" sapanya tiba-tiba, yang membuat jantung Saga merosot terjun. Perempuan yang baru ia nikahi sehari sukses membuatnya kaget. "Loe ngagetin gue. Gue kira gue ketahuan mamah." Senja memejamkan mata sejenak. Ingat kata mamah atau ibu mertua. Membuatnya miris, memang benar adanya ibu mertua itu layaknya ibu tiri. Untunglah Devi kini pergi keluar. "Mamah arisan." &
Atroya meneguk minuman beralkohol, ia mabuk. Setiap titik terendahnya ia selalu melampiaskan pada minuman keras. Kakeknya menginginkan Troy tampil sempurna tanpa cacat. Troy si pintar, Troy yang tak boleh kalah atau melakukan kesalahan, Troy yang terbaik. Jujur ia lelah, ia butuh sandaran. Dia juga hanya seorang manusia, butuh kasih sayang dan pelukan hangat seorang wanita. Harapan di peluk seorang wanita yang ia cinta Seketika musnah Ketika sang kakek berniat akan menjodohkannya, dengan Vivian m. Anak rekan bisnis kakek. bukannya Troy tak kenal Vivi ... kenal baik malah. Vivian hanya gadis manja yang hobi belanja dan clubbing. Tak cocok dengan cara pandang hidup yang dijalani Troy. Vivian jauh dari kata istri idaman Di saat ia sedih seperti ini,. Troy langsung ingat ibunya,,,, dan sangat merindukan sang adik Lala."Kenapa kalian tinggalin aku sendiri, Harusnya kalian juga bawa aku." Racau Troy sambil menangis memandangi foto usang milik keluarg
Jam baru menunjukkan pukul 5 pagi saat Saga membuka sedikit matanya. Ia menepuk ranjang sebelah, eh kok kosong. Senja ke mana? Matanya membuka sempurna, ia mencari sosok istrinya. Mata sayu Saga menangkap pemandangan yang indah. Seorang perempuan itu tengah bersujud sambil mengenakan mukena. Hati Saga bergetar hebat, ia si brengsek yang tak pernah ibadah bahkan lupa surat al fatehah. Mendapatkan istri solehah. Apa pantas? Saat Senja selesai menunaikan shalat subuh, Saga sudah duduk bersila di sampingnya. "Kok shalat gak ngajak ngajak? Gue kan pingin jadi imam!" "Besok aku bangunin kamu, habis aku gak pernah lihat kamu shalat." Sindir Senja telak. Saga juga lupa kapan terakhir dia shalat wajib. Eh Jumat kemarin ia juga shalat berjamaah di masjid kampus. "Balik tidur yuk, masih pagi juga." Jadi Saga enak, dia kan anak emas mamah Devi. Lah Senja cuma anak mantu, di sini statusnya cuma numpang idup. Gak boleh berbuat seenaknya.
Saga masih menemani Senja duduk di bangku pinggir jalan. Ia tak tega bila meninggalkannya dalam keadaan kalut seperti ini. Baru saja Saga menemaninya untuk mengambil motor tapi kabar tak sedap harus didengar oleh istrinya. Ibunya, Helen akan menikah dengan om-om mesum bernama Adam dua minggu lagi. "Mereka akan nikah sebentar lagi!! Aku gak suka apa aku mesti hancurin kebahagiaan mamah??" Gumamnya lirih tatapannya tertuju ke jalan kosong. Dalam benaknya pasti tak setuju tapi Senja hanya punya seorang ibu, ia ingin ibunya juga Bahagia. "Gimana ya stel, gue gak tahu tapi jujur lebih baik." Jawaban yang Benar meski kejujuran itu pahit harus kita ungkap. "Kamu, kalau mau kuliah,, kuliah aja. Aku gak apa-apa kok." Saga memang berat meninggalkan Senja di dalam keadaan kalut tapi mau gimana, ia juga punya urusan. "Gue tinggal, kalau ada apa-apa hubungin gue." Dia pamit pergi dan bergegas menaiki motor sportnya menuju bengkel. Karena ha
Bukan pandangan khawatir yang didapat Senja saat pulang atau sedikit keterkejutan mengingat keadaannya yang tak baik-baik saja tapi sebuah cibiran bahkan sindiran dari Devi, ibu mertuanya. Wanita itu bersedekap sambil Mengamati penampilan Senja dari ujung kaki sampai kepala."Dari mana kamu? Pulang kok bawa tongkat gini!! Kamu kenapa??" Tanyanya acuh tak acuh sambil mengikir kuku jarinya yang mulai memanjang. "Senja habis jatuh dari motor." Jawabnya tanpa berani menatap ibu mertuanya. "Hah?? Makanya Jangan sok-sokan mandiri naik motor kalau luka gini yang ngurus siapa?? Oh.... kamu mau bikin suami sama anak saya khawatir. Biar kamu dapet perhatian dari mereka. Lagian kamu kecelakaan naik motor siapa? Perasaan kamu tadi berangkat aja bareng Saga." "Saya ambil motor Di rumah mamah." Ucapnya lirih. Sebenarnya ia ingin Segera pergi dari pada mendengar ucapan mertuanya yang menusuk hati tapi merasa tak sopan kalau tib
“Mau pesan apa mas?” tanyanya pada seorang pelanggan laki-laki yang masih menutupi wajahnya dengan buku menu. “Senja?” Mata indah dan hitam Senja membesarkan pupil. Ia menatap penuh keterkejutan begitu melihat siapa laki-laki yang jadi pengunjung cafe, yang menempati meja 7. “Devano?” “Aku gak nyangka bisa ketemu kamu ,,, kamu kerja di sinj??” Devano mengamati mantan kekasihnya itu yang berpakaian putih hitam. Mirip pegawai yang baru di training.” Kebetulan banget aku langganan cafe ini!!” Kebetulan yang berubah jadi kesialan, umpat Senja dalam hati. “Mau pesan apa?” tanyanya ketus membuat senyum Devano yang mengembang lebar seketika sirna. Senja masih sama, bersikap tak ramah kepadanya. “Pesen, thai tea sama lava chocolate satu.” Gadis mantan kekasih Devano itu cepat cepat mencatat pesanannya. “Tunggu sebentar!!” "Nja, bisa kita Bicara dulu?” “Maaf, aku lagi kerja.” Begit
“Sialan, katanya kalian tawuran sama gengnya Troy. Mana??” Kawan-kawannya hanya terbahak sambil membetulkan mesin motor mereka. “Hehehe, kita Cuma ngibul. Lah loe aneh akhir -akhir ini, gak ngumpul-ngumpul lagi. Kenapa apa dikekepin sama bini loe Gak boleh pergi -pergi.” Ledek Angga penuh dengan nada sindiran. “Syetan loe semua!!” “Van, Jangan ngambek kayak anak-anak dong.” Tanpa mau mendengarkan alasan teman-teman gengnya, ia pilih menenangkan diri. Mengambil jarak dari mereka lalu mengeluarkan sebatang rokok lalu menghisapnya. “Hai,,, Van. Kok sendirian aja??” Sapa seorang pemuda sambil menepuk lengan Saga dengan keras. “Eh loe no,,, kirain siapa? Tumbenan lo kesini, tugas tugas kampus udah lo kelarin.” Devano yang mendengar pertanyaan dari Saga yang penuh nada sindiran dan cibiran hanya tersenyum sedikit. “Jangan mulai deh,bagi rokok loe sebata