Share

Bab 7

Senja memegang pisau dan garpu dengan erat seperti hendak meremukkannya. Kini ia makan malam dengan sangat ibu dan juga Adam, selaku calon ayah tirinya. Rasanya ia muak, mengamati keduanya yang sedang bertukar makanan dengan mesra. Senja bukannya iri namun ia geli saja, Adam pemain peran yang apik. 

"Senja kok makanannya gak kamu makan?" 

Adam berlagak sok perhatian. Menunjukkan gelagat sebagai calon ayah yang baik."Sebelum ke sini Senja udah makan tadi." 

"Harusnya kamu tadi pesen desert aja." Senja terpaksa tersenyum, sedang sang ibu yang tengah berbahagia. Menyesap anggur mahal yang mungkin mereka tak pernah konsumsi. 

"Mamah mau ngasih tahu kalau mungkin dua bulan lahir kita akan menikah." Senja tak kaget, hanya saja ia berharap skripsinya akan segera usai. Kan ia bisa pergi, dengan alasan mendapat pekerjaan di luar kota. 

"Selamat ya Mah. Semoga kalian bahagia selalu." 

"Lalu Senja, kapan kamu wisudanya?" 

"Mungkin akhir tahun, bulan Desember nanti kalau bisa." 

Adam tersenyum sedikit, ah calon anak tirinya begitu cantik dan cerdas tapi sayang sudah punya pacar. Mana pacar Senja itu galaknya kayak preman. "Oh ya aku belum cerita. Om Hermawan tetap akan melanjutkan perjodohan kamu sama anaknya!" 

Dahi Senja menukik tajam, ia geram. Penolakan kerasnya tidak di anggap sama sekali. "Kalau itu terserah mamah." 

"Perjodohan apa? Ada yang aku lewatkan?" Tentu saja adam. Yang notabene adalah orang asing mana bisa di sangkut pautkan dengan pembicaraan mereka. Helen menggenggam tangannya lalu mencoba menjelaskan. 

"Begini, Senja akan di jodohkan dengan anak Almarhum suamiku." Singkatnya begitu. 

"Perjodohan?" Adam malah tertawa konyol, "ini jaman apa? Kenapa masih ada sistem seperti itu?" Untuk kali ini, Senja setuju dengan Adam. 

"Ada alasan kuat kenapa aku ngelakuin ini. Semua berhubungan dengan masa depan Senja." 

"Jangan bilang kalau temen Almarhum ayah Senja itu kaya?" Helen diam, karena merasa tak enak. "Jangan apa-apa selalu kamu ukur dengan uang." Karena memang segalanya butuh uang. 

"Banyak alasan kenapa aku jodohin Senja. Aku gak mau munafik keluarga Mas Herman kaya, Senja bisa hidup lebih baik, punya masa depan lebih cerah." Adam menggidikkan bahu. Lalu matanya melirik ke arah calon anak tirinya yang menghela nafas panjang. 

Siapa pun tak akan mau di pilihkan masa depannya. Apalagi menyangkut pasangan. Karena bagi Senja menikah itu hanya sekali seumur hidup. Lalu bagaimana jika pernikahannya nanti hanya sekedar uji coba atau trial? Senja tak mau jika pada akhirnya dirinya hanya akan jadi janda seperti sang mamah. 

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Di saat pikiran penat, kalut dan juga sedang mengalami mood buruk. Senja selalu main ke tempat kos temannya Faradilla. Penat sungguh bisa membunuhnya perlahan. Hembusan angin rindang pohon mangga tak bisa menyejukkan sanu bari. Ah Senja rasa jika kabur bisa ia lakukan. Pastilah ia memilih jalan itu. 

“Mamah gue nikah. Perjodohan gue tetap di lanjut!” 

Fara menajamkan telinga. Di jodohkan di saat mereka akan keluar dari zona mahasiswa. Rasanya begitu menyebalkan. Kita mau lulus terus kerja, tiba-tiba di sodorkan undangan pernikahan. 

“Kenapa lo gak nolak?” tanyanya sambil mengucek pakaian yang kini berbusa banyak. 

“Nyokap mau nikah, gue lebih baik keluar dari rumah. Mungkin dengan cara nikah.” Fara membanting sikat cucian karena tak suka nada bicara temannya yang terdengar putus asa. 

“Loe itu gak jelek, loe pinter, lo punya masa depan yang gue bisa jamin bakalan indah. Berhenti lo mikirin bakal nikah. Semoga aja cowok yang di jodohin sama lo nolak!!” 

“Semoga aja. Btw gue suntuk, ntar malam keluar cari angin. Gue bosan di rumah terus. Pinginnya sih jalan-jalan tapi lo malah nyuci pakaian.” Fara mendapat hadiah potongan uang saku karena nilainya jeblok. Jadinya ia hemat nyuci baju sendiri, gak pakai jasa binatu atau laundri kiloan. 

“Lo salah ngajak gue. Gue mau jalan-jalan tapi gak ngeluarin uang banyak. Lo tahu gue bokek. Ortu gue tega banget. Apa gue anak angkat ya sebenarnya?” Fara selalu begitu, yah salah orang tuanya juga selaku saja memperlakukan tak adil. Kakak Fara yang pintar selalu di unggulan sedang Fara selalu di nomer duakan. 

“Jalan-jalan tapi gak ngabisin duit itu kemana?” 

Fara memutar otak mulai mengurutkan tempat nongkrong yang asik tapi minim dana jamannya. Dia jadi pingin ke suatu tempat, untuk melihat seseorang. “Gue tahu tempat nongkrong asyik tapi hemat.” 

“Kemana?” 

“Ah udah ngikut aja!!” Fara akan mengajak Senja ke suatu tempat yang sahabatnya tak akan duga. Tempat banyak berkumpulnya anak laki-laki yang mengendarai motor dan melakukan balapan liar

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷💐💐🌷🌷🌷

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status