Share

Bab 4

Saga duduk di atas sofa sambil mengutak-atik isi ponsel. Ia jadi penasaran dengan perempuan bernama Senja semalam. Wajahnya familiar tapi ia pernah lihat dimana ya. Tanpa di komando, tangan Saga meluncur membuka I*******m. Jemarinya mengarah ke kolom pencarian, mengetikkan nama Senja Haula. Kata ayahnya sih itu nama panjangnya. Karena sibuk sendiri, ia jadi melupakan sepeda motor yang ia bongkar tadi.

Angga dan Gio, yang notabene adalah sahabat Saga sekaligus karyawan di bengkelnya menatap temannya dengan curiga. Tak biasanya kawannya ini bermain ponsel sangat lama dan tidak menggubris kehadiran mereka yang sangat berisik karena beberapa kali melempar obeng serta kunci Inggris. Anak itu sedang apa coba. Bukannya membantu malah sibuk sendiri. Dengan pandangan penasaran, keduanya melangkah mengendap-endap menuju arah belakang sofa yang diduduki Saga. Secepat kilat Gio merebut ponsel berlayar datar itu hingga berpindah ke tangannya.

"Hayoo,,,loe stalkerin siapa?" Layar ponsel Saga menujukan  foto seorang perempuan yang sedang memegang buku. 

"Cewek Ga, manis nih". Godanya dan Saga yang tak mau ketahuan, berdiri lalu berlari berusaha merebut ponselnya, namun ponselnya malah sudah di lempar ke tangan Angga. Untung ponsel keluaran terbaru itu tertangkap tepat sasaran. 

"Senja Haula?? Siapa ini Ga?" tanya Angga sambil melihat dengan seksama gadis yang fotonya di lihat leadernya tadi. Wajahnya tidak asing. Tapi dimana Angga pernah melihatnya ya? 

"Siniin dulu hpnya, ntar gue cerita." Angga mengalah, menyerahkan hape itu pada sang pemilik. Ia menanti jawaban apa yang Saga katakan. Apa gadis ini salah satu gadis yang sedang diincar ketua genk mereka. "Ini cewek yang mau di jodohin sama gue." 

"Sial banget tuh cewek." Pekik Gio terkejut. Anak gadis mana yang masa depannya mau di gadaikan dengan menikah dengan mahasiswa abadi serta  anak lelaki paling termanja di dunia. 

"Yah dia beruntung dapatin Saga yang sangat ganteng ini." Saga mulai menscroll layar ponselnya. Mencari kira-kira dimana gadis itu kuliah. "Kalian kenal gak lambang kampus ini?" Tunjuknya pada layar yang memperlihatkan sebuah jaket berwarna hijau tosca yang di saku kanannya terdapat sebuah logo kampus. 

"Begok banget sih lo Ga!!" Teriak Angga tak terima. "Ini lambang kampus kita. Jaket almamater kita. Emang jaket lo, lo kemanain?" 

Saga menggaruk kepalanya, ia bingung. Seingatnya jaket itu sudah jadi lap bengkel. "Gue lupa. Jadi cewek ini anak kampus kita. Dia kira-kira anak jurusan apa ya?" 

"Lo scroll aja ke bawah. Siapa tahu nemu jurusannya." Namun ketika Saga baru beberapa detik menggerakkan tangan. Anggap sudah menghentikannya. "Ini pohon dekat kantin kampus A." 

"Ya kali dia cuma nongkrong." 

"Logikanya kenapa dia nongkrong ke kampus A segala." 

"Emang kampus A tempat jurusan apaan?" Angga dan Gio kompak menepuk jidat. Ya ampun ke kampus anak ini ngerjain apaan sih. 

"Lo beneran gak tahu?" Saga menggeleng tanpa beban sama sekali. Gio menarik nafas. Soal otak temannya cethek tapi kalau balapan dan berkelahi Saga itu jagonya. "Kampus A itu punya anak kedokteran, farmasi, teknik kimia, dan anak pintar lainnya." 

"Jadi kesimpulannya cewek yang mau di jodohin sama lo itu cewek pinter. Berarti ortu lo baik banget. Mau cariin cewek terbaik buat lo." ujar Angga menambahi. Saga malah terkekeh bangga. "Tapi kasihan banget ini cewek." 

"Sayangnya walaupun dia pinter gue gak tertarik." 

"Eh gimana ceritanya lo bisa di jodohin sama dia?" 

"Ceritanya Almarhum bokapnya Senja itu temen bokap gue. Pokoknya kalau gak ada bokapnya Senja, bokap gue gak sekaya sekarang." Kedua temannya hanya membulatkan mulut membentuk huruf O. Saga tak berniat melanjutkan cerita, ia memilih berdiri untuk pergi meninggalkan bengkel. 

"Mau kemana lo?" 

"Cari angin, suntuk gue di bengkel." Para anak buah Saga hanya bersungut-sungut marah. Ketuanya seenaknya sendiri datang dan pergi. Padahal Sagfa mau pergi ke kampus. Mau mencari anak yang bernama Senja. Apa benar satu kampus dengannya? 

****************

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status