Share

Bab 5

Senja masih setia duduk di halte bis. Menunggu angkotnya datang. Ia duduk sembari menangis dan air matanya tanpa sengaja membasahi pipi. Bekas tamparan mamahnya sudah tak sakit namun meninggalkan luka yang amat dalam di hatinya. Senja tak mengerti, kenapa mamanya begitu ngotot ingin ia menikah. Apa sebegitu bebankah Senja bagi ibu tunggal itu?

Kemarin benar-benar malam yang melelahkan untuknya. Perjodohan? Senja tidak pernah sekalipun berpikir untuk menikah saat masih di bangku kuliah walau akan selesai skripsi. Apalagi membina rumah tangga dengan orang yang sama sekali ia tidak kenal. Air matanya kian deras seperti terperas. Mamanya sudah menjanda selama hampir 15 tahun. Apa sebegitu kesepiannya sampai menikah lagi, sampai harus menyingkirkannya?

Biasanya selalu ada Faradilla, sahabat setianya yang siap mendengar keluh kesahnya tapi gadis itu mendadak pulang ke Bandung.

Pim....pim....pim

Siapa gerangan yang menyalakan mobil. Senja buru-buru menghapus air matanya baru kemudian mendongak untuk mencari tahu. Terlihat Seorang pria paruh baya turun dari mobil Honda civic. Lelaki itu mengenakan kemeja kantoran, sepatu mengilat, serta kaca mata hitam.

"Hai Senja."

"Om Adam?" Dahi Senja berkerut membentuk lipatan. Kenapa di saat sedang terpuruk Adam malah datang dengan senyum cemerlang. Senja muak hingga mau berdiri pergi.

"Mau kemana Senja?" Adam dengan berani menghadang jalannya. "Pulang bareng Om. Mamah kamu nyuruh Om buat jemput kamu." Tak mungkin, mereka marahan sejak semalam. Ibunya tak tahu jadwal kuliahnya. Jelas laki-laki ini berbohong.

"Enggak, terima kasih. Aku bisa pulang sendiri." Sebelum Senja melangkah semakin jauh. Adam mencekal satu tangannya agak keras.

"Ayolah Senja, jangan keras kepala. Mending kamu pulang bareng Om dari pada naik angkutan umum. Bau keringat orang," ucap sambil Adam mengunci pandangan nakalnya kepada calon anak tirinya. Lebih baik kan berbaur dengan banyak orang di angkot dari pada hanya berdua dengan Om Adam di dalam mobil

"Bisa gak lepasin tangan aku!! Aku gak mau pulang bareng Om!!" Senja yang merasa risih, meronta namun Adam malah semakin mengeratkan genggaman.

"Bareng Om aja. Udah... Ayo!!" Adam malah dengan kasar menyeret Senja.

"Aku bilang gak mau, ya gak mau," ujar Senja keras. Harusnya calon bapak tirinya ini mengerti namun sepertinya Adam tuli. Pokoknya ia harus membawa gadis ini naik mobil dengannya.

"Kuping Om budeg ya?" Peringatkan seseorang yang kini melepas helm dan juga menyetrandatkan motor sport hitamnya. "Dia gak mau do ajak pergi!!"

"Kamu siapa? Saya cuma mau ngajak anak saya naik ke mobil saya. Dia ngotot mau kabur sama pacarnya." Senja menggeleng keras. Apa yang Adam ucap tentu saja bohong.

"Om jangan ngibul deh, Senja bapaknya udah meninggal. Apa Om bangkit lagi dari kubur?" jawabnya terkikik geli.

"Senja, kamu kenal pemuda berandalan ini?"

"Ya jelas kenal. Saya kan pacarnya Om, calon suaminya. Jadi sekarang bisa kan Om lepas tangan cewek saya sebelum tangan Om yang saya potong!!" Adam kaget lantas menjauhkan diri dari Senja. Adam ngeri saja kalau sampai di hajar anak muda yang berdiri di depannya ini. Dengan tergesa-gesa ia pergi, setelah mobilnya berlalu dengan kecepatan tinggi. Saga malah mengacungkan jari tengahnya.

"Makasih ya."

"Siapa bapak-bapak tadi? Berani banget sampai seret kamu?"

"Itu tadi Om Adam, calon papah tiri aku". Mulut Saga tampak menganga tak percaya. Yang memaksa Senja tadi calon mertuanya. Moga-moga saja Om-Om tadi gagal nikah. Saga tak bisa membayangkan kalau Senja akan punya bapak tiri yang genit seperti itu. Ngomong-ngomong soal calon mertua, Saga kan tidak akan menikah dengan Senja. Saga mengamati tubuh Senja yang bergetar samar. Ia paham kalau gadis ini tengah di landa ketakutan.

"Sekarang lo mau kemana?"

"Pulang."

"Kalau gituh gue anterin deh."

"Eh gak usah."

"Gue gak terima penolakan. Siapa tahu entar kalau gue tinggal. Ada Om lain yang dateng." Kali ini Senja tak bisa menolak. Saga langsung menyodorkan helm cadangan yang ia kaitkan pada jok belakang. "Udah pakai aja."

Senja menerimanya lalu naik ke atas motor Saga yang joknya tinggi. Niatnya sih tak pegangan tapi karena Saga bawa motornya ngebut jadi ia terpaksa pegangan pada pundak. Saga memang telah jadi pahlawannya hari ini tapi bukan berarti Senja akan setuju dengan perjodohan mereka.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status