Kok author mixed feelingsnya, ini Lucian baik atau nggak sih? Suka atau cuma mempermainkan Elea aja?
"Karena kamu telah dengan begitu lancang menarik perhatianku, Elea Brown." Seringai penuh makna bisa Elea lihat terlukis di wajah Lucian. "Dan, kamu harus membayarnya." Otak Elea berusaha memproses ucapan pria di hadapan. Walau kalimat Lucian terdengar seperti seorang pria yang sedang menggoda seorang wanita, tapi tindakannya membuat insting bertahan hidup gadis tersebut meneriakkan peringatan. 'Pria ini tidak waras!' teriak Elea dalam hati. Elea sangat ingin lari, tapi dia tahu bahwa dengan kemampuan Lucian, pria itu bisa menemukannya kapan saja dan di mana saja. Demikian, lari bukanlah jawaban. Akhirnya, gadis itu berujung berkata, "Kalau kamu melakukan ini karena aku telah menamparmu, maka aku minta maaf. Aku bersedia membayar berapa pun uang yang kamu inginkan." Elea bisa menangkap pelipis Lucian berkedut dan senyumannya menghilang, seakan tidak sepenuhnya senang dengan balasannya itu. "Akan tetapi, jangan libatkan orang lain, terlebih orang-orang di sekitarku. Mereka tid
"Bersujud dan minta maaflah karena telah berusaha menyentuhnya." Ucapan Lucian membuat tubuh Eric bergetar. Dia tidak menyangka bahwa dirinya, seorang produser ternama di Capitol yang dielu-elukan karyanya oleh begitu banyak orang, akan berakhir mendapatkan perintah yang begitu hina seperti ini! 'Bersujud di hadapan gadis tanpa nama seperti ini!? Apa yang Lucian Grey pikirkan?!' geram Eric dalam hati. 'Aku tidak akan sudi!' Bukan hanya Eric, Elea juga terkejut setengah mati mendengar perintah Lucian. Dia tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Kenapa Lucian meminta produser ternama itu untuk bersujud di hadapan dirinya? Karena dia wanitanya? Sejak kapan Elea memiliki hubungan macam itu dengan Lucian, hah?! Sejak kapan dia bahkan setuju! "Lucian, apa yang sedang kamu lakukan?" desis Elea. Betapa pun besarnya kekuatan Lucian, apakah Eric Tan, pria yang memiliki kedudukan cukup tinggi di dunia entertainment itu, sungguh rela bersujud di hadapan Elea? Kalaupun sekarang dia
'Sial! Sial! Sial!' Berkali-kali Eric memaki di dalam hatinya, merasa begitu dongkol dengan apa yang baru saja terjadi di dalam ruang direktur agensi kecil itu. Dia tidak menyangka akan tiba masa dirinya bersujud di lantai seperti orang rendahan di hadapan seorang aktris kelas D! 'Paling tidak, tidak ada orang lain yang melihat hal itu ....' Eric memasang wajah bengis, terutama saat membayangkan wajah Elea. 'Gadis sialan!' makinya lagi, menjadi semakin sebal ketika mengingat bahwa Elea akan terlibat dalam salah satu proyek filmnya. "... Ric!" Samar-samar, terdengar seseorang memanggil Eric dari belakang, membuat pria tua yang sedang melalui lorong lantai tertinggi gedung tersebut menoleh ke belakang. "Pak Eric!" Eric pun melihat sosok Will tengah berlari ke arahnya dengan wajah penuh tanya. Sungguh kebetulan, Eric memerlukan tempat untuk melampiaskan amarahnya. "Kamu!" geram Eric tepat ketika Will tiba di hadapannya. Dia melayangkan sebuah tamparan ke kepala pria tersebut,
"Jal*ng! Jauhi tunanganku!" Makian kasar yang diikuti dengan sebuah tamparan keras membuat sosok wanita berparas cantik itu terhuyung beberapa langkah ke belakang. Rasa sakit yang menjalar serta tatapan terkejut dari orang-orang yang berada dalam kafe tersebut membuat pikirannya sedikit kosong, ekspresinya pun sedikit lepas kendali. Dengan usaha menahan emosi yang menggulung dalam dada, wanita berbalut gaun putih gading sederhana itu mengangkat kepalanya, menusuk lawan bicaranya dengan netra hitamnya. "Calon suami ...?" Ucapannya terdengar bergetar, ada sedikit air mata yang tampak berkumpul di pelupuknya. "Apa hakmu mengatakan itu? Dia suamiku!" Balasan yang mengandung kenyataan mengejutkan itu membuat lawan bicara sang wanita membeku, ekspresi yang tadi diselimuti kepercayaan diri mulai bergetar. Jari-jari lentik milik wanita di hadapan terangkat menutup setengah wajah, lalu sebuah kekehan pun terdengar. "He he." "Cut! Cut! Cut!" Seruan penuh emosi tidak puas itu membuat dua wani
"Kamu baik-baik saja?"Pertanyaan tersebut membuat Elea yang gelisah mengangkat pandangan, menatap sosok Will yang memperlihatkan ekspresi khawatir. Dua tangan yang mencengkeram gaun merah panjangnya pun merenggang.Elea tersenyum tipis, lalu berkata, "Tidak apa-apa, Kak. Hanya gugup saja."Bagaimana tidak? Sebagai seseorang yang tumbuh besar di panti asuhan pinggir kota, seumur-umur Elea belum pernah menghadiri pesta sebesar ini. Walau dirinya adalah seorang aktris, tapi dia hanya aktris kecil yang hanya muncul untuk sepersekian detik dalam satu scene dari keseluruhan film!Tiba-tiba, Elea merasa sesuatu menyentuh kepalanya. Dia pun menyadari bahwa Will tengah mengusap rambutnya, cara biasa pria itu menenangkan dirinya."Tenanglah, kamu terlihat luar biasa hari ini. Kalau ada sutradara atau produser yang melihatmu, mereka pasti akan tertarik bekerja sama denganmu," jelas pria itu, membuat wajah Elea merona. "Yang terpenting, jangan sia-siakan kesempatan ini. Tidak mudah bagiku untuk
'Kenapa ... belum sampai-sampai?' batin Elea dengan kening berkerut.Sudah sekitar dua menit berlalu sejak Elea meninggalkan ruang pesta dengan Eric. Kakinya sudah mulai sakit dan tubuhnya pun mulai terasa panas, tapi entah kenapa setelah melalui lorong yang begitu panjang, dirinya masih belum mencapai tempat tujuan. Namun, karena tidak enak bila menggerutu kepada Eric hanya karena hal kecil seperti ini, Elea pun hanya terdiam.Beruntung tidak lama setelah dirinya memikirkan hal tersebut, mereka mencapai sebuah ruangan di ujung lorong dan Eric pun menghentikan langkahnya. Saat melihat pria paruh baya itu membuka pintu ruangan dengan kartu khusus. 'Wah, memang orang-orang kalangan atas berbeda. Bahkan hotel saja sudah memberikan mereka kartu spesial,' batin Elea dengan kagum, mencoba mempertahankan pandangannya yang anehnya mulai sulit fokus."Silakan, Elea," undang Eric dengan sebuah senyuman, mempersilakan gadis tersebut untuk masuk terlebih dahulu.Elea pun memaksakan sebuah senyuma
'Lucian ... Grey?' Elea mengulangi nama itu dalam hatinya. Tidak perlu menjadi orang penting di dunia entertainment untuk tahu tentang nama itu. Lucian Grey merupakan seorang sutradara, produser, dan juga presiden direktur dari Greymore entertainment, perusahaan entertainment nomor satu di Capitol! Dengan ayah yang merupakan seorang ternama di dunia bisnis, juga dengan kakek yang merupakan seorang petinggi di bidang politik, pria itu disebut orang-orang sebagai Raja Dunia Entertainment. Hanya dengan satu jentikkan jari, dia bisa mengunci nasib seseorang di bidang itu! Menyadari hal tersebut, tubuh Eric pun langsung bergetar. Ketakutannya pada Lucian bukan sekadar karena pria itu memiliki kuasa di dunia entertainment Capitol, tapi karena keluarganya memiliki hubungan kuat dengan dunia bawah—dunia para mafia. Itulah kenapa selain panggilan Raja Dunia Entertainment, Lucian juga sering dipanggil ... Raja Iblis Entertainment! "T-Tuan Lucian," panggil Eric dengan suara rendah, jauh lebih
"Dasar pria hidung belang!" maki Elea dengan tatapan mata nyalang. Mendengar makian gadis itu, netra hijau Lucian terarah lurus kepada Elea. Sekilas, tatapan pria tersebut seakan ingin memancarkan aura membunuh yang membuat tubuh aktris tingkat rendah itu bergetar hebat. Namun, kemudian dia melihat sebuah seringai tersungging di wajah Lucian. "Hidung belang?" ulang Lucian dengan alis kanan meninggi, seakan mempertanyakan ucapan Elea. Sempat menjauh, Lucian mengurung sosok gadis itu lagi. "Kamu sedang membicarakan diriku?" Dengan usaha untuk tetap terlihat berani, Elea membalas, "Ya!" Dia mengepalkan tangan kuat. "Kamu sama saja dengan Eric Tan! Hidung belang yang memanfaatkan wanita!" Baru saja kalimat itu terlontar dari mulut Elea, tangan Lucian langsung mencengkeram wajah mungil gadis itu. Wajah pria itu mendekat, terlalu dekat sampai Elea bisa mencium wangi mint menenangkan yang bercampur dengan wangi maskulin dari tubuh raja entertainment itu. Netra zamrud Lucian terpaku lurus