Share

Bab 7 Hak Milik

"Untuk apa aku mempersilakanmu masuk setelah kamu berusaha untuk menjualku kepada sutradara itu?"

Mata Elea mulai berkaca-kaca, masih merasa begitu sakit hati dengan apa yang terjadi di malam yang lalu. Tidak pernah dia sangka bahwa orang yang dia suka bisa bersikap begitu kejam. Akan tetapi, dia tidak akan menangis! Tidak layak dia menjatuhkan air mata untuk pria seperti itu!

"Menjualmu?" Will memasang wajah terluka kala mendengar ucapan Elea, seakan tak mengerti apa ucapan gadis tersebut. "Elea, aku hanya membantumu untuk terhubung dengan Pak Eric agar!"

"Pergi," ucap Elea dengan tegas. "Aku berhenti menjadi bagian dari agensi kotormu itu!"

Elea pun mendorong pintu, ingin menutupnya. Akan tetapi, tangan Will mendadak menampar daun pintu dan menahannya, mengejutkan gadis itu.

"Pergi?" Will mengulang ucapan Elea. "Berhenti?" Netra cokelatnya menampakkan kilatan berbahaya yang membuat tubuh gadis itu bergetar. "Setelah merusak hubungan perusahaan dengan salah seorang senior kalangan atas, apa kamu kira kamu bisa meninggalkan agensi tanpa membayar kerugian yang dialami?" Will mendengus dalam hati, lalu berkata, "Jangan lupa bahwa memutus hubungan dengan perusahaan berarti melanggar kontrak, dan kamu harus membayar uang penalti sebesar satu miliar."

Mendengar jumlah penalti tersebut, mata Elea membelalak. 'Satu miliar?' Terbentuk kerutan dalam pada kening gadis itu. 'Bagaimana ...?' Elea pun tersadar akan satu kesalahan yang dia buat. Dia tidak pernah membaca klausa kontrak dengan jelas dulu. 'Bodoh!'

Di saat Elea memikirkan hal tersebut, Will menjulurkan tangannya dan mencengkeram tangan gadis tersebut. "Keluar Elea! Kamu harus ikut denganku untuk bertemu dengan Pak Eric dan meminta maaf padanya!" perintahnya.

"Lepas!" seru Elea. "Lepas atau aku akan berteriak 'maling'!"

Di tengah kepanikannya, Elea berusaha sekuat tenaga untuk menutup pintu. Hal itu menyebabkan tangan Will terjepit kuat dan tergores besi penyangga pintu.

"Urgh!" lenguh pria tersebut dengan wajah meringis akibat rasa sakit dari luka yang terbentuk.

Melihat hal tersebut, Elea terbelalak. "K-Kak Will!" serunya, langsung melepaskan rantai dan membuka pintu. Dia bergegas berlutut di sebelah Will yang berlutut dengan satu kaki selagi memegang tangannya yang terluka. "Kak Will! A-aku tidak sengaja!"

Dengan wajah kesakitan, Will menatap Elea. Pria itu menghela napas, lalu mencengkeram tangan pergelangan tangan gadis tersebut. "Akhirnya ... kamu bersedia menemuiku," ucapnya sembari tersenyum pahit.

Melihat wajah Will yang menahan rasa sakit, Elea merasa dadanya sesak. Walaupun mengetahui apa yang telah pria itu lakukan, tapi kenapa dia tidak bisa sepenuhnya membenci Will?! Kenapa dia masih merasa sakit ketika melihat pria itu terluka?!

Tangan Will mempererat pegangannya pada tangan Elea. "Elea, aku minta maaf," ucapnya, membuat gadis tersebut membeku. "Aku ... aku memang salah tidak mengatakan yang sebenarnya padamu," tuturnya. "Akan tetapi, demi mimpimu, aku rela melakukan segalanya. Bahkan bila kamu harus bermalam dengan pria lain, asal kamu bisa menjadi bintang yang bersinar paling terang di Capitol, aku rela. Namun, kamu harus tahu satu hal." Will menggenggam tangan Elea dengan kedua tangannya, sama sekali tidak peduli betapa banyaknya darah yang keluar dari lukanya. "Aku tetap akan bertanggung jawab dan mencintaimu."

Mendengar ucapan Will, Elea tidak tahu harus mengatakan apa. 'Mencintaiku?' pikirnya. 'Apa Kak Will ... mencintaiku?'

Kepala Elea terasa pening, sulit untuk memproses semua yang terjadi. Pria itu bilang mencintainya, rela melakukan apa saja agar bisa membantu mencapai mimpi Elea. Namun, apa seorang pria sungguh mampu membiarkan gadis yang dia cintai disentuh oleh pria lain?

Bibir Elea bergetar. "Aku"

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, kalimat Elea terpotong oleh suara dering telepon. Will pun terkejut dan langsung merogoh kantong celananya untuk memeriksa ponselnya.

Saat pandangan Will mendarat pada benda pipih tersebut, keningnya membentuk kerutan dalam. 'Pak Direktur ....' Mata pria itu pun melirik Elea sesaat, memperhatikan bahwa gadis tersebut menunggunya untuk melakukan sesuatu. "Pak Direktur menelepon," jelasnya. "Dia pasti ingin menegurku karena masih belum memberikan kabar tentangmu." Will menambakan dengan senyuman tipis. "Akan tetapi, kalau kamu masih belum siap, maka aku akan mematikannya."

Ekspresi Elea sekejap berubah, merasa sangat bingung bagaimana harus menanggapi pria di depannya itu. Kalau Will mematikan telepon tersebut karena dirinya, maka pria itu pasti akan ditegur dan diberikan hukuman oleh sang direktur.

"Angkat," jawab Elea sembari mengalihkan pandangan. Dia bukan khawatir terhadap karir pria itu. Ya, dia hanya tidak ingin Will menderita karena dirinya. Dia hanya tidak ingin ada utang pada Will.

Jawaban Elea membuat sudut bibir Will terangkat, hanya untuk sesaat sebelum akhirnya menghilang. "Terima kasih, Elea," ucapnya. Dia pun menekan layar untuk mengangkat panggilan. "Selamat pagi, Pak Direktur. Apa yang mungkin–"

Sebelum pertanyaan Will selesai, pria itu terdiam. Kentara jelas bahwa sang direktur memotong ucapannya.

"Apa?!"

Suara kaget Will membuat Elea menoleh untuk kembali menatap pria tersebut. Ekspresi terkejut bercampur bingung di wajah Will membuatnya mengerutkan kening.

"Kamu mendengarku dengan jelas, Will? Jangan sampai ada siapa pun yang menyentuh gadis itu!" seru sang direktur dengan tegas dari ujung telepon yang lain, membuat netra Will berpindah pada sosok Elea, menatap gadis itu dengan ekspresi bertanya-tanya. "Gadis itu telah menjadi hak milik sang Raja Entertainment!"

LuciferAter

Waduh? Hak milik Raja Entertainment? 0.o Apa ini Lucian yang mencoba memenangnkan taruhannya dengan Elea?

| Sukai
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Noerull Fayzha
lanjut thor...
goodnovel comment avatar
e2faeyza89
Menarik.... lanjut thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status