Share

Bab 6 Untuk Apa?

"Mari kita lihat, kamu akan lebih dahulu tenar dengan usahamu atau aku yang terlebih dahulu menguasaimu."

Teringat kalimat yang terlontar dari bibir Lucian membuat Elea, yang sekarang telah kembali terbaring di atas tempat tidur apartemen sederhananya, memasang wajah jelek. Gadis tersebut menggigit bibirnya dengan gemas, merasa kesal setiap kali otaknya memunculkan seringai Lucian ketika mengucapkan tantangan tersebut padanya.

Emosi yang menggulung pada saat itu membuat Elea bertindak nekat, dia mendorong pria itu menjauh untuk kemudian melayangkan sebuah tamparan keras di wajah raja entertainment itu. "Bermainlah sendiri, dasar orang gila!" Kemudian, dia pun berlari pergi meninggalkan hotel.

Mengingat hal tersebut, Elea langsung berteriak frustrasi, "Ahh! Aku yang sudah gila!" Dengan ekspresi panik dan penuh ketidakpercayaan, gadis itu memaki dirinya sendiri, "Bodoh! Bodoh! Apakah kamu sadar yang kamu tampar itu adalah si Raja Entertainment, Lucian Grey?!" Elea mengusap wajahnya dengan geram. "Kamu sudah mengacaukan semuanya, Elea Brown!"

Menampar Lucian Grey, si Raja Entertainment? Elea kira dirinya siapa? Hanya artis kecil kelas D saja berani melayangkan tangannya terhadap pria yang punya kuasa setinggi langit itu?! Habis sudah riwayatnya. Jangankan menjadi artis ternama, hidup saja belum tentu tenang!

Selagi menggigit bibirnya, Elea mendadak teringat kala Lucian menciumnya. Rona merah merayap di wajah gadis itu saat terbayang jelas sentuhan lembut dan embusan panas yang beradu di antara dirinya dan pria tersebut. Jari-jari pria itu menyusuri tengkuk, punggung, dan berakhir menyusup ke balik gaunnya itu, meninggalkan sensasi menggelitik yang tak pernah Elea rasakan sebelumnya. Tatapan tajam yang menegaskan betapa kuat keinginan Lucian untuk menelannya membuat tubuh gadis tersebut bergidik, antara takut atau ... menantikan sesuatu.

Sadar dengan apa yang baru saja dia pikirkan, Elea terbelalak dan langsung berteriak dalam hati, 'Gila!' Dia mengacak-acak rambutnya, lalu menegaskan kepada dirinya sendiri, 'Kamu sadar bahwa dirimu dijual dan hampir saja diperkosa, bukan?!'

Terpikirkan kenyataan gila tersebut, ekspresi Elea perlahan berubah sendu. Dia membiarkan jari-jarinya mencengkeram sisi kepalanya yang terasa pening ketika mengingat tentang apa yang hampir terjadi padanya di malam yang lalu.

'Kak Will ... sungguh menjualku,' batin gadis itu dengan dada yang terasa sedikit sesak, masih sedikit sulit menerima kenyataan.

Netra hitamnya bergeser pada layar ponsel yang terus berkedap-kedip, menandakan adanya panggilan yang masuk. Nama yang tertera di sana membuat pandangan Elea memancarkan rasa ngeri dan jijik yang mendalam.

[Kak Will ~]

Lama Elea menatap ponselnya itu, sampai akhirnya panggilan tersebut pun mati. Hal tersebut membuat gadis itu menghela napas, lalu memeluk kedua lututnya.

'Apa ... aku harus berhenti dari dunia entertainment?' Elea terlihat kecewa dan sedih. 'Mungkin ucapan Ayah benar, aku tidak cocok di bidang ini dan lebih baik kemba--!'

Tok! Tok! Tok!

Lamunan Elea terpecah secara mendadak kala mendengar suara ketukan keras pada pintunya. Dari kerasnya gedoran tersebut, gadis itu sampai berpikir bahwa tamu tak diundang tersebut ingin menjatuhkan pintu apartemennya.

Dengan cepat Elea berdiri untuk membuka pintu, tapi kemudian langkahnya terhenti begitu mendengar panggilan yang menyertai ketukan tersebut. "Elea, buka pintunya! Aku tahu kamu di dalam!"

Itu Will.

***

"Elea, buka pintunya! Aku tahu kamu ada di dalam!" Will berteriak keras sembari menggedor pintu apartemen tua milik Elea.

Setelah dirinya membiarkan Elea untuk pergi dengan Eric di malam yang lalu, Will kira tugasnya akan selesai dan dia pun bisa menghirup udara segar dengan tenang. Lagi pula, artis garapannya akhirnya akan bermain di film ternama setelah satu malam!

Namun, siapa yang mengira kalau Eric akan kembali ke ruangan dengan wajah penuh lebam dan memaki dirinya sebagai penipu!? Bukan hanya reputasinya sebagai manajer agensi yang rusak di mata anggota kalangan atas, tapi juga kredibilitas perusahaannya. Hal tersebut tentu membuat sang direktur murka padanya!

'Kalau bukan karena wajahnya yang cantik, apa dia pikir aku masih akan memperjuangkannya di depan sang direktur?!' geram Will dalam hati, merasa Elea sama sekali tidak tahu berterima kasih. 'Dia kira murah mendapatkan akses ke pesta di malam yang lalu?!' imbuhnya lagi sebelum mulai menggedor pintu kembali. "Elea! Jangan sampai aku mendobrak pintu ini dan–"

Suara pintu yang terbuka disertai gemerincing rantai yang masih terpasang bisa terdengar. Sosok Elea pun terlihat dari celah kecil pintu, menampakkan pandangan penuh amarah milik gadis tersebut yang terarah tepat pada sosok Will.

"Apa yang kamu pikir kamu lakukan?" tanya Will dengan kening berkerut. "Buka rantainya dan biarkan aku masuk," titah pria tersebut.

Akan tetapi, Elea hanya menatap Will untuk waktu yang lama sebelum berkata, "Untuk apa?"

"Apa?" Will menautkan alisnya erat, bingung dengan maksud ucapan gadis itu.

"Untuk apa aku mempersilakanmu masuk setelah kamu berusaha untuk menjualku kepada sutradara itu?"

LuciferAter

Perasaan author doang ato ... Will nggak tahu malu, ya? :) Menurut kalian gimana?

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status