Share

Bab 5 Aku Terima Tantanganmu

"Dasar pria hidung belang!" maki Elea dengan tatapan mata nyalang.

Mendengar makian gadis itu, netra hijau Lucian terarah lurus kepada Elea. Sekilas, tatapan pria tersebut seakan ingin memancarkan aura membunuh yang membuat tubuh aktris tingkat rendah itu bergetar hebat. Namun, kemudian dia melihat sebuah seringai tersungging di wajah Lucian.

"Hidung belang?" ulang Lucian dengan alis kanan meninggi, seakan mempertanyakan ucapan Elea. Sempat menjauh, Lucian mengurung sosok gadis itu lagi. "Kamu sedang membicarakan diriku?"

Dengan usaha untuk tetap terlihat berani, Elea membalas, "Ya!" Dia mengepalkan tangan kuat. "Kamu sama saja dengan Eric Tan! Hidung belang yang memanfaatkan wanita!"

Baru saja kalimat itu terlontar dari mulut Elea, tangan Lucian langsung mencengkeram wajah mungil gadis itu. Wajah pria itu mendekat, terlalu dekat sampai Elea bisa mencium wangi mint menenangkan yang bercampur dengan wangi maskulin dari tubuh raja entertainment itu.

Netra zamrud Lucian terpaku lurus pada netra hitam Elea. "Beraninya kamu samakan aku dengan orang rendahan itu?" Tubuh Elea yang bergetar di bawah cengkeramannya membuat pria tersebut tertawa rendah. "Apa ini cara baru aktris kelas bawah untuk mendapatkan peran?" tanyanya membuat gadis tersebut memasang wajah kebingungan. "Menunjukkan kemampuan berakting polos yang luar biasa, menutupi sempurna niat hina dalam diri?"

Kalimat Lucian membuat Elea terbelalak, tidak menyangka pria itu akan menghinanya sedemikian rupa. Gadis itu pun berusaha mendorong Lucian menjauh, tapi pria tersebut dengan mudah menggunakan satu tangan untuk menekan kedua tangan Elea ke sofa, mengunci pergerakannya.

"Jangan berpura-pura bodoh, kamu jelas tahu apa tujuan menghadiri pesta tersebut," ujar Lucian, merujuk pada para aktor kelas bawah yang menjual tubuh kepada orang-orang berkedudukan di dunia entertainment. "Hanya orang-orang terpojok yang bersedia melakukan apa pun untuk tenar yang datang ke sana," jelasnya. "Berpura-pura bodoh tidak berguna, terutama ketika kamu bahkan telah meminum anggur persetujuan," imbuh pria tersebut.

Lucian memperhatikan penampilan Elea dari atas ke bawah, menikmati pemandangan yang disuguhkan gadis itu. Dengan gaun yang tersingkap sampai ke atas paha dan juga leher gaun yang sedikit terbuka, aktris kelas bawah itu seakan memberikan kesempatan bagi Lucian untuk berfantasi lebih jauh. Ditambah wajah Elea yang begitu merah merona, gadis itu seakan meminta pria tersebut untuk menjamahnya.

Tangan Lucian—yang tadinya mencengkeram wajah Elea—perlahan turun menyusuri leher gadis tersebut, membuat darah dalam tubuh Elea berdesir. Tidak berhenti sampai di sana, jari-jari panjang Lucian terus berjalan turun melewati titik-titik sensitif Elea dan berujung mencengkeram pinggang gadis tersebut, membuat gadis itu terkesiap dan melontarkan sebuah desahan mengejutkan.

Puas melihat reaksi gadis di hadapan, Lucian menyeringai. "Lihat ... tubuhmu adalah bukti nyata dari hal tersebut."

Kepala Elea yang tertunduk perlahan terangkat, memancarkan tatapan nyalang kepada pria di hadapan. "Baj*ngan ...," maki Elea, membuat Lucian sadar bahwa ada yang salah. "Lepaskan aku!" seru gadis itu seraya melayangkan sebuah tinju ke arah wajah sang Raja Entertainment.

Beruntung, sebelum tinju Elea mendarat di wajahnya, Lucian dengan cepat menjauhkan diri dari gadis tersebut. Netra hijaunya memancarkan sedikit keterkejutan dari sikap Elea, terlebih ketika pandangannya mendarat pada darah yang mengalir turun dari bibir wanita tersebut.

'Dia menggigit dirinya ... lagi?' batin Lucian, sedikit kaget dengan betapa parahnya luka yang gadis itu torehkan pada dirinya sendiri.

Dugaan Lucian tidak salah, Elea memang sengaja melukai dirinya. Kala sentuhan pria tersebut membuat Elea mengeluarkan desahan memalukan itu, gadis itu sadar bahwa efek obat perangsang belum sepenuhnya hilang. Alhasil, demi mempertahankan kesadaran, Elea menggigit bibirnya sekuat tenaga.

"Jangan samakan aku dengan orang-orang itu," geram Elea dengan mata yang berkilat dengan amarah. "Aku tidak perlu seorang penyokong kalau harus harga diriku yang kujual!" tegasnya, mengepalkan tangan dengan kuat sampai-sampai ujung kukunya terbenam dalam kulit. "Aku, Elea Brown, akan menunjukkan bahwa aku bisa tenar tanpa bantuan orang-orang sepertimu!"

Mendengar hal tersebut, Lucian berakhir terdiam sesaat, menciptakan keheningan mematikan di dalam ruangan. Kemudian, detik berikutnya, pria itu terkekeh, "He he," dan berakhir tertawa keras, "Ha ha ha!"

Tawa Lucian terdengar begitu keras dan lepas sampai membuat Elea mematung di tempat dengan wajah bingung. Senyuman di wajah pria tersebut pun terlihat begitu bersinar, membuat wajah menawan pria itu menjadi semakin memukau karena kegelapan yang sempat menyelimuti sekejap sirna dan seakan tak pernah ada.

"A-apa yang kamu tertawakan, hah?!" sergah Elea dengan wajah memerah, kali ini campuran malu dan marah. Apa ada kalimat aneh dari ucapannya? Kenapa pria itu seakan mengejeknya!?

Pertanyaan Elea membuat tawa Lucian mereda. Pria tersebut mengambil satu langkah maju dan melingkari tangannya di pinggang gadis tersebut, menempelkan tubuh mereka begitu dekat.

"Elea Brown, katamu?" Lucian mengulangi nama Elea. "Aku terima tantanganmu."

Elea yang sedang berusaha melepaskan diri dari pria tersebut langsung menatap Lucian bingung. 'Apa lagi maksud pria gila ini?' batinnya.

Sudut kanan bibir Lucian terangkat tinggi, dan manik hijaunya bersinar terang bak permata indah. Dengan wajah yang begitu dekat dengan wajah Elea, pria itu berujar, "Mari kita lihat, kamu akan lebih dahulu tenar dengan usahamu," dia memajukan wajahnya, membuat bibirnya menyapu telinga Elea, "atau aku yang terlebih dahulu menguasaimu."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status