Share

Bab 8 Kita Bertemu Lagi, Elea Brown

"Gadis itu telah menjadi hak milik sang raja entertainment! Jangan biarkan siapa pun menyentuhnya dan bawa dia kemari!"

Ucapan sang direktur di telepon membuat Will sedikit mengerutkan keningnya. 'Aku tidak mengerti, apa maksud Direktur?' batinnya, merasa bingung karena tidak sempat mendapatkan penjelasan lengkap lantaran sang direktur langsung memerintahkannya untuk ke kantor bersama Elea.

Ketika melihat lampu merah, Will pun menghentikan mobilnya dan menarik rem tangan. Mata pria tersebut terarah pada sosok Elea, memperhatikan penampilan gadis tersebut. Rambut bergelombang milik aktris kelas D itu memiliki warna cokelat kemerahan yang mencolok, sedikit kontras dengan manik hitamnya. Selain itu, wajah mungil dengan bibir merah mudanya terlihat mempesona, sangat menggoda untuk ditindas.

'Tidak heran Eric Tan sangat kesal ketika dia gagal mendapatkan Elea, memang cukup disayangkan,' batin Will. Dia pun menyadari sudut bibir Elea masih mengarah ke bawah—murung. 'Kalau dia masih seperti ini, maka percuma aku membawanya ke hadapan Direktur.'

Walau telah berhasil membujuk Elea untuk ikut bersamanya ke kantor dengan meminta maaf dan memohon, Will tahu bahwa hati gadis tersebut masih belum bisa melepaskan masalah di malam yang lalu. Hal itu membuatnya menggeram dalam hati.

"Kamu masih marah?" tanya Will dengan suara lembut, sengaja terdengar memelas. "Kita bisa kembali kalau kamu belum siap menghadapi Pak Direktur."

Elea mengalihkan pandangannya ke arah Will, seakan mempertanyakan kesungguhan pria tersebut. "Sungguh?" tanyanya dengan penuh harap.

"Tentu," balas Will."

Sebuah kebohongan, tentu saja. Mana mungkin Will mau putar balik dan membiarkan Elea kembali ke apartemennya? Apa dia mau mencari masalah dengan sang direktur?! Dia jelas hanya mengatakan hal tersebut untuk basa-basi saja! Lagi pula, pria itu tahu Elea akan menolak karena tidak enak.

Setelah beberapa saat terdiam, Elea pun berujung menjatuhkan pandangannya lagi dan berkata, "Tidak, Kak."

'Lihat, 'kan?' batin Will, kentara sudut bibirnya terangkat sekilas. Dia terlalu mengerti sifat Elea. 'Sebagai gadis yang tidak punya apa-apa selain wajah dan tubuh, sudah seharusnya dia patuh seperti ini. Kalau saja tadi malam dia begini, mungkin hari ini dia sudah ada di set syuting bersama Eric Tan.' Will menghela napas, menyayangkan kesempatan yang terlewatkan.

Ketika Will dan Elea tiba di kantor, mereka terkejut dengan keberadaan rentetan mobil mewah yang terparkir di pinggir lobi. Karena lokasi yang memang sederhana dan kecil, suasana tempat tersebut menjadi terasa sedikit sempit dan sesak. Ditambah lagi dengan adanya sejumlah pria berseragam serba hitam yang berjaga di dekat pintu masuk dan sekeliling rentetan mobil hitam, dua orang yang baru saja tiba tersebut menjadi semakin bingung.

"Kita ada tamu penting?" tanya Will kepada sekuriti kantor.

Sang sekuriti kentara sedikit terintimidasi dengan keberadaan para pria berseragam hitam tersebut, jadi dia pun menjawab dengan suara rendah, "Sepertinya, tadi direktur sendiri yang datang dan menjemput seorang pria di lobi sebelum akhirnya naik ke lantai atas."

Mendengar hal ini, alis Will terangkat. Dia mulai menduga apakah kehadiran Elea di pesta kemarin menarik perhatian salah seorang anggota kalangan atas yang lebih luar biasa dibandingkan Eric? Kalau ya, maka ini luar biasa! Akhirnya, artis ke sekian di bawah naungannya berhasil dijual!

Will pun tidak meluangkan waktu lebih lama lagi dan langsung membawa Elea masuk ke dalam kantor. Namun, ketika mereka menghampiri ruangan direktur di lantai atas, terlihat dua orang berseragam hitam berjaga di depan pintu. Bersama mereka adalah seorang wanita bertubuh ramping dengan pakaian profesional dengan rambut pirang yang mencolok.

Saat mendapati kedatangan Elea dan Will, wanita tersebut menghampiri mereka dan menatap Elea. "Nona Elea Brown, bukan?" tanyanya. Tanpa menunggu jawaban dari gadis itu, wanita tersebut menjawab, "Direktur telah menunggumu."

Melihat tangan wanita itu terentang ke arah pintu, mempersilakannya untuk masuk, Elea pun mengambil langkah maju. Di belakangnya, Will pun mengikuti. Namun, mendadak pria itu dihentikan oleh sang wanita.

"Hanya Nona Elea yang bisa masuk."

Will mengerutkan kening. "Aku adalah manajernya."

Dengan netra birunya yang mencolok, wanita itu membalas, "Ya, tapi kamu bukan Nona Elea."

Pelipis Will berkedut. Dia tahu bahwa secara tidak langsung wanita itu sedang menyindirnya. 'Kamu tidak sepenting itu dibandingkan Elea, jadi pergilah.' Itu yang ingin wanita tersebut katakan.

Akhirnya, Will pun melirik Elea yang memandangnya dengan khawatir. "Masuklah duluan. Nanti Pak Direktur juga akan memanggilku," ucapnya dengan percaya diri, melemparkan tatapan sinis kepada wanita pirang di sisi Elea.

Mendengar hal tersebut, Elea menganggukkan kepalanya. Lagi pula, jujur saja dia masih sedikit canggung berdekatan dengan Will setelah apa yang pria itu lakukan di malam yang lalu.

Telah berada di hadapan pintu, wanita berambut pirang itu pun mengetuknya, lalu berkata, "Tuan, Nona Elea sudah tiba." Seakan tahu tidak perlu menunggu jawaban, dia mendorong pintu untuk terbuka dan menoleh kepada gadis tersebut. "Silakan masuk."

Elea pun melangkahkan kaki masuk ke dalam ruangan, tapi dia tidak menyangka bahwa pintu akan dengan cepat tertutup kembali. Wanita pirang tadi tidak terlihat mengikutinya.

Walau merasa bingung, tapi pandangan Elea dengan cepat mengedar, mencari-cari sosok sang direktur di dalam ruangan. Akan tetapi, dia tidak melihat pria dengan tubuh gempalnya yang khas itu. 

Melihat kursi direktur yang membelakanginya dan menghadap keluar jendela, Elea tahu bahwa ada seseorang yang duduk di sana. Dia pun berjalan mendekati meja sang direktur dan berhenti di depannya.

Karena sang direktur tidak mengutarakan apa pun walau dirinya telah hadir, gadis itu pun menduga bahwa pemimpin perusahaannya itu marah. "Pak Direktur, saya minta maaf untuk keributan yang saya hasilkan tadi malam," ujar Elea dengan kepala tertunduk. Namun, alisnya tertaut erat. "Akan tetapi, saya yakin bahwa saya tidak perlu melakukan hal seperti itu untuk bisa menjadi artis yang berhasil!" Dia menegapkan tubuhnya dan berseru, "Jikalau perusahaan bisa memberikan saya kesempatan murni, saya akan berusaha keras untuk membesarkan nama baik perusahaan juga!"

"Kamu begitu yakin kamu mampu?"

Suara dalam itu terdengar asing, tapi juga familier di telinga Elea. Yang jelas, gadis itu tahu bahwa suara tersebut bukanlah suara direktur perusahaannya!

"Kamu ... siapa?" tanya Elea dengan wajah bingung bercampur takut.

"Baru satu malam, tapi kamu sudah begitu cepat melupakanku?" tanya suara itu lagi, membuat jantung Elea berdetak cepat. Getaran yang dihasilkan suara dalam tersebut membuat darah gadis itu berdesir. "Kamu membuatku sedih, Elea."

Akibat ingatan yang mulai menyeruak masuk ke dalam benaknya, Elea melangkah cepat mengitari meja dan menghampiri kursi direktur itu. Kala dirinya berdiri di hadapan pria yang terduduk santai di sana, ekspresinya pun memancarkan keterkejutan mendalam.

Dengan netra hijaunya yang indah, Lucian menampakkan seringai yang menggoda. "Kita bertemu lagi, Elea Brown."

LuciferAter

Mohon ... maap, ini kenapa Bang Lucian gantengnya gak ada obat sih!? Apa perasaan otor doang?!

| Like
Mga Comments (9)
goodnovel comment avatar
Simah Sitepu
seru sih tapi ujung2 pakai koin.
goodnovel comment avatar
Raihannisa Podungge
boleh nggak diterusin bacanya tanpa koin?
goodnovel comment avatar
Indah Dewi
koin lagi koin lagi...buzet
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status