Share

Bab 2 Turuti Saja Ucapannya

"Kamu baik-baik saja?"

Pertanyaan tersebut membuat Elea yang gelisah mengangkat pandangan, menatap sosok Will yang memperlihatkan ekspresi khawatir. Dua tangan yang mencengkeram gaun merah panjangnya pun merenggang.

Elea tersenyum tipis, lalu berkata, "Tidak apa-apa, Kak. Hanya gugup saja."

Bagaimana tidak? Sebagai seseorang yang tumbuh besar di panti asuhan pinggir kota, seumur-umur Elea belum pernah menghadiri pesta sebesar ini. Walau dirinya adalah seorang aktris, tapi dia hanya aktris kecil yang hanya muncul untuk sepersekian detik dalam satu scene dari keseluruhan film!

Tiba-tiba, Elea merasa sesuatu menyentuh kepalanya. Dia pun menyadari bahwa Will tengah mengusap rambutnya, cara biasa pria itu menenangkan dirinya.

"Tenanglah, kamu terlihat luar biasa hari ini. Kalau ada sutradara atau produser yang melihatmu, mereka pasti akan tertarik bekerja sama denganmu," jelas pria itu, membuat wajah Elea merona. "Yang terpenting, jangan sia-siakan kesempatan ini. Tidak mudah bagiku untuk mendapatkan undangan ke tempat ini dari Pak Direktur."

Ucapan Will membuat Elea menganggukkan kepala dengan semangat. "Tentu saja, Kak Will."

Tepat pada saat itu, terdengar suara berdenting dalam lift, menandakan bahwa mereka sudah sampai tujuan. Will pun menyodorkan lengannya kepada Elea. "Ayo," ajaknya, membuat gadis itu melingkari lengan pria tersebut.

Begitu pintu lift terbuka dan dirinya melangkah keluar, Elea pun terpukau kala pandangannya menyapu seisi ruangan. Bukan hanya karena interior mewah ruangan pesta itu, melainkan juga karena wajah-wajah rupawan dan ternama yang sangat sering dia lihat di layar kaca maupun lebar.

Artis kelas A, sutradara senior, produser ternama, bahkan direktur dari sejumlah perusahaan terkenal hadir di tempat tersebut. Tentu saja, ada juga beberapa wajah yang tidak Elea kenali, tapi sebelum dia bertanya-tanya, Will sudah terlebih dahulu menjelaskan dengan berbisik di telinganya.

"Mereka tidak jauh berbeda dengan kita, manajer dan artis kelas D atau orang-orang baru yang ingin mencari koneksi," jelas pria tersebut, membuat Elea menganggukkan kepalanya.

Ketika dirinya sedang sibuk melihat-lihat, mata Elea mendadak bertemu dengan mata seorang pria yang berada di ujung ruangan. Sekujur tubuhnya membeku ketika bersitatap dengan netra hijau indah itu. Bukan karena keindahannya, tapi kegelapan yang menyelimuti netra tersebut terasa menenggelamkan. Alhasil, Elea pun dengan cepat memalingkan wajah.

'Siapa pria itu?' batin Elea. Penasaran dan cukup menyukai apa yang dilihatnya, gadis itu pun melemparkan pandangannya kembali ke arah yang sama. Namun, pria itu sudah tidak ada. 'Ah ... dia menghilang.'

Tiba-tiba, Elea pun mendengar sebuah suara berkata, "William?" Gadis itu mengalihkan pandangan ke depan dan berujung terkesiap dengan sosok yang tengah menghampiri. "Sudah lama aku tidak melihat wajahmu!"

Di sebelah Elea, Will tersenyum kepada pria paruh baya dalam balutan jas mewah yang baru menyapanya itu. "Pak Eric."

"E-Eric Tan!" ucap Elea setengah berseru, menarik perhatian dua pria tersebut. "A-apa Anda Eric Tan, produser film ternama itu?!"

Suara Elea yang sedikit meninggi membuat Will menegurnya pelan, "Elea, jaga sikapmu."

Pria tua bernama Eric itu melambaikan tangannya. "Santailah sedikit, Will." Dia pun menghadap Elea. "Kamu benar, aku Eric Tan." Matanya memandang Elea dari atas ke bawah, menilai penampilan gadis tersebut. "Luar biasa bagaimana pria tua sepertiku ini bisa dikenali gadis muda sepertimu."

"T-tentu saja! Saya sangat menyukai karya-karya Anda, Pak Eric. Sebuah kehormatan bisa bertemu secara langsung dengan Anda!" celoteh Elea dengan wajah bersemangat. Sadar bahwa sikapnya agak berlebihan, dia pun menundukkan kembali wajahnya dengan pipi merona. "M-maaf."

Sikap bersemangat Elea membuat Eric tertawa. Pria itu pun meraih sebuah gelas berisi anggur dari atas nampan seorang pelayan yang lewat, lalu dia menyodorkannya kepada Elea. "Kalau diizinkan, apa aku boleh tahu namamu, Nona Cantik?"

Melihat Eric bersikap begitu sopan padanya dan bahkan memuji penampilannya, Elea sedikit merona. "Nama saya Elea Brown, Pak Eric."

"Kamu aktris? Penyanyi?" tanya pria tua itu dengan alis kanan meninggi, terlihat menikmati ekspresi-ekspresi Elea yang gugup.

"A-aku seorang aktris. Hanya aktris kecil saja, memerankan peran-peran kecil di sejumlah drama dan film," jelas Elea dengan sebuah senyuman tipis.

Mendengar ini, Eric pun beralih kepada Will. "Katakan pada direkturmu aku sangat kecewa padanya." Ucapan pria tersebut membuat Elea dan Will tersentak. Namun, ekspresi pria itu kembali berubah santai saat menatap Elea. "Bagaimana mungkin dia tidak memperkenalkan anggota baru secantik ini padaku sebelumnya?! Padahal, aku bisa menggunakanmu di film-filmku!"

Elea membelalakkan matanya, tidak menyangka akan mendengar hal tersebut dari bibir produser itu. "Pak Eric berlebihan," ujar Elea.

"Rendah hati, aku menyukai gadis ini," ujar Eric kepada Will, menepuk-nepuk pelan pundak pria tersebut. "Kamu sudah melatihnya dengan sangat baik."

"Terima kasih, Pak Eric," balas Will dengan sebuah senyuman bangga. Dia pun melirik ke arah Elea. "Kamu tidak meminum anggur itu? Pak Eric sudah memberikannya padamu."

Mendengar ucapan Will, Elea pun sedikit menunduk untuk menatap keberadaan anggur di tangannya. Sedari tadi, dia memang sengaja tidak meminum anggur itu, terlebih karena toleransinya yang rendah terhadap minuman beralkohol. Namun, menolak pemberian senior tentunya tidak sopan, jadi Elea pun meneguk seperempat isi gelas tersebut.

Di saat itulah Elea mendengar Eric berbicara pada Will, "Saat ini filmku membutuhkan seorang pemeran utama wanita kedua, tapi aku tidak ingin menggunakan orang lama. Mereka membosankan." Dia pun melirik Elea dan tersenyum. "Sepertinya, Elea cocok untuk peran itu, jadi aku ingin berbincang lebih jauh dengannya terlebih dahulu. Apa kamu tertarik, Elea?"

Pernyataan Eric membuat Elea merasa seperti sedang bermimpi. Bekerja sama dengan produser film-film favoritnya? Tentu saja dia mau!

Akan tetapi, sebelum menjawab, Elea pun melirik ke arah Will. Bagaimanapun, pria itu adalah manajernya.

Will pun tersenyum dan menganggukkan kepala. Kesempatan seperti ini, tentunya belum tentu datang dua kali.

Tanpa menunggu lebih lama, Elea pun membalas, "Tentu saja, Pak Eric!"

"Kalau begitu, ayo kita bicarakan hal ini, tapi tidak di sini. Aku tidak ingin ada orang yang mengetahui proyek filmku berikutnya," jelas Eric. "Hotel ini menyediakan ruangan privat untuk perbincangan bisnis, kita pergi ke sana saja."

Tanpa berpikir panjang, Elea pun berjalan mengikuti Eric yang mulai meninggalkan ruangan. Namun, saat menyadari Will tidak mengikutinya, gadis itu menghentikan langkahnya. "Kak Will?" panggilnya. "Kakak tidak ikut?"

Will menggelengkan kepalanya. "Aku masih harus berbicara dengan sejumlah tamu lain. Kamu bisa sendiri, bukan?" tanyanya, membuat ekspresi Elea berubah khawatir. "Cukup turuti ucapan Pak Eric, maka aku yakin kamu akan mendapatkan peran tersebut."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status