Share

Bab 4 Pria Hidung Belang

'Lucian ... Grey?' Elea mengulangi nama itu dalam hatinya.

Tidak perlu menjadi orang penting di dunia entertainment untuk tahu tentang nama itu. Lucian Grey merupakan seorang sutradara, produser, dan juga presiden direktur dari Greymore entertainment, perusahaan entertainment nomor satu di Capitol! Dengan ayah yang merupakan seorang ternama di dunia bisnis, juga dengan kakek yang merupakan seorang petinggi di bidang politik, pria itu disebut orang-orang sebagai Raja Dunia Entertainment. Hanya dengan satu jentikkan jari, dia bisa mengunci nasib seseorang di bidang itu!

Menyadari hal tersebut, tubuh Eric pun langsung bergetar. Ketakutannya pada Lucian bukan sekadar karena pria itu memiliki kuasa di dunia entertainment Capitol, tapi karena keluarganya memiliki hubungan kuat dengan dunia bawah—dunia para mafia. Itulah kenapa selain panggilan Raja Dunia Entertainment, Lucian juga sering dipanggil ... Raja Iblis Entertainment!

"T-Tuan Lucian," panggil Eric dengan suara rendah, jauh lebih sopan dan sungkan dibandingkan beberapa saat sebelumnya. "M-maafkan aku, aku telah bersikap tidak sopan kepadamu."

Ucapan Eric membuat senyuman Lucian, yang tadi bertengger di wajah tampan pria tersebut, seketika luntur tak tersisa. Dengan dua tangan yang terlipat di depan dada, pria itu memberikan tatapan dingin yang mengintimidasi. "Membosankan," ujarnya dengan suara dalam. "Bukankah kamu bilang akan membuatku menyesal?"

Eric menundukkan kepalanya, tidak berani menatap netra hijau yang menusuk itu. "A-aku tidak berpikir ketika mengatakan hal itu!" balasnya dengan suara rendah, merasa hatinya akan segera meledak. Dia pun melirik sosok Elea yang berada di sofa dengan penampilannya yang berantakan. "I-ini semua karena gadis sialan itu menggodaku!" imbuh Eric, jari telunjuknya tertuding ke arah gadis malang tak berdaya itu.

Di saat ini, pandangan Lucian bergeser pada sosok Elea. Wajah gadis itu terlihat merah, air mata masih menuruni pipinya. Dengan napas memburu dan pandangan yang tidak terlihat fokus, tidak perlu orang cerdas untuk tahu apa yang sedang terjadi dengan wanita tersebut.

"Ba ... j*ngan," gumam Elea dengan ekspresi marah, berjuang keras mempertahankan kesadarannya agar tidak melakukan tindakan memalukan. 'Bisa-bisanya dia berkata seperti itu setelah melakukan semua ini padaku!'

Gumaman tersebut terdengar oleh Lucian, lalu pria itu pun berkata, "Enyah."

Ucapan pria itu membuat Elea mengangkat pandangannya. Gadis itu merasa seluruh tubuhnya bergetar ketika ditatap lurus oleh pria tersebut. Namun, titah Lucian terdengar seperti pertolongan untuknya. Lagi pula, dia hanya menginginkan satu hal saat ini.

Kabur.

Dengan usaha keras, Elea menurunkan kakinya dari atas sofa dan menapak ke lantai. Namun, saat dirinya ingin berdiri, dua tangan kekar mendarat pada kepala sofa, tepat di dua sisi pundaknya. Alhasil, pergerakan Elea pun tertahan.

Bingung, Elea pun mengangkat pandangannya, menemukan bahwa sepasang manik hijau yang memikat itu berjarak begitu dekat dengan wajahnya. Elea mematung, tidak berani bergerak. Bibirnya bergetar, tidak mengerti apa yang sedang Lucian lakukan.

'B-bukankah dia menyuruhku untuk pergi?' tanya Elea dalam hati.

Seakan bisa membaca pikiran, Lucian berkata, "Apa kamu tidak mendengar ucapanku?" Kepala pria itu menoleh sedikit untuk melemparkan sebuah tatapan mengerikan kepada Eric. "Aku menyuruhmu untuk enyah dari hadapanku."

Baru tersadar bahwa titah itu terarah padanya, Eric bergegas membungkuk. "S-saya permisi, Tuan Lucian!" Pria tua itu pun berbalik, berniat untuk pergi. Namun, langkahnya terhenti ketika mengingat satu hal yang tertinggal. Dia pun menoleh untuk menatap Elea. "G-gadis itu ...?" Dia sudah membayar besar untuk satu malam dengan Elea, tidak mungkin dia pergi begitu saja, bukan?!

Namun, usaha Eric untuk mendapatkan gadis itu kembali membuat Lucian memicingkan matanya. Tatapan dingin pria itu berubah menjadi semakin mematikan. "Apa?"

Hanya satu kata, tapi nyawa Eric terasa hilang setengah. "P-permisi, Tuan!" Akhirnya, pria itu pun langsung berlari keluar dari ruangan itu, tentu tanpa lupa menutup pintu tersebut kembali.

Melihat kepergian Eric, Lucian menjauhkan dirinya dari sosok Elea. Pria itu menyisir rambutnya dengan jari-jari panjangnya dan bergumam dengan frustrasi, "Si*lan, mengganggu tidurku saja."

Di saat itu, netra Elea terpaku pada lengan kekar Lucian. Tato ular di tangan kanan pria tersebut terlihat sangat istimewa. Satu kali lihat, maka akan terus terbayang di ingatan. Tidak hanya itu, tapi penampilan menawan Lucian membuat Elea termenung, mempertanyakan bagaimana Langit begitu tidak adil kala menciptakan seseorang.

Rambut hitam segelap malam itu terlihat sempurna, tidak perlu ditata sedemikian rupa untuk membuatnya terlihat rapi. Alis tebal yang menukik tajam memperkuat tatapan intens dari sepasang manik hijau indah tersebut. Tidak lupa juga hidung yang tinggi dan bibir yang tipis, diakhiri dengan rahang tegas yang melengkapi penampilan menawan milik pria tersebut. Satu lirikan, maka hampir semua wanita jelas akan takluk di bawahnya.

Semakin dirinya memperhatikan sosok Lucian, entah kenapa Elea merasakan tubuhnya semakin panas. Napasnya seiring waktu semakin memburu, dan hal itu membuat Elea mencengkeram dadanya yang terasa sesak.

'Aku ... harus segera pergi dari sini,' batin Elea, menyadari dirinya mulai kehilangan kendali. Dia pun berusaha untuk berdiri, tapi malah berakhir terjatuh kembali ke sofa. 'Aku ... tidak lagi kuat bergerak.'

Usaha Elea untuk berdiri menarik perhatian Lucian, pria itu kembali mengurung gadis tersebut dengan kedua tangannya menempel pada kepala sofa. "Apa kamu berusaha untuk pergi?"

Pertanyaan yang terlontar dari bibir pria tersebut menggelitik telinga Elea, mengakibatkan tubuhnya bergetar. Gadis itu menggigit bibirnya, menahan gejolak dalam diri.  "Aku ... harus—!"

Sebelum Elea menyelesaikan ucapannya, gadis itu merasakan tangan Lucian mengapit wajahnya. Kemudian, tanpa aba-aba, pria itu membungkam mulutnya dengan sebuah ciuman. Hal tersebut membuat Elea sangat terkejut, dan gadis itu pun berusaha mendorong tubuh Lucian menjauh.

Namun, saat tangan Elea memukul dada kekar Lucian, tangan kanan pria itu malah melingkari pinggang gadis tersebut. Sentuhan Lucian pada tubuhnya menghasilkan percikan pada tubuh Elea, membuat gadis itu melenguh di sela-sela ciuman.

"Nggh!"

Suara yang dihasilkan Elea membuat tatapan Lucian, yang masih terpaku pada wajah manis gadis itu, terlihat terhibur. Pria tersebut pun menggigit bibir bawah Elea, membuat tubuh gadis itu tersentak. Tak berhenti di sana, tangan Lucian pun menyusuri paha mulus gadis tersebut, menyebabkan Elea menggeliat, antara berusaha melepaskan diri ... atau menikmati sentuhan pria tersebut.

Berada di bawah kendali Lucian, Elea merasa terjebak. Tubuhnya jelas menginginkan lebih, tapi pikirannya yang masih belum sepenuhnya menghilang meneriakkan peringatan. Dirinya baru saja keluar dari kandang singa, kenapa malah masuk ke sarang buaya?!

Memutar otaknya, akhirnya Elea pun mengambil satu keputusan.

"Urgh!" Lucian tersentak, bergegas mengakhiri ciumannya dengan menjauhkan wajahnya dari wajah Elea. Lidah Lucian menjilat bibirnya, merasakan karat besi di sana. Dengan ibu jarinya, pria itu pun mengusap bibirnya. Saat melihat cairan merah yang menempel di sana, pria itu pun melemparkan pandangan mengerikan kepada Elea. "Kamu ... menggigitku?"

Dengan dua tangan mengepal, Elea yang menggigit bibir Lucian juga sengaja menggigit keras bibirnya sendiri hingga terluka. Beruntung, tindakan gadis itu mengembalikan sebagian kendali Elea atas tubuhnya. "Dasar pria hidung belang!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status