Share

Dendam Membara Istri Kedua
Dendam Membara Istri Kedua
Author: Virgo Chameleon

Awal dari Segalanya

“Minggu depan, kalian semua saya undang ke acara pernikahan putra saya, Bagas Kuncoro, dengan perempuan cantik yang berada di sebelah saya ini, Sarah Daniawati.” Suara perempuan paruh baya itu terdengar lembut, sekaligus tegas. Pengumuman itu sekejap mengejutkan semua orang yang hadir dalam pesta. Namun, semua itu berlangsung sesaat karena riuh renyah suara tepuk tanganlah yang kemudian bergemuruh dalam ruangan.

 

'Apa-apaan ini?' Di tempatnya, Sarah, wanita yang disebutkan dalam pengumuman itu, tidak dapat menyembunyikan rasa terkejut dari wajahnya. 'Menikah?' Keringat dingin mulai membasahi gaun malam yang ia kenakan. 'Dengan Bagas?!' Kalau saja ia tidak ingat bahwa ada puluhan pasang mata yang sedang menatapnya dengan intens, mungkin dia sudah limbung saat itu juga.

 

Selagi lengan perempuan paruh baya itu melingkar di pinggangnya, seakan merantai Sarah agar tidak kabur, berbagai komentar pun mulai dilontarkan para tamu yang hadir.

 

"Selamat, Bu Retno! Kok bisa mendadak sih pengumumannya? Saya belum siapin baju nih!"

 

"Menantunya orang mana, Bu? Cantik banget sih. Nggak kalah sama yang pertama."

 

Mendengar rentetan pertanyaan yang dihujankan pada Retno--wanita paruh baya di sisinya itu--Sarah hanya bisa terperangah mendengar pembicaraan perihal 'pernikahan'-nya.

 

Manik hitam Sarah bergeser ke satu arah, pada seorang pria berparas tampan yang berdiri di tengah ruangan dengan wajah terkejut bercampur marah. Bagas, putra dari Retno yang tersebut dalam pengumuman, dengan terbuka memberikan tatapan nyalang penuh kebencian padanya.

 

'Kenapa jadi seperti ini?'

 

***

 

“Ibu bener-bener udah gila, ya?!” Sebuah seruan lantang terdengar dari tengah ruangan yang telah sepi.

 

“Lancang kamu, Gas!” balas Retno yang menatap putranya nyalang.

 

Jamuan makan malam telah selesai, dan setelah tersisa tamu terakhir—Sarah—yang terjepit situasi, perang mulut antara Retno dan Bagas tidak dapat dihindari.

 

Sarah gemetaran, merasa gugup dan resah saat sepasang ibu dan anak itu terus-menerus saling berteriak, tidak memberikan jeda sama sekali untuk bernapas. 'Aku hanya ingin membantu Ayah dan Ibu, tapi bukan seperti ini!'

 

Teringat oleh Sarah kala dirinya berada di ruang rumah sakit sang ibunda. Dengan wajah sendu, ayah Sarah menjelaskan akan mencairkan dana perusahaan untuk membayar biaya rumah sakit sang istri yang besar.

 

"Ini jalan satu-satunya," ucap ayah Sarah, baru saja selesai menjelaskan bahwa dirinya akan menutup perusahaan dan mencairkan dana yang tersisa untuk membayar biaya rumah sakit ibunda Sarah. "Hanya dengan begini ibumu bisa sembuh."

 

"Tidak, Ayah." Sarah menggelengkan kepalanya, merasa sang ayah terlewat gegabah. Wanita itu memutar otaknya, lalu teringat satu hal. "Malam Sabtu ini, aku diundang ke acara Keluarga Kuncoro. Bu Retno dan keluarganya adalah teman dekat keluarga kita, aku akan coba minta bantuan padanya."

 

Sesuai rencana, Sarah memang mendapatkan bantuan yang dia perlukan. Akan tetapi, sekarang apa? Dirinya malah dinikahkan paksa, bukan hanya tanpa persetujuannya, tapi juga penolakan dari pihak pria?

 

"Ibu! Bagas sudah punya istri!" seru Bagas dengan amarah yang menggebu. Terlihat di sisinya sosok seorang perempuan rupawan berusaha menenangkannya, tapi dengan air mata yang menuruni wajahnya. "Bagas punya Rayya! Apa maksud Ibu ingin menikahkan Bagas dengan wanita lain?!"

 

Sarah menatap wanita di samping Bagas--Rayya--istri yang pria itu nikahi lima tahun yang lalu. Dirinya bahkan diundang ke pernikahan dua sejoli itu dulu, hadir dan mengucapkan selamat dengan tulus atas pernikahan keduanya. Akan tetapi, sekarang dirinya malah menjadi orang ketiga dalam pernikahan mereka.

 

"Bu Retno," Sarah memberanikan diri untuk angkat suara, mengalihkan pandangan semua orang kepadanya. "Ini tidak benar." Wanita itu menggelengkan kepalanya. "Seperti yang Bagas bilang, dia--"

 

"Alah! Diam kamu!" potong Bagas dengan wajah marah. "Ini semua pasti ulah kamu, 'kan? Kamu yang sudah ngehasut Ibu!" tuding pria itu seraya mengambil langkah besar untuk menghampiri Sarah. Tangan mengepal di kedua sisi tubuh pria tersebut membuat perempuan itu secara refleks menghindar.

 

Melihat Bagas ingin menampar Sarah, Retno berteriak, "Alasan Ibu adalah karena istri kamu mandul!"

 

Mendengar hal itu, Bagas membeku di tempat, begitu pula dengan Sarah. Jadi, alasan Retno melakukan semua ini ... adalah karena ketidakmampuan istri Bagas untuk memberikan keturunan!?

 

"Ibu!" teriak Bagas, terkejut dengan betapa teganya sang ibu mengutarakan hal tersebut di depan wajah sang istri.

 

Belum sempat Bagas mengutarakan perlawanannya, Retno menarik Sarah menjauh dari pria itu dan melanjutkan, "Ibu nggak mau tahu, Bagas! Kamu harus menikah dengan Sarah atau--!" Belum sempat Retno menyelesaikan kalimatnya, tapi ucapan wanita itu terhenti.

 

Sarah menoleh dan mendapati wajah perempuan tua itu memucat. Hal itu diikuti dengan tindakan Retno mencengkeram dada dan perlahan jatuh ke belakang.

 

"Bu Retno!" teriak Sarah seraya menahan berat tubuh perempuan tua yang jatuh ke arahnya itu.

 

"Ibu!" Bagas menghampiri Retno. Wajah pria itu pun memucat dan dia langsung berseru, "Ke rumah sakit, sekarang!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status