Share

5 - Kotornya Fantino

Darmo Vandara sudah menghabiskan tiga gelas vodka guna menghindari kebosanan karena menunggu detektif sewaannya yang tidak kunjung datang. Ia tidak akan marah sebab sudah diberitahukan alasan Marvell Wiser datang terlambat. Bisa dipahami.

Hanya saja, informasi yang telah berhasil dikumpulkan sang detektif membuatnya jadi semakin penasaran. Bahkan, cenderung ia sangat ingin mengetahui keseluruhan data berkaitan dengan Fantino Creo yang masih sebagai dugaan belaka. Dan, sang detektif sudah menemukan bukti nyata beberapa hari belakangan. Sungguh, menyenangkan.

"Kenapa kau menyuruhku ke sini?"

Segenap pemikiran dan simpulan muncul di dalam kepala Darmo Vandara pun seketika hilang karena pertanyaan dilontarkan oleh seseorang. Wanita yang memang dinantinya untuk datang juga. Benar, Aline Whitney.

Darmo Vandara segera memasang seringai lebar pada wajah dan melemparkan tatapan tajam ke arah Aline. Wanita itu berdiri di hadapannya, tepat dibalik meja kerja.

"Aku kira kau tidak akan mau datang ke sini untuk memenuhi permintaanku." Darmo berujar dengan nadanya yang datar.

"Tapi, baguslah kau masih sadar bahwa aku adalah atasanmu di kantor. Dan, kau harus menuruti apa perintahku," imbuhnya. Suara lebih dibuat sinis. Begitu pun ekspresinya.

Masih dipandang lekat sosok Aline. Wanita itu juga belum mengalihkan fokus darinya. Menatap dengan lekat. Seperti sedang ingin menggali sesuatu lewat matanya. 

Darmo tidak cukup yakin wanita itu akan bisa menebak ataupun menerjemahkan isi kepalanya. Justru, ia yang mampu melihat kecemasan nyata dalam sepasang mata milik Aline. Tak bisa disembunyikan darinya.

"Kau memikirkan apa, Miss Whitney?"

"Memikirkan tujuanmu menyuruhku ke sini.  Kau pasti menugaskan hal tidak biasa."

"Kau memang staf yang baik. Aku senang dengan kepekaanmu. Aku tidak perlu repot lagi untuk memberitahumu secara detail."

"Kau harusnya mendapat pendamping baik sepertimu juga." Darmo menekan setiap kata-kata yang dilontarkannya.

"Tapi, aku rasa kau salah mencintai orang. Ya, dia bukan pria yang pantas untukmu," imbuhnya dengan nada semakin sinis.

"Berhentilah bicara omong kosong!" Aline merespons cepat, berseru cukup kencang.

"Kau tidak akan berhak menilainya seperti itu. Lagipula, aku yang menjalani. Tidak kau. Berhentilah ikut campur untuk urusan pribadiku lagi." Suara ditinggikan Aline lagi.

Darmo Vandara merasa terpancing dengan tanggapan Aline. Ia bergegas bangun dari kursi. Berjalan cepat pula mendekat ke arah Aline berada. Tatapannya hanya terpusat pada sosok wanita itu yang memandangnya dalam sorot marah begitu tampak nyata.

Tepat setelah berdiri di hadapan Aline, dua tangan Darmo Vandara langsung diletakkan di masing-masing bahu wanita itu. Hanya dicengkram dengan pelan, tak terlalu kuat.

"Aku berhak ikut campur urusanmu, Miss Whitney. Aku tidak suka kau bersama pria yang lebih buruk daripada diriku. Kau tidak pantas mendapatkan orang yang buruk. Kau harusnya memikirkan dirimu sendiri," balas Darmo Vandara dalam nada kian dingin.

"Sudah aku katakan tadi! Kau jangan mudah menilai orang buruk! Dia mungkin tidaklah kaya seperti kau!"

"Tapi, aku tahu dia cukup baik. Sampai kapanpun kau berusaha untuk memperlihatkan keburukkannya. Aku tidak akan peduli. Lakukan apa saja maumu."

Sedetik selepas Aline berbicara, wanita itu melepaskan kasar kedua tangannya. Ia pun menerima. Bahkan, melangkah mundur. Ingin menjaga jarak sebentar. Namun, tidak dilepaskan pandangan dari sosok Aline. Ia sudah menyiapkan jawaban untuk wanita itu. Tetapi, dipilih menunda mengeluarkan.

"Satu yang pasti juga, Mr. Vandara. Aku tidak akan pernah dapat membalas perasaanmu. Tolong, jangan ganggu kehidupanku lagi. Aku berhak memilih siapa yang ingin aku cintai. Kau jangan pernah menghalangi."

"Ckckck." Darmo Vandara berdecak sinis. Ia sudah berusaha tak emosi. Namun, pada akhirnya berhasil untuk dipancing.

"Kau sangat yakin dia pantas kau jadikan kekasih atau suamimu? Bagaimana jika kau hanya dibutakan cinta, tanpa bisa melihat fakta dan kenyataan bahwa dia busuk?"

Kembali, dipegang kedua lengan Aline. Erat. Tetapi, tidak mencengkram. Bagaimanapun juga ia masih bisa berpikir dengan jernih dan akal sehat tetap bekerja. 

Aline adalah wanita yang dicintainya. Tak akan dilakukan hal-hal dapat melukai wanita itu secara fisik. Jika sampai terjadi, maka dirinya skan merasa sangat bersalah. Sebisa mungkin berupaya berhati-hati dalam bertindak dan bersikap.

"Bisakah kau jangan menjadi wanita yang bodoh saat kau sedang mencintai seora--"

"Bukti apa lagi kau punya, Mr. Vandara?"

Darmo menyeringai. Kontras akan tatapan kedua matanya yang kian menajam memandang Aline. "Bisakah kau jangan buru-buru menagihku?"

"Aku punya semua bukti yang sangat bisa membuatku menjebloskan Mr. Creo ke penjara."


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status