Share

4 - Fantino Creo

"Sebuah kehormatan bagi saya bisa makan bersama dengan Mr. Vandara lagi siang ini."

Darmo Vandara menaikkan salah satu ujung bibirnya. "Kau terlalu berlebihan."

"Saya senang saja bisa makan siang bersama Anda, Mr. Vandara. Belum tentu pegawai lain bisa mendapatkan kesempatan bagus seperti saya peroleh hari ini."

Sudut bibir diangkat lagi semakin tinggi oleh Darmo Vandara. Membentuk senyum yang terkesan angkuh. Memang disengaja.

Arah pandangnya lebih banyak ke sosok Aline, dibanding Fantino. Walaupun, dirinya  terlibat percakapan dengan pemuda itu. 

"Banyak pegawai yang ingin bisa satu meja bersama bos utama perusahaan, yakni Anda, Mr. Vandara. Saya termasuk beruntung."

Dipusatkan sebentar fokusnya pada Fantino. Kepala dianggukan. "Baiklah. Kau anggap saja sebagai sebuah keberuntungan."

"Tapi, jangan sungkan denganku. Kau sudah lama bekerja di perusahaan. Rileks saja. Anggap aku bukan atasanmu, saat kita tidak berada dalam pertemuan formal ataupun rapat."

Ketegangan yang semakin besar menyergap diri Aline. Walau demikian, ia mengarahkan lekat pandangan pada sosok Darmo Vandara di sampingnya. Ingin sekali supaya pria itu menatap balik dirinya, namun sia-sia belaka.

Darmo Vandara pun sengaja mengabaikan dengan cara mengobrol bersama Fantino. Ia tahu persoalan yang tengah dibicarakan tak jauh dari pekerjaan. Tetapi, tetap saja ada perasaan yang kurang mengenakan muncul di dalam dirinya. Aline meyakini firasatnya.

"Mr. Creo, aku dan sebuah perusahaan di Texas, The Capility, akan merencanakan lagi kerja sama tambahan. Ada beberapa proyek baru yang kami bangun di sana. Kau akan aku tugaskan mengambil tanggung jawab penuh. Apa kau bersedia dikirim ke Texas?"

"Saya tentu akan menjalankan tugas apa pun yang Mr. Vandara berikan kepada saya. Dan, akan saya jamin proyek-proyek di sana akan terealisasi dengan baik. Terima kasih untuk kepercayaan besar dari Anda kepada saya."

"Posisimu akan aku naikkan. Kau juga harus memberikan hasil yang maksimal dari kerja sama ini sebagai timpal balik dan loyalitas dengan perusahaan. Aku memercayaimu. Kau jangan mengecewakanku," ucap Darmo Vandara dengan menyelipkan sedikit nada angkuh di dalam kalimat-kalimatnya.

"Jika kau bekerja tidak sesuai harapanku. Kau akan mendapatkan ganjaran juga. Kau tahu aku cukup kejam jika sudah memiliki sangkut paut dengan uang, perusahaan, dan bisnis." Darmo Vandara mengimbuhkan.

"Saya mengerti, Bos. Saya akan berusaha melakukan usaha terbaik saya. Jika hasilnya buruk, maka saya siap mendapat ganjaran apa saja. Termasuk juga diberhentikan."

Darmo Vandara menambah tinggi kembali ujung bibir bagian kanan. Membentuk lagi senyuman yang semakin sinis. Tangan kiri di bawah meja kerja dikepalkan dengan kian kuat juga. Tatapan menajam dan bertambah lekat masih terpusat pada sosok Fantino.

"Ah, selain ketiga hal tersebut yang sudah aku katakan. Ada satu hal juga penting bagi diriku, yakni wanita. Aku tidak akan segan berbuat apa pun untuk wanita yang aku cintai. Hanya pada satu orang wanita saja. Apa kau juga bersikap seperti itu, Mr. Creo?"

"Tidak, Bos. Aku tidak bisa setia dengan satu wanita. Mungkin belum untuk saat ini."

Darmo Vandara mengencangkan kepalan tangan. Rahang wajah mengeras. Tetapi, tak disadari emosinya yang semakin besar oleh Fantino Creo. 

Jadi, tidak akan pula Darmo Vandara tampakkan secara nyata. Ia masih menghargai statusnya sebagai atasan pria itu. Jika menumpahkan amarah, maka ada masalah lain yang akan menunggunya.

"Pilihanmu bagus juga. Kita masih muda dan bebas. Tidak apa-apa bermain-main dengan lebih dari seorang wanita." Darmo Vandara menanggapi santai. Tersenyum licik.

"Benar, Bos. Mencicipi banyak wanita akan membuat kita tahu mana saja yang terbaik dan paling bagus. Baru nanti kita memilih."

Seringaian puas ditampakkan Darmo pada wajahnya sembari mengangguk-anggukan kepala, seolah ingin menunjukkan bahwa ia setuju akan pendapat dilontarkan oleh Fantino Creo. Harusnya memang diberikan respons yang demikian untuk bagusnya.

"Ternyata kau lebih banyak pengalaman dibanding denganku. Jika aku boleh tahu kau sudah meniduri berapa wanita?" Darmo pun bertanya dengan nada santai saja.

"Aku lupa siapa saja yang aku pernah ajak bercinta. Tapi, cukup banyak. Mulai kekasih sampai wanita yang aku kenal di bar."

Darmo Vandara masih tertawa, walau sudah berkurang. Ia pun kembali mengangguk-anggukan kepala, ingin menunjukkan jika sudah paham akan jawaban yang didengarnya. Tidak lupa juga memamerkan seringaian semakin lebar ke Fantino Creo.

"Kau hebat bisa meniduri banyak wanita. Aku perlu belajar darimu karena aku sangat pemilih soal wanita."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status