Cheat System Putri Mafia Penyakitan

Cheat System Putri Mafia Penyakitan

Oleh:  Cahaya_Perak  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
14Bab
357Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Xora tidak pernah menyangka bahwa dunia yang hancur akibat munculnya dungeon justru menjadi template baru untuk identitas barunya sebagai "Blood Hunter" alias "Vampir". Di Dungeon, gadis yang beruntung itu bertemu dengan seorang guru yang mengajarinya berbagai teknik pertahanan diri. Ketika dia kembali ke Bumi, tentu saja dia menjadi sorotan orang-orang.

Lihat lebih banyak
Cheat System Putri Mafia Penyakitan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
14 Bab
1. Takdir
“Takdir yang goodlooking dan yang tak goodlooking jauh berbeda. Miris, tapi itulah kenyataannya. Dunia hanya memihak mereka yang goodlooking,” batin Xora tersenyum masam melihat kondisinya sendiri. Dia adalah anak dari guild mafia terkuat di dunia. Namun terbaring di atas kasur usang dengan ruangan kamar yang penuh dengan debu. Aksesorisnya pun juga telah tua dan berkarat. Tak ada yang bisa dia banggakan. Sekarang, Xora tak lagi bisa melakukan apa-apa. Tak ada yang mau datang hanya untuk sekadar menjenguknya. Dia adalah gadis buruk rupa dengan kulit hitam, tubuh kurus seperti mumi. Ditambah jerawat bernanah memenuhi permukaan wajahnya. Status hanyalah status. Dia menghela napas pelan, merenung dalam sepi tentang keadaannya sekarang. Tubuhnya benar-benar melemah secara perlahan. Sejak kecil dia memanglah lemah, tapi keadaannya menjadi semakin lemah ketika dia menutup diri. Tak memakan apapun selama kurang lebih dua minggu. “Tak ada yang bisa dibanggakan dariku. Sudah tidak goodl
Baca selengkapnya
2. Penghinaan yang Membekas Dalam ingatan
Baru saja Xora melangkah dua kali dari gerbang rumah. Sebuah mobil sport berwarna hitam berhenti di depannya. Seseorang membuka pintu dari dalam dan mengeluarkan kaki jenjang, disusul oleh tubuh tinggi dan tampannya. "Wah-wah-wah, sudah berani keluar dari rumah?" ucapnya begitu keluar dari mobil. Xora terdiam di tempat dan hanya memperhatikan. Jujur saja, dia masih memiliki rasa rindu yang teramat dengan harapan bahwa pria itu akan hangat padanya. Sayangnya, itu hanya ekspektasi yang menyakitkan bagi Xora. "Apa kau tak malu dengan wajah seperti itu? Wajah menjijikan, sampai aku pun tak ingin menghirup udara yang sama denganmu," sindir pria itu mengambil sapu tangan di saku dada, lalu menutupi hidungnya.Beberapa pelayan dari mansion pun melihat dan terkekeh. Mereka menikmati pertunjukan antara Tuan Muda Ketiga dengan Putri yang dibuang."Bukankah ini menyenangkan. Tapi aku setuju dengan Tuan Muda Ketiga. Harusnya perempuan itu memiliki rasa malu untuk keluar dengan wajah buriknya.
Baca selengkapnya
3. Dungeon Break di Seluruh Dunia
Xora terkejut ketika dia mendengar notifikasi itu. “Dungeon ini saja belum selesai, sekarang harus ada kemunculan dungeon lain?” batinnya bertanya pada diri sendiri. Sebab, dia benar-benar tak bisa berbicara. Itu karena sistem sedang mengendalikan tubuhnya. “Lebih baik aku fokus dulu terhadap tutorial sistem ini dan memahaminya dengan cepat,” batin Xora membulatkan tekad. Dia pun memperhatikan cara sistem menggunakan dan mengendalikan darah dengan skill Blood Control. Sistem menggerakkan tangan kiri dan merobek tangan kanan. Rasa sakit pun sudah tak lagi terhindarkan. Meski begitu, Xora hanya memperhatikan sambil meringis kesakitan dalam hati. Darah bercucuran. Darah-darah itu kembali dikendalikan oleh sistem untuk membentuk beberapa belati yang melayang di udara. "Jika saya memerintahkan kalian untuk berlari, maka segeralah berlari menuju bangunan terdekat. Hindari atap atau jendela, mencegah kemungkinan terluka parah akibat serangan monster itu," titah Xora yang sedang dikendal
Baca selengkapnya
4. Poison Tongue Bird
[Notifikasi! Apakah Anda lupa, bahwa Poison Tongue Bird memiliki bulu yang tahan terhadap serangan apapun? Bahkan itu masih berlaku ketika mereka mati.]Xora terdiam, lalu mengukir senyum smirk ketika panel sistem muncul dengan notifikasi seperti itu. "Bukankah kita bisa melakukannya dari dalam?" tanya Xora sambil melangkah mendekat dan memasukkan kedua pedangnya ke dalam mulut Poison Tongue Bird itu. Mengandalkan ingatan cara penggunaan Blood Control itu. Xora mengubah pedangnya menjadi cair, lalu mengendalikan setiap darahnya mengalir masuk di seluruh sel darah dalam tubuh Poison Tongue Bird.Dalam sekejap mata. Xora mengubah darahnya menjadi pisau-pisau tajam berukuran kecil. Pisau-pisau itu langsung bergerak mengoyak organ dalam Poison Tongue Bird, sampai mampu menembus kulit Poison Tongue Bird dan membelahnya menjadi dua bagian. Darah dari Poison Tongue Bird yang berwarna hijau pun berceceran. Bersamaan dengan itu, sebuah bola berwarna putih tapi bersinar bergulir mendekat ke k
Baca selengkapnya
5. Bangkitnya Hunter Kedua
[Notifikasi! Selamat kepada Tuan Denal Karendra. Anda terpilih sebagai Hunter.][Notifikasi! Anda adalah Hunter kedua yang ada di muka bumi ini.][Notifikasi! Lima orang Hunter pertama yang aktif, diberikan pilihan untuk memilih job sesuai keinginan mereka masing-masing!][Notifikasi! Silahkan pilih job Anda!][White Mage] [Black Mage] [Freelance] [Monk] [Knight] [Thief] [Merchant] [Time Mage] [Ranger] [Summoner] [Valkyrie] [Salve-Maker] [Sword Master] [Arcanist] [Spirit Master] [Templar] [Vampire] [Dark Night] [Conjurer] [Assassin]Si pemimpin regu yang bernama Denal Karendra pun terdiam. Dia melirik ke arah orang yang berada di sekitarnya. Mereka memasang raut wajah terkejut. "Pak, ledakan barusan berasal dari Anda," ucap salah satu rekannya. Manik mata Denal benar-benar terkejut. "Itu barusan benar dariku?" tanyanya sambil menundukkan kepala, menatap kedua tangannya saat ini. Dia mengabaikan panel sistem yang menampilkan pilihan job. Denal kemudian mengangkat kepala dan meliha
Baca selengkapnya
6. Flyor Nama Pria Itu
"Wah, ternyata kau kuat juga sebagai seorang gadis yang terlihat lemah," ucap pria itu sambil menghempas tangan Xora dengan pelan. Xora melangkah mundur karena waspada, apalagi setelah tinjunya barusan ditangkap oleh pria itu. 'Dia bukan tandinganku,' batin Xora. "Jangan takut, aku tak akan melukaimu. Aku hanya ingin tahu, mengapa kauberada di sini?" tanya pria itu dengan ekspresi ramah. Pria bersurai putih itu menyimpan pedangnya kembali ke sarung dengan gerakan yang mampu membuat siapapun tertegun kagum, seperti yang Xora rasakan saat ini. "Oh ya, omong-omong. Namaku adalah Flyor. Karena aku sudah memberitahukan namaku, kaujuga harus memberitahukan namamu." Flyor berjalan mendekat sambil mengangkat kedua tangannya, isyarat bahwa dia tak akan bermacam-macam dengan Xora. "Miss U, Itulah panggilanku," jawab Xora berbohong. Yah, dia sengaja menciptakan identitas lain. Ada banyak alasan di baliknya, salah satu yang ada di antara alasan-alasan tersebut adalah tentang kebebasan. Xora
Baca selengkapnya
7. Tawaran Kedua
Rasa haus yang Xora rasakan mulai berkurang, tapi itu tak cukup untuk membuat Xora berhenti menghisap darah makhluk yang dia temui. Xora juga tak berhenti mengejar Flyor. Dia mengejar Flyor, karena Flyor memiliki aroma darah yang begitu memikat dan menggoda. "Darah-darah-darah." Xora terus menggumamkan kata itu, sepanjang perjalanan sembari mengejar Flyor. Setiap dia menghisap darah makhluk Hutan di dalam Dungeon, Xora tetap mengumamkan kata itu, seakan dia tak pernah puas. Meski sudah menghisap sebanyak lima liter, bahkan terus naik dan hampir mencapai enam liter pada layar sistem. ***"Aku pasti sudah cukup jauh," gumam Flyor. Sekarang, Flyor sudah berada di luar hutan. Dia membalikkan tubuh, menatap ke arah hutan. Keningnya mengernyit, saat merasakan gairah membunuh yang begitu kuat. Bahkan itu terus mendekat ke arahnya. "Eh?" Flyor mengukir ekspresi terkejut pada wajahnya, ketika sosok Xora mulai terlihat. "Dia mengejarku?!" tanya Flyor dengan nada tak percaya. Flyor melirik ke
Baca selengkapnya
8. Sarang Poison Tongue Bird
"Eh?!" Usai mendengar kalimat penawaran yang ditawarkan oleh Flyor, Xora memasang ekspresi terkejut dan tak percaya di balik topengnya. Pada saat yang bersamaan, panel sistem kembali muncul. [Notifikasi! Anda mendapat Quest Kesempatan Kedua!][Notifikasi! Menampilkan Quest!]Misi: Menerima tawaran yang terakhir dari pria misterius yang Anda temui di dalam Dungeon. Pelajari dan kuasai semua teknik berpedangnya. Reward: Skill ???Waktu: -*Penolakan Quest akan membuat Anda mendapatkan penalti yang lebih besar dari sebelumnya. [Terima] [Tidak]Xora ingin menolak, tapi dia teringat dengan penalti yang kemarin muncul. Mau tak mau, Xora menerima misi dan berkata, "Aku mau."[Notifikasi! Anda menerima Quest!]Flyor yang mendengar jawaban seperti apa yang dia harapkan pun tersenyum. "Oke, latihan akan dimulai ketika aku kembali. Karena kamu telah bangun dan bisa menjaga diri sendiri, aku akan keluar dulu," ucap Flyor. Flyor berjalan menuju pintu. Berbeda dengan Xora yang mendengar kalima
Baca selengkapnya
9. Kisah Flyor di Dungeon
Dua panel notifikasi itu muncul di hadapan Xora, bertepatan ketika Flyor membelah tubuh monster yang tersisa di sekitar mereka. "Harus sampai seratus persen?" tanya Xora dengan nada yang sangat pelan. [Notifikasi! Benar!]Membaca notifikasi yang muncul di hadapannya, Xora membeku di tempat. 'Tadi ada banyak Monster yang dibunuh oleh Flyor, tapi, itu hanya sepuluh persennya saja?' batin Xora tak percaya. 'Memangnya, ada sebanyak apa Monster-monster di Dungeon ini?' sambung Xora bertanya-tanya. Dia mendongkakkan kepala menghadap langit yang berwarna biru cerah. "Miss U?" melihat Xora hanya berdiam di tempat sambil mendongkak menatap langit, tentu saja Flyor penasaran. Flyor memanggil nama samaran milik Xora, membuat Xora menoleh. "Apa yang kaupikirkan?" tanya Flyor yang dipenuhi rasa penasaran. Tersadar dari lamunannya, Xora segera berdiri dari posisi duduk. "Ah, tidak. Saya tiba-tiba berpikir, berapa banyak waktu yang akan diperlukan jika ingin memusnahkan semua Monster di sini,"
Baca selengkapnya
10. Hukuman
Xora mendongkak menatap langit, yang dipenuhi dengan para Poison Tongue Bird. Para Poison Tongue Bird itu terbang ke sana ke mari, seperti menjaga pintu goa. Mendengar kalimat Xora, Flyor menoleh ke arah Xora yang berada di sampingnya. Flyor mengernyitkan alisnya dan bertanya, "Kaumenyebut Monster Burung itu dengan nama Poison Tongue Bird?" Xora menoleh dan mengangguk. "Ya," jawab Xora dengan senyum yang bisa dilihat oleh Flyor, karena dagu dan bibir Xora tidak ditutupi oleh topeng. "Seperti yang Anda katakan sebelumnya, air liur mereka mengandung racun. Makanya mereka dinamakan seperti itu," sambung Xora. Mata Flyor membola. 'Gadis ini benar-benar seorang Penyihir! Dia mengetahui segalanya, bahkan memberikan monster itu nama,' batin Flyor yang beralih menatap para Poison Tongue Bird. Flyor benar-benar salah paham terhadap Xora. "Bagaimana kita menyerangnya? Apakah Anda merasa yakin untuk melawan para Poison Tongue Bird itu?" Xora bertanya dan menoleh, menatap wajah Flyor. Flyor p
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status