Share

6. Flyor Nama Pria Itu

"Wah, ternyata kau kuat juga sebagai seorang gadis yang terlihat lemah," ucap pria itu sambil menghempas tangan Xora dengan pelan. Xora melangkah mundur karena waspada, apalagi setelah tinjunya barusan ditangkap oleh pria itu.

'Dia bukan tandinganku,' batin Xora.

"Jangan takut, aku tak akan melukaimu. Aku hanya ingin tahu, mengapa kauberada di sini?" tanya pria itu dengan ekspresi ramah. Pria bersurai putih itu menyimpan pedangnya kembali ke sarung dengan gerakan yang mampu membuat siapapun tertegun kagum, seperti yang Xora rasakan saat ini.

"Oh ya, omong-omong. Namaku adalah Flyor. Karena aku sudah memberitahukan namaku, kaujuga harus memberitahukan namamu." Flyor berjalan mendekat sambil mengangkat kedua tangannya, isyarat bahwa dia tak akan bermacam-macam dengan Xora.

"Miss U, Itulah panggilanku," jawab Xora berbohong.

Yah, dia sengaja menciptakan identitas lain. Ada banyak alasan di baliknya, salah satu yang ada di antara alasan-alasan tersebut adalah tentang kebebasan. Xora merasa, dengan menggunakan nama samaran. Dia seperti bebas, tak lagi terasa seperti dikekang.

Flyor menurunkan tangannya, lalu menatap Xora dengan sangat teliti. "Nama yang aneh, tapi baiklah. Salam kenal Miss U!" Flyor berseru sambil mengulurkan tangan kanan. Pria itu memasang senyum persahabatan di wajahnya.

Aura kematian yang memberi rasa waspada pada Xora, kini telah menghilang dari sosok Flyor itu. Tanpa menghilangkan rasa kewaspadaannya, Xora menjabat tangan pria itu.

Beberapa waktu pun telah terlewat. Semua yang terjadi pada Xora di dalam Dungeon sangat berbeda dari bayangan Xora. Xora pikir, Dungeon itu hanya dipenuhi oleh monster-monster mengerikan. Namun kenyataannya tidak seperti yang dia duga setelah bertemu dengan Flyor.

Pria bersurai putih itu mengajak Xora untuk datang ke rumahnya. Xora terkejut, tapi kini. Xora sedang duduk di kursi kayu. Di hadapannya, ada Flyor yang juga duduk. Pria bersurai putih itu telah menyiapkan satu set perlengkapan teh di atas meja. Ada juga camilan lain yang terlihat cukup menggoda.

"Miss U. Kau tau? Caramu memegang pedang tadi sangat salah. Jika kaumau, aku bisa mengajarkanmu teknik berpedang yang luar biasa." Tak ada angin ataupun hujan, tapi tiba-tiba Flyor menawarkan hal seperti itu.

[Notifikasi! Anda mendapat Quest Pertama!]

[Notifikasi! Menampilkan Quest!]

Misi: Menerima tawaran pria misterius yang Anda temui di dalam Dungeon. Mempelajari semua teknik berpedangnya dan menguasainya.

Reward: Skill ???

Waktu: -

*Penolakan Misi akan membuat Anda mendapatkan sebuah penalti!

[Terima] [Tidak]

Usai Flyor menawarkan Xora untuk belajar berpedang. Sistem pun muncul dengan notifikasinya yang begitu heboh. Notifikasi itu hanya bisa didengar dan dilihat oleh Xora seorang. Xora terkejut melihatnya.

Di saat yang bersamaan. Flyor melihat ekspresi terkejut dari tatapan Xora, dan mengartikan bahwa Xora terkejut melihat dirinya menawarkan hal seperti tadi. "Yah, kau tak perlu berterima kasih kepadaku. Aku melihatnya karena kaumemiliki potensi untuk menjadi lebih hebat dariku," jelas Flyor.

Xora yang terfokus pada panel notifikasi sistem pun mengabaikan pria bersurai putih itu. Dia hanya menangkap sedikit kalimat yang Flyor ucapkan. Selebihnya, Xora membaca apa yang tampil pada panel sistem di hadapannya, dan mulai berpikir. Apakah dia harus menolak, atau tidak.

Sementara Xora sedang berpikir sambil menutup mata, Flyor mengoceh tanpa ada habis-habisnya. Sosok Flyor yang duduk di hadapan Xora sekarang, berbeda 180 derajat. Seakan, sosok mengerikan Flyor yang sebelumnya menghilang layaknya uap.

"Aku menolak." Entah berapa lama Xora berpikir, akhirnya dia membuka mata dan menyentuh tombol 'tidak' pada panel sistem.

[Notifikasi! Anda telah menolak misi. Anda mendapatkan penalti berupa 'Rasa Haus yang Tak Tertahankan'!]

[Notifikasi! Untuk menyelesaikan penalti, Anda dapat menunggu selama 24 jam. Atau meminum darah (darah makhluk apapun) sebanyak 24 liter.]

Flyor yang tadi mengoceh, menceritakan ini dan itu. Kini langsung terhenti ketika Xora mengucapkan kata penolakan. Dia menatap Xora dengan ekspresi serius. "Kaubenar-benar yakin untuk menolakku?" tanya Flyor.

Ada nada tidak percaya dalam nada Flyor, saat dia bertanya barusan. Xora mengangguk dan berkata, "Iya."

[Notifikasi! Penalti akan dimulai dalam waktu sepuluh detik!]

Sistem mulai menghitung mundur, sementara Flyor memasang ekspresi tak percaya. Di sisi lain, Xora mengerutkan keningnya. Tiba-tiba, tenggorokannya terasa panas, disertai rasa haus yang luar biasa. Seperti orang yang belum pernah minum air.

Xora menatap ke arah secangkir teh yang telah dituangkan oleh Flyor sebelumnya. Dia dengan cepat menyambar gelas itu dan meminum semuanya dalam satu teguk. Sangking beratnya rasa haus itu, topeng yang masih melekat pada wajah Xora pun ikut basah karena Xora meminumnya serampangan. 'Haus,' batin Xora.

Rasa haus itu tidak hilang, bahkan semakin menjadi-jadi. Flyor yang merenung karena tak percaya pun terkejut. Flyor menatap ke arah Xora yang dicucuri oleh keringat.

[Notifikasi! Waktu habis! Sistem memulai penalti!]

"Ada apa denganmu, Miss U?" tanya Flyor.

Flyor bangkit dari kursi dan mendekat ke arah Xora. Dia menepuk bahu perempuan itu, tapi Xora yang telah mendapatkan penalti berupa 'Rasa Haus yang Tak Tertahankan' mulai menggila.

Xora dengan cepat menangkap tangan Flyor, tetapi Flyor dengan sigap menarik tangannya dan mundur sesegera mungkin. Dia memasang ekspresi terkejut, saat melihat Xora yang terlihat seperti orang gila.

"Darah," gumam Xora.

Xora menatap tajam ke arah Flyor, dan saat itu juga, Flyor merasakan firasat buruk tentang apa yang terjadi pada Xora. "Apa dia Monster?" tanya Flyor dengan nada pelan pada dirinya sendiri. Namun, saat mengingat pertemuan pertama Xora dengannya. Flyor mengepalkan tangan. "Dia bukan Monster, walau topengnya cukup menakutkan," sambung Flyor.

Manik mata Flyor melirik ke arah pintu. "Aku harus segera menjauh darinya, sambil mencari penyebab dan cara untuk mengembalikan keadaannya," ucap Flyor. Usai mengucapkan hal itu, Flyor mengangguk pelan dan melesat menghantam pintu. Brakk! Suara pintu yang hancur karena Flyor tabrak.

Flyor baik-baik saja dan terus melesat, tapi tidak dengan pintunya yang telah hancur berkeping-keping. Xora yang melihat Flyor kabur pun menggeram. "Darah-darah-darah," gumamnya dengan nada serak.

Xora berjalan menuju pintu. Seiring waktu berlalu, langkah Xora semakin cepat. Dia mengikuti jejak dan aroma darah Flyor yang begitu khas. Flyor berlari menuju hutan. Xora pun ikut masuk ke dalam hutan.

"Dia pasti tidak akan ke sini karena rasa panas bukan?" gumam Flyor yang mulai memasuki daerah hutan yang cukup panas. Daerah hutan itu menjadi rumah bagi burung yang diberi nama 'Fire Bird'.

Fire Bird memiliki empat sayap, dengan bulu berwarna merah pekat yang memancarkan hawa panas. Fire Bird, memiliki ukuran yang sama seperti burung Elang di Bumi.

Salah satu kemampuan yang dimiliki oleh Fire Bird adalah melemparkan bola api kepada targetnya.

Flyor yang berpikir, bahwa Xora tak akan menembus bagian hutan yang cukup panas itu sangat salah. Justru, Xora terus berlari ke dalam hutan tanpa mengurangi kecepatannya. Bahkan, kecepatannya semakin bertambah.

Setiap Fire Bird yang Xora temui, langsung ditangkap dan dihisap darahnya. Xora sama sekali tidak peduli, jika tangannya mulai melepuh karena terus memegang dan menyentuh Fire Bird. Beberapa luka bekas cakaran menggores tangannya, tapi Xora tak berhenti untuk menangkap dan menghisap Fire Bird.

Kira-kira, ada sekitar 500 Fire Bird yang telah Xora hisap darahnya. Untung saja, Xora sedang tidak menggunakan skill Blood Control-nya. Andai dia mengendalikannya, pasti saat ini dia sudah membunuh setiap makhluk yang ada di hutan.

[Notifikasi! Anda menghisap lima liter darah Fire Bird. Anda mendapatkan skill 'Fire Resistance'.]

[Notifikasi! Anda telah mengisi sebanyak 5/24 liter darah.]

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status