Share

Bukannya Udah Mantan?
Bukannya Udah Mantan?
Author: iva dinata

Bab 1. Pertemuan Setelah 4 tahun.

"Iya. Ini aku sudah jalan menuju kafe," ucap Arana dengan benda pipih menempel di sisi kiri kepalanya.

Siang ini, Arana akan makan siang bersama teman sekantornya. Dia meminta temannya untuk berangkat lebih dulu. Nanti, dia akan menyusul setelah selesai membereskan pekerjaannya terlebih dahulu.

Arana berjalan memasuki sebuah kafe tempat dimana temannya menunggu untuk makan siang. ia mengendarkan pandangannya ke seluruh area kafe.

"Arana, di sini!" panggil Sari salah satu teman Arana yang langsung di jawab anggukkan oleh Arana.

"Keysa Arana, kan?" tanya seorang laki-laki yang tiba-tiba sudah berdiri di depan Arana.

"Arya, kan?" sapa Arana, "Ah, maaf. Kak Arya maksudnya." Arana meralat sapaannya karena merasa tak enak memanggil nama seniornya saat dulu di sekolah tanpa embel-embel "Kak".

"Apa kabar?" Arya mengulurkan tangannya.

"Baik Kak. Kak Arya juga apa kabar?" Arana menerima jabatan tangan Arya.

"Lepaskan tangan istri saya!" Tiba-tiba seorang pria menarik paksa tangan Arana, yang seketika membuat Arana melebarkan matanya kaget.

"Maaf. Anda siapa?" tanya Arya dengan tatapan tajam pada pria yang tiba-tiba muncul dan merusak pertemuannya dengan juniornya dulu di sekolah.

Sedangkan Arana masih setia membisu karena terkejut melihat kehadiran pria yang sangat tidak ingin ditemuinya itu.

"Abisatya Saga Bagaskara. Suami Arana," tegas Saga.

"Mantan suami tepatnya," tutur Arana setelah mendapatkan kesadaran nya kembali. 'Dasar pria gil* seenaknya saja mengakui orang,' cibirnya dalam hati.

"Aku tidak pernah menceraikan kamu, jika kamu lupa. Sampai saat ini, kau masih istriku!"

Duarrrrt......

Kalimat Saga bak petir di siang bolong untuk Arana. Wanita cantik itu tertegun dengan mata membulat tak percaya. Bagaimana mungkin dirinya masih istri Saga? Bukankah mereka sudah bercerai sejak 4 tahun yang lalu? Raka, kakak sepupunya yang telah mengurus semuanya, pikir Arana.

Arana telah menyerahkan semua urusan perceraiannya dengan Saga kepada Raka karena ia tidak ingin bertemu lagi dengan pria yang sudah menorehkan luka di hatinya itu.

Dengan cepat Saga menarik tangan wanita yang masih menatapnya itu untuk keluar kafe, kemudian memaksanya untuk masuk ke dalam mobil.

"Di mana kamu tinggal? Ambil barang-barang yang penting! Setelah itu, kita pulang!" Suara Saga tegas.

Namun yang di tanya hanya diam membisu. "Arana jangan menguji kesabaranku," geram saga karena sampai lima menit Arana hanya diam dengan pandangan tertuju pada luar jendela.

"Aku tidak mau," kata Arana yang akhirnya menoleh sinis pada pria yang di sampingnya.

"Turuti kata-kataku!"

"Kenapa aku harus menurut?"

"Karena aku suamimu," ucap Saga penuh penekanan di setiap kata dengan tatapan tajam ke wanita berumur 22 tahun itu.

"Mantan suami," sanggah Arana tanpa rasa takut membalas tatapan Saga tak kalah tajam.

Wajah Saga memerah menahan emosi melihat sikap pemberontak Arana. "Aku tidak pernah menceraikanmu" sentak Saga yang seketika membuat Arana terdiam lalu membuang pandangannya kembali ke arah luar jendela.

Ia tidak tahu bagaimana caranya membalas kalimat terakhir Saga. Mungkin, ia harus menanyakan dulu ke Raka tentang kebenaran perceraiannya mereka itu, pikir Arana.

Saga menarik Arana keluar mobil begitu mereka sampai di hotel. Kemudian membawa paksa Arana masuk ke kamar hotel yang dia sewa sejak dua hari yang lalu.

Saga adalah seorang Arsitek sekaligus pemilik perusahaan property yang sedang membangun sebuah apartemen di kota tempat Arana bekerja. Saat ini, Saga sedang meninjau proyeknya di kota ini ketika tanpa sengaja ia malah bertemu dengan istri yang pergi meninggalkannya sejak 4 tahun yang lalu.

"Duduklah! Aku hanya perlu mengambil beberapa dokumen penting saja," kata Saga yang sama sekali tak dihiraukan oleh Arana.

"Kamu urus semua pekerjaan di sini! Aku akan pulang. Pesankan aku dua tiket pesawat untuk pulang hari juga!" Suara Saga terdengar memerintah seseorang melalui telepon.

Melihat Saga telah selesai menelpon, Arana kemudian memutuskan untuk bicara. "Dengar, aku tidak mau pulang bersamamu. Hubungan kita sudah berakhir. Mari, kita jalani hidup kita masing-masing!" ujar Arana lalu berjalan menuju pintu.

"Kenapa kamu jadi pembangkang sekarang? Kamu tidak mengerti apa yang aku katakan? Kita ini masih suami istri!" Tangan Saga mencengkeram lengan Arana.

Terkejut dengan tindakan Saga yang kasar, Arana sontak menepis tangan pria itu, "Astaghfirullah, Mas! Apa lagi sih yang kamu mau? Aku sudah mengajukan gugatan perceraian 4 tahun yang lalu mana mungkin kita masih suami istri."

Lelah, itu yang Arana rasakan sekarang. Apa yang Saga inginkan lagi? Bukankah ia harusnya senang dengan perceraian mereka? Mengapa pria itu sekarang malah terus mengatakan mereka masih suami istri?

"Kamu mau apa lagi sih, Mas?" tanya Arana dengan air mata yang sudah menggenang di kedua kelopak matanya.

"Aku mau kamu. Aku mau kita bersama lagi,"

Arana menggeleng cepat mendengar permintaan Saga.

"Tolong maafkan Mas, Arana. Aku akan menebus semua kesalahanku padamu!" Pria itu kini memohon sambil memegang tangan Arana.

"Aku tidak mau!" Arana masih ingat dengan jelas betapa sakitnya hari-hari yang dia lalui dalam pernikahan singkat mereka. Hanya empat bulan, tetapi rasa sakitnya sungguh tidak terlupakan hingga kini.

Rasa sakit dari pernikahan singkat itu masih terasa setiap kali Arana mengingatnya. Selama empat tahun ia berusaha melupakan rasa sakit dan cintanya pada Saga tapi, semakin dia mencoba melupakannya namun rasa itu semakin besar dan menyiksanya.

Melihat penolakan Arana, Saga segera mengambil ponselmu saku celananya lalu menghubungi kakak iparnya."Halo, Raka. Aku sekarang bersama Arana. Jelaskan padanya!" ucapnya lalu menekan loudspeaker dan menyerahkan ponsel itu ke Arana.

"Bicaralah!" Saga mengarahkan ponselnya ke depan Arana.

Dengan ragu-ragu, Arana menerima ponsel Saga. "Halo," sapa Arana.

[Arana, kamu bersama Saga?]tanya Raka dari seberang sana.

[Iya.] Arana melirik Saga yang terus menatapnya.

[Aku sudah bilang, kan? Cepat atau lambat kalian pasti akan bertemu. Pulanglah dan selesaikan masalah kalian!] tutur Raka.

[Aku kerja Kak. Aku gak bisa seenaknya ninggalin kerjaan aku,] tolak Arana, [lagi pula, kami sudah bercerai. Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan.]

Arana lalu melirik Saga untuk melihat ekspresi wajah pria itu. Nampak rahang Saga mengeras dengan tatapan tajam yang seolah menembus hati Arana.

Tanpa sadar Arana bergidik ngeri karena merasa takut. Namun Arana berusaha menutupi rasa takutnya dengan membalas tatapan Saga tak kalah tajam.

[Kalian belum bercerai. Saga menolak untuk menceraikan kamu.]

[Apa?] Ucapan Raka sontak membuat Arana kebingungan. Dengan cepat ia memutuskan pandangan matanya dari mata Saga lalu berjalan menuju jendela hotel. "Maksud Kak Raka apa?"

[Kalian masih suami istri yang sah di mata hukum negara.]

🌼🌼🌼

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status