Share

Bab 2 Terpaksa kembali pulang.

"Bukannya kak Raka sudah mengurus perceraianku?" elak Arana bingung.

[Aku sudah mengurusnya, tapi Saga menolak. Semua alasanmu ditolak oleh pengadilan karena Saga tidak terbukti berselingkuh. Kamu juga tidak pernah datang ke pengadilan jadi perceraian kalian dibatalkan,] tutur Raka menjelaskan.

[Seharusnya, perceraian bisa tetap terjadi selama aku tidak mencabut gugatan ku,] ujar Arana bersikeras.

Dia merasa tidak pernah mencabut gugatannya. Harusnya, perceraian itu tetap terjadi sekalipun kehadirannya di wakili oleh pengacara.

[Aku yang mencabutnya. Kamu lupa? Kamu sendiri yang memberi kuasa kepadaku,] kata Raka. Ada keheningan di sana sebelum Raka kembali berkata, [Pulanglah! Selesaikan masalah kalian!]

Arana terdiam. Bagaimana bisa kakak sepupu yang sangat ia percaya itu tega membohonginya?Bukankah Raka tahu betapa Arana menderita selama ini? Kenapa sekarang Raka seperti memihak Saga? Pikir Arana.

[Arana, kamu dengar aku?] Terdengar Raka menghela napas,[Pulanglah! Semua orang mengkhawatirkanmu. Sekalipun kamu tidak peduli dengan Ayah dan Bundamu, tapi pikirkan Bapak dan Ibu. Mereka merindukanmu. Apa lagi, Ibu. Dia selalu menangis jika teringat kamu. Ibu merasa bersalah karena ikut memaksamu menikah dengan Saga dulu," bujuk Raka.

Jujur, dalam hati Arana juga sangat merindukan orang tua Raka itu. Sejak kecil, hanya keluarga Pakdenya itu yang peduli dan menyayanginya. Sedangkan ayah dan bunda, mereka hanya selalu mengutamakan kakak perempuannya, Kiara Ariani.

Sejak kecil, Arana selalu menjadi korban dari kesalahan Kiara. Seharusnya, Kiara yang menikah dengan Saga. Namun, karena dia hamil dengan kekasihnya akhirnya Arana harus menikahi Saga.

[Aku ada kerjaaan di sini, Kak. Aku tidak mau kehilangan pekerjaanku!] tolak Arana memberi alasan.

[Apa pekerjaanmu lebih penting dari semua keluargamu?]Nada suara Raka meninggi. [Apa kebebasan yang kamu dapatkan selama 4 tahun ini masih kurang? Apa yang lebih penting dari rumah tanggamu?]

Arana terdiam dengan air mata yang sudah menganak sungai di pipinya.

[Uang yang aku kirim ke rekening mu setiap bulan adalah uang dari Saga.]

[Maksudnya?]Arana mendongakkan kepalanya yang sejak tadi menunduk. Ditatapnya Saga yang masih menatapnya lekat.

[Apa kamu pikir ayahmu akan mengirimkan uang sebanyak itu untuk kamu? Ayahmu memang mengirimkan uang, tapi tidak ada setengah dari yang diberikan Saga setiap bulan padamu.]

Arana menutup matanya lalu menunduk kembali. Dia malu bercampur marah. Kenapa Raka tidak mengatakannya dari awal? Jika dia tahu, dia pasti tidak akan menggunakan uang itu. Apa yang sebenarnya Saga inginkannya?

Seketika ingatannya mundur saat dia tanpa sengaja mendengar pertengkaran Saga dengan adiknya, Rendy empat tahun lalu. Ya, tentu saja Saga punya alasan untuk tetap mempertahankan pernikahan mereka.

'Baiklah, kali ini aku tidak akan kalah lagi dari Abisatya Sagara Bagaskara,' batin Arana.

[Pulanglah selesaikan semuanya! Sudah cukup kamu lari,] tegas Raka.

[Iya, aku akan pulang,] ucap Arana sebelum mengembalikan ponsel Saga lalu kembali duduk di sofa seperti posisinya tadi.

"Sekitar tiga puluh menit lagi, kita berangkat ke bandara. Kita tunggu di sini dulu," perintah Saga setelah selesai merapikan kopernya.

Arana menghela napas sepenuh dadanya sebelum berkata, "Aku akan pulang sendiri besok pagi. Mas pulang saja lebih dulu. Kita bertemu di rumah bapak," putus Arana.

Perempuan itu sekarang masih shock, bingung dan kecewa. Sungguh tidak baik jika harus berdekatan dengan Saga. Mereka bisa saja bertengkar sewaktu-waktu. Oleh sebab itu, Arana butuh waktu untuk menenangkan pikirannya.

Namun, Saga tidak menjawab. Dia hanya menatap Arana yang duduk sofa kamar. "Aku minta maaf soal uang yang aku pakai. Aku sama sekali tidak tahu itu uang dari kamu Mas. Tapi nanti aku pasti akan mengembalikannya," tutur Arana sambil menatap Saga.

Mendengar itu, Saga tersenyum sinis namun tak menjawab. Karena Saga hanya diam sehingga membuat Arana berpikir jika pria itu setuju.

"Aku pamit." ujarnya lalu berjalan menuju pintu.

"Tunggu!"

Arana segera membalikkan tubuhnya, memandang ke arah Saga. "Dari mana kamu akan mendapatkan uang untuk mengganti semua uangku?" tanya Saga dengan nada sinis.

"Maksud Mas, apa?" Arana mengerutkan dahinya.

"Apa kamu akan meminta uang dari Ryan untuk mengganti uangku?" tebak Saga, "apa yang akan kamu berikan padanya untuk membayar uang yang dia berikan? Tubuhmu?" kata Arka memicingkan matanya.

"PLAK!!!" Tangan Arana mendarat mulus di pipi Saga.

Sakit. Itu yang dirasakan Arana sekarang. Ucapan Saha bak ribuan panah yang menghujam hati Arana. Meski marah namun, satu sisi hatinya mengakui jika wajar Saga berpikir demikian. Dia wanita bersuami, tetapi pergi dari rumah dengan bantuan seorang laki-laki yang bukan muhrimnya. Sekalipun dia tidak melakukan hal-hal yang tidak pantas bersama Ryan tapi hal itu tabu untuk dilakukan.

Saat Arana masih terlarut dalam pikirannya, tiba-tiba Saga menarik dan memeluknya paksa. Lalu mendorongnya hingga jatuh dia atas tempat tidur. Arana yang terkejut, segera meronta dan mendorong tubuh Saga yang menindihnya.

"Lepas Mas! Kamu mau apa?" sentak Arana.

"Memberimu pelajaran!" Saga lalu mencium paksa Arana. Dia menarik paksa kemeja Arana, hingga membuat setengah dari kancingnya terlepas berhamburan.

Saga begitu emosi, hingga tak peduli lagi dengan rontaan Arana. Sampai akhirnya, dia mendengar Arana memohon sambil menangis, "Aku mohon tolong lepaskan aku. Aku akan ikut pulang. Tolong lepas ... kan a--ku," mohon Arana dengan terbata.

Tersadar, Saga langsung melepaskan tanganya dari dada Arana. Melihat Arana menangis sambil memohon seperti ini, bukan hal yang ingin dilihatnya. Ada rasa nyeri di hatinya melihat wajah putus asa istrinya itu. "Maaf ... " Saga menggeser tubuhnya.

Sementara itu, Arana beringsut mundur saat Saga mengulurkan tangan hendak menyentuh wajahnya.

"Cuci mukamu! Setelah itu, kita berangkat!" perintah Saga menarik kembali tangannya.

Tanpa menunggu lama, Arana beranjak menuju kamar mandi dengan kaki dan tangan yang gemetaran. Setelahnya mereka segera berangkat ke bandara dengan Arana memakai jaket milik Saga karena kemejanya sudah tidak berfungsi dengan benar.

🌼🌼🌼

Sekitar pukul 21.00, Arana dan Saga sampai di Rumah Jatmiko ayah kandung Raka. Jatmiko adalah kakak dari Aditama, ayah Arana. Sejak perceraian orang tuanya Arana dirawat oleh Pak Jatmiko dan istrinya.

Bukan hanya Arana, tapi juga Kiara. Namun, setelah lulus sekolah, Kiara memilih kuliah di kota lain dan tinggal di kos.

Melihat kedatangan Arana, istri Jatmiko langsung memeluknya sambil menangis. "Arana, maafkan ibu nak."

"Arana yang harusnya minta maaf sama ibu." Arana membalas pelukan ibu Raka yang juga sudah dianggapnya seperti ibunya sendiri.

"Sudah. Sudah sekarang biarkan Arana istirahat dulu," putus Jatmiko membawa Arana dan Istrinya masuk kedalam rumah.

Istrinya Jatmiko menyuruh Arana untuk makan sebelum. istirahat namun Arana menolak dengan alasan tadi sudah makan di pesawat. Arana memilih untuk naik ke lantai dua menuju kamarnya untuk mandi.

Setelah selesai membersihkan tubuhnya dan berganti pakaian, Arana duduk termenung di atas kursi belajarnya. Banyak hal yang dipikirkannya, langkah apa yang harus diambil? Juga apa yang harus ia katakan ketika bertemu mertuanya?

Miranda, wanita paruh baya itu sangat baik padanya. Sangat perhatian dan mengajarkan banyak hal pada Arana termasuk tentang desain baju. Mama mertuanya itulah yang mengajarkan dasar-dasar mendesain baju. Lalu Bima, papa mertuanya itu juga sama baiknya.

Arana menghela napas sepenuh dada. Bersamanya dengan pintu kamarnya di buka dari luar. Nampak Saga berdiri di tengah pintu. "Bapak menyuruhku untuk istirahat di kamar."

Arana mengarahkan pandangannya pada Saga yang masuk ke kamar dan langsung duduk di atas ranjang. Tanpa berkata sepatah katapun Arana beranjak menuju pintu.

"Mau ke mana?" tanya Saga.

"Kita tidak perlu berpura-pura baik-baik saja karena memang kita tidak baik-baik saja Mas," sahut Arana.

"Tidak bisakah kita bicara baik-baik?"

"Aku bukan lagi Arana yang berumur 18 tahun. Gadis polos yang kamu bodohi dan kamu khianati," ucap Arana datar, "aku tahu alasan kamu mempertahankan pernikahan ini, Mas. Karena pabrik yang sekarang dipegang ayahku itu, kan?" lanjut Arana.

"Jangan mengambil kesimpulan tanpa mencari tahu dulu!" sahut Saga dingin.

"Dengar baik-baik, Tuan Saga. Aku tidak akan jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya," tutur Arana lalu keluar kamar dengan membanting pintu kamarnya keras.

Brakkk....

🌼🌼🌼

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Eyda Eyda Eyda Eyda
cerita menarik...sy suka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status