Share

mengajukan perceraian kembali

Arana pov

Aku pulang menggunakan kereta api agar bisa menghemat uang. Aku membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk mengurus perceraian ku nanti, apalagi aku memilih menyewa pengacara untuk memudahkan prosesnya.

Kereta yang aku tumpangi berangkat jam 05.45 pagi. Membutuhkan waktu 5 jam untuk sampai di kota kelahiran ku. Sekitar pukul sebelas siang aku sampai, tanpa pulang ke rumah dulu aku langsung menuju ke kafe flower's tempat aku janji temu dengan pengacara yang akan mengurus perceraian ku dan Mas Saga.

Tadi malam setelah menghubungi pengacara, aku memberitahu keputusanku kepada kak Raka. Awalnya dia menyuruhku untuk memikirkannya kembali. Dia masih tetap saja memintaku untuk bicara baik-baik dulu dengan Mas Saga. Aku menjelaskan bahwa Mas Saga sudah tidak lagi menemui ku selama dua minggu ini. Bukankah harusnya dia berusaha meyakinkan aku jika dia berniat untuk kembali bersamaku lagi.

namun, kakak sepupuku itu tetap kekeh menyuruhku untuk menunda pengajuan gugatan sampai aku dan Mas Saga berbicara dulu. Dengan terpaksa akhirnya aku menceritakan tentang kejadian saat aku tidak sengaja mendengar pertengkaran Mas Saga dengan Rendra empat tahun lalu yang membuat aku memutuskan untuk pergi.

Setelah mendengarnya ceritaku kak Raka menyetujui rencanaku untuk segera mengajukan gugatan ke Mas Saga. Bahkan dia juga akan ikut saat menemui pengacara bersamaku hari ini.

Kak Raka juga sangat marah ketika aku menceritakan kalau Mas Saga sempat mengancam akan membuat ayah jatuh miskin jika aku mengajukan gugatan perceraian kami Kak Raka tidak menyangka jika Mas Saga ternyata serakah akan harta padahal, keluarganya sangat kaya hartanya tidak akan habis tujuh turunan.

Sama denganku, saat awal aku mengetahuinya ada rasa kecewa yang begitu besar yang membuat menyesal pernah begitu mencintainya.

Untuk menuju ke kafe Flower's aku menaiki taxi yang aku temui saat keluar dari stasiun. Di tengah perjalanan sebuah getaran terasa dari ponsel di dalam tasku, sebuah notifikasi pesan dari kak Raka.

Raka Mahardhika🐼

[Sudah di kafe Flower's?]

Keysa Arana🐈

[Sedang diperjalanan ]

Raka Mahardhika🐼

[Siap menunggu🙋‍♂️]

[Miss lelet]

Keysa Arana🐈

[Sabar ya! ]

[Sabar sebagian dari iman☺]

Setelah selesai membalas pesan kak Raka aku kembali memasukkan ponselku kedalam tas. Sekitar

Jam 11.35 aku sampai di kafe Flower's.

"Maaf lama, dari stasiun aku langsung kesini" kataku setelah duduk di kursi depan kak Raka.

Kak Raka mengangguk memaklumi. Lalu menyuruhku untuk segera memakan makanan yang sudah dia pesankan sejak tadi, sembari kami menunggu pengacara datang.

"Selamat siang Mbak Arana dan Mas Raka." sapa Gilang ramah. "Maaf saya telat. Apa sudah menunggu lama?" sambungnya memohon maaf.

"Tidak apa-apa pak Gilang, kami yang datangnya terlalu cepat" ujar Kak Raka lalu tersenyum sopan.

Aku mengangsurkan sebuah amplop coklat besar yang berisi beberapa lembar kertas foto copyan dan 2 lembar foto kepada Gilang. Dengan teliti Gilang memeriksa sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Baik kalau memang sudah benar-benar yakin maka saya akan segera mendaftarkan gugatannya ke pengadilan agar segera di proses." Gilang menanyakan kembali keputusanku yang langsung aku jawab dengan anggukan "Tapi sebelum itu saya minta Mbak Arana untuk menandatangani surat kuasa, yang menyatakan bahwa Mbak Arana memberi kuasa kepada saya untuk mengajukan gugatan." lanjutnya sambil mengulurkan sebuah kertas berisi surat kuasa dariku kepada Gilang selaku pengacara yang aku percaya untuk mengurus perceraianku dan Mas Saga.

Sebelum aku membubuhkan tanda tanganku, terlebih dulu aku membacanya dengan teliti. "Saya tidak menuntut apapun termasuk harta gono gini. Saya hanya ingin dipercepat saja prosesnya" kata lalu mengembalikan surat kuasa yang sudah ku tanda tangani. "Dan kalau bisa saya tidak perlu hadir"

"Baik Mbak. saya usahakan cukup saya saja yang hadir mewakili Mbak Arana." kata Gilang sambil mengangguk paham.

Aku dan kak Raka langsung pulang menuju rumah setelah semua urusan dengan Gilang selesai untuk melepas rindu pada dua paruh baya yang selalu menunggu kami pulang.

Bapak dan Ibu sangat bahagia menyambut kepulangan kami. Bahkan Ibu langsung menyiapkan makanan kesukaan kami untuk makan malam nanti.

Setelah Sholat magrib berjamaah, kami makan malam bersama dengan penuh canda dan tawa seperti dulu.

Tiba-tiba ku lihat ibu menangis, "Ibu kok nangis?" tanyaku mengelus lembut pundak ibu.

"Gak papa Na. Ini air mata bahagia, rasanya sudah lama sekali kita tidak berkumpul lagi seperti ini" jawab ibu sembari mengelus pipiku.

"Maafkan Arana ya bu! Selalu membuat ibu sedih"

"Hemm, Mulai sekarang jangan buat ibu sedih lagi ya! Kamu harus bahagia agar ibu juga bahagia" ucap ibu lalu mencubit pipiku sambil terkekeh.

"Apapun keputusan kamu, Bapak dan Ibumu akan mendukung mu" sahut Bapak.

Aku menarik nafas panjang sebelum berbicara, "Aku akan mengajukan gugatan cerai ke Mas Saga Pak, Buk" beritahu ku menatap ibu dan bapak bergantian.

"Kamu yakin Na? Sudah dipikirkan baik-baik?" tanya bapak memastikan keputusanku.

Aku mengangguk mantap, yakin dengan keputusan yang sudah aku ambil.

"Arana sudah menyerahkan semua urusannya ke pengacara. Mungkin itu yang terbaik buat mereka. Dari pada mereka saling menyakiti akan lebih baik berpisah dan mengejar kebahagiaannya masing-masing." tutur kak Raka mendukung keputusanku.

"Aku akan mengganti semua uang yang di berikan Mas Saga selama aku kuliah di kota B. Aku kuliah sambil kerja jadi tidak semua uang yang kak Raka tranfer aku pakai. Jadi masih ada sisa uang cukup banyak di rekeningku" kataku lalu tersenyum.

"Iya. Kembalikan semuanya. Ibu juga tidak akan merestui mu jika suatu hari kamu ingin kembali padanya"

•••

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status