Share

panggilan dari pengadilan.

Sagara pov

Pagi ini mama menelfon ku, memberi tahu ada surat panggilan untuk ku dari pengadilan. Sudah satu bulan lebih aku berada di luar kota untuk menyelesaikan masalah yang menghambat proyek perusahaan ku.

Sejak kepergian istriku empat tahun lalu aku mendirikan perusahaan sendiri. Dengan tiga temanku sebagai investor. Aku mencurahkan semua waktu ku untuk perusahaan, sehingga dalam waktu empat tahun perusahaan ku berkembang pesat dan sudah menyelesaikan banyak proyek pembangunan mulai dari perumahan juga pertokoan dan pusat perbelanjaan.

Aku tahu istriku salah faham padaku. Dia mengira aku menginginkan perusahaan ayahnya yang setengah sahamnya atas namaku. Awal mulanya, ayah Arana (Aditama) ingin mengembangkan pabrik makanan instant miliknya, tapi karena membutuhkan dana yang besar Mertuaku itu menawarkan papa untuk menjadi investor.

Papa dan Ayah Arana adalah teman lama. Papa bersedia menjadi investor jika aku menikah dengan salah satu anaknya sehingga Aku dan istriku yang akan mewarisi perusahaan itu. Dengan pembagian saham papa 50 persen diberikan padaku dan yang 50 persen milik ayah Adi di bagi 2, istriku dan saudaranya.

Papa mendapat bagian 50 persen bukan tanpa alasan tapi karena dana yang dikeluarkan papa sangat besar.

Keysa Arana, istri kecilku itu meninggalkan aku sejak empat tahun yang lalu. Aku memang bersalah karena membiarkan masa lalu mengusik pernikahan kami yang masih seumur jagung dan rapuh. Pernikahan kami yang tidak di landasi oleh cinta sejak awal membuatnya sangat rapuh dan bodohnya aku tidak menyadari jika adik ku dan mantan kekasih ku memanfaatkan keadaan untuk merusak pernikahan kami.

Saat itu aku hanya memiliki niat untuk menolong tapi aku tidak pernah menyangka, jika karena niat baikku aku harus kehilangan istriku dan calon bayi kami.

Selama empat tahun ini aku berusaha untuk bersabar. Jika bukan karena Raka, aku pasti sudah mencari istriku dan membawanya pulang. Aku membiarkannya untuk menebus kesalahan yang sudah aku perbuat. Meski aku tahu itu tak sebanding dengan rasa sakit yang di rasakan nya.

Cukup sekali aku kehilangan Arana kali ini aku tidak akan melepasnya lagi. Terserah aku dianggap egois. Aku tak peduli. Arana istriku jadi dia harus kembalikan padaku.

"Apa kau tidak bisa menyetir?" bentak ku ke Ferdy saat kami terjebak macet entah yang ke berapa kali.

Sudah hampir satu jam perjalanan tapi kami belum sampai juga di bandara. "Gunakan otakmu! Sudah berapa kali kita terjebak macet? Apa kamu tidak bisa cari jalan lain?" geram ku dengan suara meninggi.

"Lagi pms?" celetuk Ferdy. "Baru juga dua kali kejebak macet. Jangan marah-marah terus, nanti kena stroke Arana jadi janda beneran. Mau?" cibirnya sambil melirikku dari kaca mobil.

Sebenarnya aku ingin menimpalinya tapi aku urungkan karena apa yang dikatakannya memang benar. Baru dua kali kami terjebak macet.

Aku membuang pandanganku ke luar jendela untuk meredakan emosiku. "Sorry pikiranku kacau." Aku mengusap wajahku kasar.

"Jika Aku di posisimu sekarang, mungkin aku lebih kacau darimu" jawab Ferdy memaklumi kondisiku.

Ferdy dan aku berteman sejak masih Sekolah. Dia tahu betul seperti apa aku. Dia juga orang yang menjadi saksi seperti apa aku memaksa Arana agar menikahi denganku.

Setelah hampir dua jam baru kami bisa sampai di bandara. Segera kuambil langkah besar menuju pesawat sembari menelfon pengacaraku.

"Urus semua! persulit prosesnya. Lakukan apapun agar gugatannya di tolak seperti sebelumnya. Berapapun biayanya tidak masalah bagiku" perintahku.

•••

Jam tiga sore aku sampai di bandara kota B. Aku tidak pulang ke rumahku tapi ke kota dimana istriku tinggal empat tahun ini.

Sekarang aku sudah menuju ke sebuah perusahaan konfeksi tempat Arana bekerja. Dengan mobil sewaan yang di bawa oleh pegawai ku. Perusahaan ku sedang ada proyek di kota ini. Karenanya juga membuatku tidak sengaja bertemu kembali dengan Arana.

Sekitar jam empat lebih aku sampai di depan kantor perusahaan tersebut. Aku turun dari mobil dan melangkah menuju loby kantor. Di depan kantor aku aku berpapasan dengan beberapa orang pegawai yang pulang kerja.

Dalam hati aku berharap Arana belum pulang. Baru aku mencapai loby, langkahku terhenti karena sebuah pemandangan yang memunculkan aliran panas yang menyeruak di dalam dadaku.

Nampak Arana keluar dari lift berjalan beriringan dengan seorang laki-laki. Mereka asyik berbicara dengan sesekali tertawa. Tiba-tiba rasa panas di dadaku menjalar hingga kepala tanganku mengepal kuat, aku tak lagi bisa menahan emosiku saat dengan lancang nya laki-laki itu menggandeng tangan istriku.

Dengan langkah cepat aku mendekat. "Jangan berani menyentuh istriku!" Bentak ku dengan suara keras.

Aku tak peduli dengan orang-orang yang menatap kearah kami. Aku menarik tangan Arana dan mendorong laki-laki itu kasar.

Arana memandangku kaget, matanya membulat sempurna menatapku tak percaya.

"Istri? Siap yang Anda maksud?" tanya laki-laki itu setelah menyeimbangkan tubuhnya yang sempat oleng karena ku dorong.

"Apa kamu buta dan tuli? Dia, Keysa Arana adalah istriku" teriakku sambil menatap nya tajam.

Aku tak peduli dengan beberapa pegawai yang berbisik dan memandang kearah kami.

"Tidak mungkin." bantah laki-laki itu "Di data diri karyawan, statusnya masih single"

"Single" gumam ku mengalihkan pandangan ku pada Arana yang berusaha menutupi wajahnya dengan tangan.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Benny Nababan
good, senang membacanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status