Share

mengikhlaskan masalalu.

Arana pov

Setelah makan siang aku mendapat kabar dari pak Gilang bahwa gugatan perceraian ku sudah masuk ke pengadilan. Mungkin dalam minggu ini akan ada surat panggilan dari pengadilan untuk mas Saga juga untuk ku.

Aku merasa lega tapi juga ada rasa khawatir yang menggelayut di hatiku. Ancaman mas Saga beberapa minggu yang lalu masih mengusik pikiran ku. Aku tahu betul sekeras kepala apa mas Saga. Aku berharap dia masih memiliki belas kasihan kepada keluargaku.

Aku sedang berjalan menuju halte bus saat sebuah mobil membunyikan klakson mengikutiku.

"Arana,..Keysa Arana" panggil seseorang dari dalam mobil setelah jendela mobil diturunkan.

"Kak Arya," sapaku lalu tersenyum.

Kak Arya adalah seniorku di sekolah dulu. Kami beda dua tingkat. Aku kelas sepuluh dan dia kelas dua belas.

"Mau pulang?" tanyanya setelah keluar dari mobilnya.

"Iya Kak." jawabku menghadap kearah nya.

"Ayo aku antar" ajaknya sambil berjalan mendekat lalu membukakan pintu mobilnya.

"Aku bisa pulang sendiri Kak" tolak ku yang tidak di hiraukan ya.

"Udah gak papa, aku antar. Jangan nolak niat baik orang." kekehnya sambil menarik pelan tanganku lalu memaksa aku masuk ke mobilnya.

"Maaf ya Kak, jadi ngerepotin" Kataku setelah Kak Arya duduk di kursi kemudi lalu menjalankan mobilnya.

"Gak ngerepotin Arana" kak Arya menoleh sebentar lalu kembali fokus kedepan.

"Belum makan kan? Cari makan dulu ya, aku lapar banget nih" ujar Kak Arya.

"Ini masih jam 4 kak. Belum waktunya makan malam" kataku memberi alasan.

Bukannya aku tidak mau. Hanya saja kami tidak terlalu akrab dulu maupun sekarang. Rasanya agak aneh makan berdua.

"Kalau makan sore boleh?" Tawarnya "Makan bakso pinggir jalan" katanya lalu menghentikan mobilnya di depan warung bakso pinggir jalan.

Kak Raka segera memesan dua porsi bakso dengan tambahan gorengan dan dua gelas es jeruk.

"Dua minggu yang lalu aku bertemu Gibran" beritahu kak Arya sembari menunggu pesanan kami.

"Oh iya." aku menganggukkan kepalaku sambil tersenyum.

"Dia mau nikah bulan depan" beritahu kak Arya "Sama Sarah, kamu ingat? Dia satu kelas sama aku dan Gibran" Tambahnya.

"Ingat kak" Tentu saja aku ingat, Sarah adalah cewek yang pernah melabrakku.

"Kalau kamu ada waktu ikut aku ke acara nikahan Gibran ya" pintanya.

"Nggak mau kak." tolakku. "Kami bukan teman, lagian aku juga gak diundang" tambah ku memberi alasan.

Aku dan Gibran tidak dalam hubungan yang baik bahkan bisa dibilang saling benci, setelah kandasnya hubungan kami.

"Gibran sangat menyesal dengan perbuatannya. Dia ingin sekali minta maaf sama kamu"

"Aku sudah melupakan semuanya Kak. Jika Kak Arya bertemu Gibran tolong sampaikan sama dia, aku minta maaf jika pernah menyakiti hatinya." pintaku tulus.

Bagiku, Gibran adalah masa lalu yang harus aku ikhlaskan. Mungkin kami di pertemukan bukan untuk bersama akan tetapi sebagai pelajaran hidup yang bisa diambil hikmahnya. Jadi, tidak ada lagi yang aku sesali dari pertemuan kami.

"Iya pasti." Jawabnya.

Kami berhenti berbicara saat pesanan kami datang. Setelah selesai makan Kak Arya mengantarku sampai kos, dia meminta no ponselku.

"Angkat telfonku nanti! Atau aku akan langsung mendatangimu" pesannya yang aku anggap itu sebuah candaan.

•••

Setelah selesai sholat isya', ponselku bergetar no kak Arya melakukan panggilan. Tapi aku matikan lalu ku kirim pesan bahwa aku sedang sibuk ada yang hal penting yang harus aku kerjakan.

Aku tidak Berbohong, aku memang sedang menunggu telfon dari Ryan, itu hal yang penting bagiku. Sepulang kerja Ryan mengirim pesan bahwa ada yang mau dia katakan nya padaku.

Untuk saat ini tiga sahabatku itu adalah deretan orang yang aku utamakan setelah keluarga ku, Karena mereka bertiga yang ada ketika aku terpuruk. Tak lama ponsel ku bergetar kembali, muncul nama 'Ryan the real' memanggil.

📞

[Assalamu'alaikum,] Sapaku pada orang diseberang

sana.

[W*'alaikum salam] jawabnya. [Lagi apa? udah makan?]

[Lagi telponan sama my best friend. Sudah makan tadi, ada yang bisa saya bantu tuan?] candaku lalu tertawa.

[Saya lagi cari teman hidup. Bisakah anda membantu saya] balas Ryan menimpali candaan ku.

[Ha ha ha] sontak aku tertawa. [Balikan sana sama Clarisa. Cewek sesempurna itu kamu putusin] gerutu ku jengkel.

Aku selalu merasa kesal jika mengingat Ryan memutuskan hubungan nya dengan Clarisa tanpa alasan yang jelas. Padahal Clarisa adalah gadis yang sempurna.

[Bagaimana perkembangan gugatannya?] Ryan mengalihkan pembicaraan. Dia memang selalu seperti itu, tidak mau membahas Clarissa.

[Tadi siang pak Gilang telfon, gugatannya sudah masuk pengadilan. Mungkin dalam minggu ini akan ada panggilan dari pengadilan] jelas ku.

[Kira-kira berapa bulan prosesnya?]

[Aku tidak tahu. Tapi aku agak takut] jujur aku merasa takut pada ancaman mas Saga.

[Kenapa?]

[Aku takut mas Saga melakukan ancamannya] kataku pelan.

[Aku akan mengurusnya. Akan aku pastikan ayahmu tidak akan kehilangan perusahaannya.] ucap Ryan tegas.

[Maaf selalu me,,,]

[Jangan mengucapkan kalimat yang aku benci] Ryan memotong kalimatku. [Setelah proses perceraian selesai, ikut aku tinggal di sini bersama mama. Mama sangat merindukanmu. Tapi jika kamu keberatan bersama,,, ]

[Jangan mengatakan kalimat yang aku gak suka! Iya aku akan ikut kamu kalau semuanya sudah selesai. Mamamu juga mamaku aku juga akan menjaganya]

[Kamu dan mama orang yang paling penting buat aku]tutur Ryan.

[Bercandanya jangan buat baper anak orang]

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status