Share

Bingkisan Dari Suami
Bingkisan Dari Suami
Penulis: Nazila Arisakit

Bingkisan Anniversary

Bab 1

[Happy 2nd  anniversary sayang... Semoga kamu suka sama hadiah spesialnya.... 

Love you more and more my honey... 

Kekasih halalmu, Arkatama..]

Kata-kata itu  tertulis di memo yang terselip pada buket bunga mawar yang dikirim oleh kurir kerumahku. 

Anniversary? Bukannya hari ulang tahun pernikahanku  dengan Mas Tama masih lama? Apa dia lupa sama bulan dan tanggalnya ya?  

Tumben juga Mas Tama seromantis ini. Bahkan selama hampir sepuluh tahun menikah, dia tidak pernah memberikan hadiah bunga seperti ini. Justru malah aku yang selalu mengingatkan dan  meminta hadiah terlebih dahulu padanya, 

Setiap  kali tiba hari Annyversary pernikahan kami. 

Selama beberapa detik, kubaca berulang-ulang isi memo yang ditulis  Mas Tama. 

Dua tahun....Dua tahun....Dua tahun. 

Hanya kata itu yang  membuatku mengerutkan kening merasa heran. Pernikahan kami sudah hampir sepuluh tahun. kenapa jadi dua tahun? apa Mas Tama  memang salah tulis? Angka 2 dan 10 tahun itu sangat berbeda jauh, tidak mungkin dia salah tulis. 

Seharusnya seorang wanita merasa bahagia mendapat kejutan seperti ini. Namun, tidak denganku. Justru datangnya hadiah ini mengundang banyak pertanyaan dalam benakku. 

‌Dahiku mengernyit bersamaan dengan datangnya mobil truk yang mengangkut sebuah mobil jazz  berhenti didepan rumah. Mobil itu masih dibaluti pita seperti sebuah bingkisan. 

 

"Paket, Bu."  

Teriak sopir itu. Lantas, dia segera turun dan memberikan kunci mobil padaku.

Mimpi apa aku semalam? ...hari ini dikejutkan dengan sikap aneh Mas Tama yang tiba-tiba memberi bingkisan semewah ini. 

Bagiku ini sangatlah mewah dan  menghamburkan uang. Apalagi dirumah  sudah ada mobil. Untuk apa Mas Tama membelikanku mobil lagi? 

[ Mas , ini serius hadiah untukku? Bukan bingkisan yang nyasar?]

Segera kukirim pesan untuk Mas Tama. Rasa penasaran masih menyeruak. apa benar hadiah ini untukku  atau memang salah kirim.  Seharusnya tanggal pernikahan kami ada di bulan maret sedangkan ini masih desember. 

[Hadiah apa Ma maksdunya?]

Pertanyaan itu justru mengundang prasangkaku semakin travelling sangat jauh. Kalau dia menanyakan hadiah apa,  berarti dia tidak memberikan semua bingkisan ini. Lalu siapa pengirim semua ini? Jelas-jelas nama pengirimnya Arkatama. Perasaanku tiba-tiba bergemuruh. Merasakan seperti ada sesuatu yang  Mas Tama sembunyikan dariku. 

[Ini lho Mas,, terus siapa yang ngirim ini? Masa iya penggemar aku Mas? jangan ngeprank  Mas!...nama pengirimnya juga nama Mas ko. Makasih bnyak lho Mas, ternyata Mas romantis juga, aku suka banget bingkisannya.....]

Kukirim foto mobil dan buket bunga yang ia kirim. Pura- pura  merasa sangat bahagia mendapat bingkisan darinya . Padahal hatiku merasa curiga sebenarnya untuk siapa hadiah ini diitujukan. 

[Ah, iya...iya...Kamu suka?]

[Suka banget Mas, aku jadi punya dua mobil dong!!]

Mas Tama tidak membalas pesanku, tapi  pesannya sudah terlihat centang dua. Itu artinya dia hanya membacanya. 

Jam dinding masih menunjukkan  pukul dua siang. Namun, Mas Tama sudah sampai dirumah. Akupun merasa heran tak seperti biasanya dia pulang sesiang ini. Aku bergegas menghampiri dan mengambil tasnya seperti biasa. Kucium punggung tangan kanannya.

  

"Mas, Mas lupa ya sama tanggal pernikahan kita?" Godaku untuk memancing. 

"Ah, engga ko Ma, itu Mas sengaja belikan untukmu surprice." Jelasnya sambil membuka jas. 

Pintar sekali kamu Mas. Jelas-jelas tulisannya dua tahun pernikahan. 

"Oh, gitu ya Mas." 

Aku manggut-manggut pura-pura percaya bahwa itu memang hadiah untukku. 

Sejak pulang dari kantor Mas Tama menjadi pendiam. Seharusanya dia mangajakku untuk mencoba menyalakan mobil yang ia berikan. Atau setidaknya ia mengajakku membuka pita yang masih terbalut dimobil itu. Tapi ini tidak. Mobilnya pun masih belum aku sentuh, dan masih terpajang cantik di garasi. 

Dan saat makan malampun mas Tama tak mengeluarkan perkataan sedikitpun. Aku sebagai istri hanya bisa mengikuti bagaimana sikap suami. Sesekali kutawarkan lauk kesukaannya. Namun dia makan yang lain bahkan ia makan  hanya sedikit dan lebih banyak melamun. Apa mungkin dia  menyesal memberikan mobil itu padaku? Ah, masa bodo itu bukan urusanku. Yang terpenting sekarang mobil itu sudah ada di garasi. 

Malam semakin larut. Namun mataku enggan untuk terpejam. Sedangkan Mas Tama sudah terlelap dan terbuai dalam mimpi. Tiba-tiba ponselnya berkedip tanda panggilan masuk. 

Sekertaris Rahma... 

Nama itu nongkrong dilayar ponsel. 

Sekertaris Rahma? Sejak kapan Mas Tama mempunyai sekertaris wanita? Bukannya sekertasinya hanya Sekertasis Gun? Dan, Ada apa Malam-malam gini menelepon. 

Tanpa membangunkan Mas Tama aku mengangkat panggilan itu. 

"Mas, mana hadiah ulang tahun pernikahannya? ko nggak dateng-dateng? Katanya datangnya cepet? Atau jangan-jangan Mas bohongin aku lagi ya?" 

Suara seirang wanita yang sangat manja seperti anak kecil meminta jatah jajan. 

Deg... 

Hadiah ulang tahun pernikahan? 

Astagfirulloh apa aku salah dengar? Kutelan saliva dalam-dalam. Nafasku tiba-tiba tercekat seperti ingin berhenti. Mas Tama mempunyai wanita lain selain aku? 

"Maaas... Maaas... Mas Arka denger aku nggak sih?"

Wanita itu melanjutkan kalimatnya. 

"Mas cepat datang kesini! atau aku yang datang kerumah Mas." Nadanya seperti memgancam. 

Aku masih  bergeming tak  menjawabnya. Kubiarkan dia merengek terus. Tak lama kemudian telepon itu mati. 

Hmmh Mas, Mas, hebat kamu Mas .. Mas Arka?? Sungguh gagah panggilannya Mas. 

Aku tak menyangka Mas. Kamu bisa setega ini mengkhianatiku. Pantas saja dia tidak merasa kalau dia mengirimkan   bingkisan itu untukku. 

Beruntung hadiah itu jatuh ketangan yang tepat. Takkan kubiarkan kamu memberikan sedikitpun harta peninggalan Papaku untuk wanita lain Mas. Kamu camkan itu! kukepalkan tanganku sambil melihat wajah suamiku yang masih terlelap. Dia bilang dia akan setia padaku. Tapi nyatanya dia sama saja dengan lelaki lain.

Lihat saja Mas! akan kuberikan bingkisan terindah untukmu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status