Share

The Girl Meets The Guy and The Shadow #3

“Aduh…”

Aku terbangun karena rasa sakit di seluruh badanku. Ini seperti habis dipakai untuk lari maraton 10 km. Sangat lelah dan otot-ototku seperti ditusuk jarum kalau mau digerakkan.

But that aside, aku baru sadar kalau aku tidak bangun di kamarku. Cat tembok kamarku itu berwarna biru muda, tetapi ini warna putih.

"Aku ada di mana?", tanyaku dalam hati.

Aku paksakan badanku untuk duduk agar aku dapat melihat ruangan itu dengan lebih baik.

Ruangan itu lumayan luas dengan beberapa perabot bertema vintage. Penataannya tidak asal-asalan sehingga sangat nyaman untuk dipandang. Pada bagian atap dan beberapa sudut kamar terdapat kaca jendela super besar sehingga memudahkan cahaya matahari untuk menyisip masuk dan menambah kesan hangat dari ruangan itu.

“Apakah aku ada di hotel?”

Aku melakukan sedikit peregangan agar badanku tidak terlalu sakit kemudian berjalan ke arah pintu. Ada dua pintu di sana, yang satu adalah kamar mandi dan yang satu membuka jalan untuk turun ke bawah. Aku turun lalu menemukan bahwa aku masih ada di kantor Hongo-san.

Arah pandanganku langsung terkunci pada pria jakung berparas tampan yang tengah duduk berhadap-hadapan dengan seorang gadis berseragam SMA. Mereka duduk di sofa yang terletak di seberangku. Ketika si gadis melihatku, dia langsung berdiri dan berpamitan.

“Apakah aku mengganggu sesuatu?”, tanyaku pada Hongo-san, setelah gadis itu keluar.

“Tidak, kamu datang di saat yang tepat. Kebetulan, aku bingung bagaimana cara membuat dia pulang.”, jawabnya, dengan wajah datar.

“Dia bukan pacarmu?”

“Tentu saja bukan. Aku tidak tertarik pada anak di bawah umur."

Pria itu mendengkus kasar sambil memijat dahinya yang berkerut, kemudian berkata kembali, "Dia adalah seorang klien. Dia yang memintaku melakukan sesuatu pada shadow yang kemarin kita segel.”, katanya.

“Shadow? Si setan itu?”

"Yup. Oh, omong-omong, bagaimana tubuhmu? Semalam kamu pingsan. Berhubung aku tidak tahu rumahmu di mana, jadi aku membawamu ke atas. Kuharap kamu tidak keberatan… Maaf siapa namamu…?”

"Namaku Kinjo Miki. Aku tidak keberatan. Terima kasih sudah merawatku. Tapi sungguh… yang semalam itu apa? Aku tidak pernah mengalami itu seumur hidupku. Dan… Pekerjaan macam apa yang kita lakukan di sini?"

"Duduklah.", ucapnya disertai gestur tangan yang mempersilakan aku untuk duduk di sebrangnya. Akan tetapi aku malah duduk di sebelah kiri Hongo-san. Entahlah, aku tidak mau saja duduk di sofa yang tadi diduduki si gadis SMA. Melihat aku bukan duduk di depan, pria itu memiringkan kepalanya seraya bertanya, “Kenapa kamu duduk di sampingku?”.

“Apakah ini tidak boleh?”

“Bukan tidak boleh, aku hanya bertanya.”

“Um… Aku merasa seperti aku tidak mau duduk di situ.”

"Luar biasa… Aku sudah mengira kamu memang bukan orang biasa dan kini aku semakin yakin bahwa kamu orang yang cocok."

Aku dibuat bingung tiada henti sejak kemarin malam. Apa maksudnya aku bukan orang biasa? Ah sudahlah, dengarkan saja dulu.

"Pertama, agar tubuhmu tidak begitu sakit, coba makan ini."

Hongo-san menyodorkan susu dan roti. Kebetulan aku sedang lapar, jadi langsung aku hap-hap.

Hm? Sepertinya tubuhku semakin ringan?

"Ini roti dan susu apa? Ro-su ajaib?", tanyaku. Rupanya itu telah mengundang Hongo-san untuk tenggelam dalam tawa. Ya... Aku sendiri bingung di mana letak kelucuannya...

“Itu adalah roti dan susu biasa, Kinjo Miki-san.”, ucapnya, kemudian kembali tertawa beberapa saat. Setelah berhasil mengontrol dirinya, pria itu baru masuk kembali dalam perbincangan yang lebih serius, "Baiklah, Kinjo-san. Seperti yang aku katakan tadi, yang semalam kamu hadapi disebut dengan shadow. Banyak orang menyebut mereka dengan sebutan demon, tapi beberapa menyebut mereka shadow, karena mereka bersembunyi dalam kegelapan, seperti bayangan.

Shadow sendiri terbagi menjadi dua, yang netral dan yang beringas. Untuk shadow yang netral, mereka bisa dikatakan tidak berbahaya bagi manusia. Mereka tidak memiliki keinginan untuk ikut campur dengan urusan manusia, sedangkan shadow yang beringas, kebalikannya.

Kemudian menjawab pertanyaanmu yang kedua, pekerjaan macam apa yang kita lakukan di sini? Hm… Kita menerima  berbagai macam permintaan klien yang berhubungan dengan supranatural. Oleh sebab itu, kita disebut spiritualis. Supranatural itu tidak terbatas pada shadow saja, bisa arwah penasaran, energi terkutuk, dan lain-lain. Permintaan klien pun tidak melulu tentang 'menyegel'. Semuanya tergantung dari kasus dan permintaan klien.

Lalu karena kamu sudah ikut serta dalam menuntaskan permintaan klien tadi, untukmu, segini."

Pria itu menyerahkan sebuah amplop coklat yang agak tebal. Ketika aku mengecek isinya… Rahangku copot! Amplop itu berisi uang yang jumlahnya dua kali lipat gajiku ketika masih di industri!

"I-ini… Tiap hari aku akan dapat segini!?"

"Tidak. Belum tentu tiap hari. Kita dibayar setiap kita berhasil menyelesaikan permintaan klien. Selama ini aku memerlukan waktu sampai beberapa hari untuk menyelesaikan satu permintaan. Mengingat ada beban yang akan dirasakan tubuhku setiap berhasil menyegel shadow."

"Seperti tubuhku yang rasanya babak belur?"

Hongo-san menganggukkan kepalanya, lalu menjawab, "Itu yang disebut dengan spirit zero, saat di mana energi spiritual seseorang berada di titik terendah mereka. Setelah makan atau istirahat selama beberapa waktu, energi itu akan kembali dan rasa sakitnya akan berkurang."

"Oh… Iya benar sih. Setelah aku makan memang tubuhku jadi enteng rasanya. Aku kira itu roti dan susu yang sudah diberi mantera."

"Hahaha… Semuanya roti dan susu biasa. Masih ada banyak di dapur. Kamu boleh memakannya jika masih kurang."

Aku membalas kalimat itu dengan senyum. Sebetulnya, aku senang dengan tawaran itu. Siapa yang tidak senang dapat sarapan gratis all you can eat? Namun aku masih… Hm… Jaga image.

"Ano… Kita berdua sama-sama mengucapkan mantera. Tetapi mengapa hanya aku yang mengalami spirit zero?", tanyaku, seraya menghabiskan susu dan roti yang berada di tangan.

"Tiap orang memiliki tingkat spiritual yang berbeda-beda dan tiap tingkat punya kapasitas energi yang berbeda. Contohnya saja, kamu adalah pendatang baru, sehingga tingkat spiritualmu dimulai dari yang paling bawah. Kamu memiliki kapasitas energi yang paling kecil, maka setelah mengucap satu mantera, kamu langsung mengalami spirit zero. Lain halnya dengan aku, aku punya tingkat spiritual yang lebih tinggi, begitu pula dengan kapasitas spiritualku. Jadi meskipun aku sama-sama mengucap satu mantera, aku tidak sampai mengalami spirit zero."

Hongo-san berdiri, kemudian mengambil sebuah bola kaca dari dalam loker di samping tangga. Dia kembali duduk di sampingku, dan berkata, "Tingkat spiritual itu bisa dinaikkan. Kurasa setelah kejadian semalam, tingkat spiritualmu langsung naik. Coba sentuh bola ini sambil menyebut nama lengkapmu."

Aku menuruti instruksinya, kemudian bola itu mengeluarkan warna biru.

"Tingkat spiritual terendah adalah warna ungu, selanjutnya naik secara berurutan jadi warna biru, kuning, orange, merah, dan putih. Kamu sudah naik tingkat. Aku baru pertama kali bertemu orang yang bisa naik tingkat secepat ini. Itulah kenapa aku mengatakan kamu bukan orang biasa."

"Jadi artinya kapasitas spiritualku sudah naik?"

"Tidak hanya kapasitas spiritualmu, tapi tingkat kesensitifan juga naik. Buktinya, kamu punya perasaan tidak sudi duduk di sofa depan kita. Gadis SMA tadi memang membawa 'sesuatu' dan sisa energinya tertinggal di situ. Kalau kamu duduk di situ, minimal kamu akan pusing, mual atau muntah."

"Tunggu. ‘Sesuatu’ ini...”

“Shadow.”

“Eh? Bukankah shadow punya dia sudah disegel?"

"Hanya kepalanya. Gadis itu bersikukuh untuk menyimpan badannya sebagai pelindung."

Semua ingatan tentang bayi, serangga, dan nyanyian ‘darah’ kembali menyeruak.

"Pelindung…? Yang seperti itu? Jadi pelindung?", tanyaku, gagal memahami pemikiran gadis SMA itu.

"Ya… Mau bagaimana lagi. Aku sudah menjelaskan kalau itu tidak akan baik, tapi dia punya kemauan sendiri."

Aku speechless. Bagaimana mungkin seseorang mendapat perlindungan dari makhluk yang haus darah? Apakah dia sudah gila?

"Kamu akan banyak bertemu manusia dan hal-hal di luar akal sehatmu mulai dari sekarang. Terkadang keselamatanmu juga akan dipertaruhkan. Untuk itu, aku ingin bertanya kembali. Apakah kamu bersedia untuk ikut denganku?", tanya Hongo-san dengan wajah serius.

Aku membalas pertanyaannya dengan sebuah pertanyaan lain, "Kupikir aku sudah diterima?"

"Kamu punya potensi yang bagus dan aku ingin kamu jadi asistenku, tapi menjadi seorang spiritualis, artinya kamu akan senantiasa bersinggungan dengan segala risiko yang ada. Aku tetap harus mengembalikan kepadamu."

… Benar juga... Semalam, apa yang terjadi kalau salah satu dari kami ada yang melakukan kesalahan? Terkurung selamanya? Mati?

Aku datang kemari dengan harapan dapat memperoleh cukup uang untuk membayar tagihan. Di luar dugaanku, uang yang bisa aku peroleh rupanya lebih dari yang kuharapkan, tetapi…

"… Kalau ada bahaya yang tidak bisa ditangani olehku…"

Tangan Hongo-san bergerak mengambil bola kaca yang tadi digunakan untuk melihat tingkat spiritualku, lalu dia menyebutkan nama lengkapnya. Sama ketika aku menyebut namaku, bola itu segera berubah warna. Bedanya, sekarang bola itu menjadi orange. Itu artinya, Hongo Satoru memiliki tingkat spiritual 2 tingkat diatasku.

"Aku memang belum jadi yang paling kuat, tapi aku bersumpah akan terus melindungimu. Apakah kamu mau ikut bekerja denganku?"

Kalimat yang aku dengar dari mulutnya itu menghapuskan segala keresahanku. Aku menarik nafas panjang, kemudian menjawab dengan lantang.

"Aku bersedia. Tapi... Bolehkah aku bertanya sesuatu?"

"Tentu."

“Mengapa kamu membutuhkan seorang asisten? Terutama aku, yang seorang amatir. Berdasarkan pengamatanku kemarin, kamu sebenarnya bisa menyerang dan menyegel shadow sendirian. Benar? Sepertinya kamu tidak akan mengalami kesulitan melakukan semuanya sendiri. Mengapa juga kamu bertahan di dalam kegelapan itu sampai tujuh jam?

Sekali lagi, pria itu hanyut dalam tawa.

“Ah... Kamu bisa melihat semuanya dengan jelas. Apakah itu karena ketajaman inderamu? Luar biasa. Aku semakin menginginkan dirimu.”

... Pria ini... Kurasa ada yang salah dengan pemilihan katanya. Untungnya aku paham apa maksudnya.

Setelah beberapa saat, Hongo-san berdehem singkat, lantas lanjut memberikan penjelasan kepadaku.

"Semakin tinggi tingkat kekuatan spiritualmu, kamu akan bisa melakukan keduanya sendirian. Aku mengakui, aku memang bisa melakukan penyerangan dan penyegelan seorang diri. Akan tetapi melakukan keduanya secara bersamaan akan sangat menyedot banyak sekali energi.

Lebih lagi, ketika berhadapan dengan shadow, tidak hanya tingkat spiritualmu yang harus kamu perhatikan. Kamu juga harus memperhatikan besarnya kekuatan shadow yang kamu lawan. Akan menjadi masalah apabila shadow tersebut memiliki pasukan di belakangnya.

Ambillah contoh Jinx. Kamu telah lihat sendiri sebanyak apa pasukannya. Jika aku memaksa melakukan perlawanan dan penyegelan seorang diri, ya, mungkin Jinx dapat tersegel. Namun aku tidak akan punya cukup energi untuk menyegel bawahannya. Kemudian, boom! Aku akan dimakan oleh ribuan shadow kelas rendah.

Itulah mengapa aku membutuhkan seorang asisten. Aku menginginkan seseorang yang bisa melakukan penyegelan di saat aku berfokus untuk melakukan penyerangan. Ah, tentu saat ini kamu memang belum mahir karena kamu adalah spiritualis baru, tetapi kamu tidak perlu khawatir. Aku akan mengajarimu dengan baik.”

Gleg! Aku tidak dapat menahan diri untuk menenggak ludahku sendiri ketika mendengar penjelasan tersebut.

"Oh... Baik, Hongo-san."

"Baiklah, Kinjo Miki-san. Suatu kehormatan bagiku untuk bekerja denganmu. Yoroshiku onegaishimasu*.", ujar Hongo-san, sambil membungkukkan badan.

*Mohon bantuan dan kerja samanya.

Aku pun memberikan gestur tubuh yang sama seraya berkata, "Kochira koso, yoroshiku onegaishimasu*, Hongo Satoru-san.".

*Sayalah yang membutuhkan bantuan anda.

Hari itu, aku resmi masuk dalam agensi Hongo-san's Odd Cases a.k.a HCO, dan kisahku dengan dunia mistis baru dimulai.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status