Share

AMEENA: Tentang Kehormatan yang Harus Dikembalikan
AMEENA: Tentang Kehormatan yang Harus Dikembalikan
Penulis: ACF-Novels

1. Penyesalan Ashraff

BREAKING NEWS!

KASUS KEMATIAN AMEENA MIKAYLA DIPASTIKAN SUDAH MEMASUKI BABAK AKHIR.

"Pada tanggal 30 Agustus 2022 kemarin, sebelum dilangsungkan sidang terbuka untuk menetapkan hukuman terhadap seluruh tersangka, hakim Ketua dari Pengadilan Kota Bandung secara lengkap sempat membacakan mengenai bagaimana kronologi kematian dari sosok wanita cantik berusia 24 tahun tersebut, Ameena Mikayla diketahui memiliki hubungan terlarang dengan sosok wirausahawan bernama Krishna Murti. Lalu, karena merasa cemburu dan murka, Qiya Aurora (32 tahun), istri dari laki-laki berusia 35 tahun tersebut memutuskan untuk menghabisi nyawa dari Ameena Mikayla, berdasarkan keterangan dari tersangka utama, dia menyuruh beberapa berandalan untuk memperkosa korban sampai meninggal dunia, dimana sesudah rampung mengeksekusi korban, orang-orang suruhan Qiya Aurora langsung membuang mayat korban ke sungai dengan kondisi tidak berbusana, dibungkus dengan menggunakan karung."

"Pihak dari Pengadilan Kota Bandung sudah memberikan keputusan untuk seluruh tersangka dimana hukuman terberat harus diterima Qiya Aurora karena Qiya Aurora adalah otak dari ...."

LED Screen dari salah satu bangunan bertingkat tinggi sedang menampilkan berita terkini mengenai kasus kematian Ameena hingga bisa mengundang beberapa masyarakat untuk memilih menghentikan mobilitas mereka dan menyaksikan siaran tersebut dengan mengedepankan keseriusan, bukan untuk bersimpati kepada Ameena, tetapi untuk mencela Ameena dan memihak kepada Qiya.

"Aishhh! Aku bener-bener ngga ngerti. Yang salah siapa. Yang dihukum malah siapa," ucap sosok wanita muda berpakaian kantoran dengan diiringi kekesalan selama sedang menatap megatron. "Masa Qiya Aurora malah dikasih hukuman berat, sih? Jika Ameena terus dibiarin hidup, bukankah korban dari kegatelan Ameena malah semakin bertambah?"

"Yang kamu bilang emang bener," ucap teman dari wanita tersebut, "dan kalau aku boleh berterus terang, kematian Ameena malah bikin aku seneng, loh."

Pada suatu momentum berdekatan, beberapa orang-orang sekitar mereka malah sudah ikutan nyinyir dengan keputusan hukum untuk Qiya, benar-benar tidak bisa respect kepada korban dari kebiadaban Qiya karena mereka sama-sama mengetahui bahwa status Ameena adalah selingkuhan semata, orang ketiga dalam rumah tangga Qiya bersama Krishna.

Pelakor.

Melihat sendiri bagaimana masyarakat malah mensyukuri kematian Ameena, Achmad Ashraff, sosok laki-laki berusia 25 tahun dan salah satu teman satu SMA dari wanita malang tersebut—entah bisa disebut demikian atau tidak—benar-benar tidak bisa menahan untuk membuka kacamata dengan kepala setengah tertunduk dan membuang napas dengan dibersamai kepiluan.

Ketika Ashraff sedang memperhatikan televisi raksasa atau biasa disebut dengan videotron, konsentrasi Ashraff sempat memusat kepada wanita paruh baya. Ibunda dari Ameena. Mendapati setiap tetesan cairan bening dari kedua mata wanita itu bisa terus mengalir dengan tanpa lelah selama menghadiri sidang untuk keadilan Ameena, bagaimana mungkin nurani Ashraff tidak tergerak? Mengetahui bahwa Ibu Ameena benar-benar terpukul karena putrinya harus menanggung kemalangan tidak terkira, terus terang sungguh membuat Ashraff merasa bersalah sekali. Mengingat secara tidak langsung Ashraff merasa memiliki keterlibatan berkenaan dengan bagaimana kehidupan Ameena bisa berakhir mengenaskan. Yang menjadi masalah untuk Ashraff, sekarang Ashraff sudah tidak bisa berbuat apa pun untuk Ameena.

Informasi tentang kematian Ameena terdengar sudah akan selesai diputar, beberapa masyarakat memutuskan untuk meneruskan aktivitas mereka, termasuk Ashraff, mengusap kedua sudut mata, kacamata Ashraff disegerakan untuk dikenakan ulang. Lalu, dengan keadaan masih memikirkan Ameena, Ashraff menyalakan mesin dan mengendarai sepeda motor seperti semula.

Meski tidak bertanya langsung kepada Ameenaa, terus terang Ashraff sudah cukup mengerti mengenai alasan Ameena selalu merasa bangga setiap sedang berkasih mesra dengan laki-laki berstatus tidak single. Pada tahun ketiga masa SMA mereka, Ameena memang pernah mendeklarasikan sesuatu bersifat mencengangkan. Di hadapan nyaris semua murid SMA Islam Al-Mustaqim, Ameena sampai menggunakan suara lantang selama menegaskan, "Kalau menurut kalian aku wanita murahan, maka kalian ngga berhak nyalahin aku kalau suatu hari nanti aku jadi apa yang kalian pikirkan!"

Di dalam memori Ashraff, kalimat Ameena tersebut sampai sekarang masih berdengung. Meski enam tahun sudah berlalu, entah mengapa atmosfer dari luapan emosi Ameena dahulu masih kental sekali. Membuat Ashraff menilai bahwa Ameena memang merasa teramat terluka dengan sebutan 'murahan' dari teman-teman sekolah mereka dan amarah Ameena lantas dicurahkan Ameena dengan merealisasikan sebutan tersebut.

"Maafin aku, Ameena. Maafin aku."

"Aku bener-bener nyesel."

Masih dengan menaiki sepeda motor dari arah SMP Islam Al-Mustaqim—sekolah tempat Ashraff mengajarkan Ilmu Matematika— menuju rumah, cairan hangat dan bercita rasa asin malah terus berusaha untuk merembes dari kedua ekor mata Ashraff. Di sini, Ashraff sungguh kehilangan fokus hingga entah bagaimana Ashraff bisa sampai merasa sesak untuk setiap saat. Meski sudah memohon ampunan kepada Ameena, kepuasan tidak akan pernah menyertai Ashraff sebelum Ameena memaafkan Ashraff secara langsung. Tapi, apakah mungkin? Kini, Ameena telah tiada. Jadi, bisa dipastikan Ashraff sudah betul-betul terlambat.

Mengingat Ameena beserta seribu satu kesengsaraan, ternyata memicu Ashraff untuk mengulas masa-masa SMA-nya bersama Ameena hingga mampu membuatnya melirik beberapa kisah melankolis dari Ameena.

Jika Ameena dan Ashraff tidak pernah saling berlomba-lomba untuk meraih rangking satu dan Ameena bukanlah saingan terberat Ashraff untuk mendapatkan sebua beasiswa kuliah, maka Ashraff tidak akan sampai membenci Ameena.

Jika Ashraff tidak pernah secara diam-diam menyuruh sosok 'ratu sekolah' untuk mem-bully Ameena, maka Ameena tidak akan sampai kehilangan kedamaian selama bersekolah.

Jika Ashraff tidak pernah memfitnah Ameena dengan mengatakan bahwa Ameena sudah merayu sosok 'preman sekolah', maka Ameena tidak akan pernah dicap murahan maupun dikeluarkan dari sekolah secara tidak terhormat.

Jika Ameena tidak pernah disebut murahan, maka Ameena tidak akan sungguh-sungguh bersikap murahan dengan berpacaran bersama pria beristri hingga Ameena harus tewas dengan kronologi tidak manusiawi dan Ashraff tidak akan pernah merasa berutang besar kepada Ameena.

Mata Ashraff semakin memerah dan memanas. Adanya tekanan batin sudah menjadikan tatapan Ashraff berubah meredup hingga berujung memburam. Merasa sangat bersalah kepada Ameena membuat Ashraff meminta kepada Yang Maha Kuasa untuk bermurah hati dengan mengabulkan sebuah keinginan ekstremnya. Di sini, Ashraff mengharapkan untuk bisa melintasi waktu ke hari-hari sebelum kematian Ameena.

"Ya, Allah, hamba benar-benar mohon, berikanlah hamba kesempatan untuk menebus semua kesalahan hamba kepada Ameena. Jika bukan di kehidupan sekarang, antarkanlah hamba ke suatu kehidupan dimana hamba bisa mengusahakan untuk membayar semua utang-utang hamba kepada Ameena."

Pikiran Ashraff masih terus ke mana-mana. Lalu, sebelum tersadar, motor bermesin otomatis Ashraff tahu-tahu Ashraff sudah dibawa untuk menerobos lampu merah dan ...

Brakkk!

Di saat-saat kritis, kewarasan Ashraff baru pulih, tetapi semua sudah sangat terlambat karena motor Ashraff malah tertabrak sebuah mobil box hingga membuatnya langsung terlempar dari motor, mendarat dan bertumbukan keras dengan aspal. Ashraff terkejut dengan kemunculan mobil itu sampai-sampai Ashraff tidak mendapatkan ruang untuk menghindar. Di bawah langit, tubuh Ashraff terkapar lemah dengan tatapan mulai berangsur-angsur menggelap. Mata Ashraff lantas terkatup dengan lambat.

Meski orang-orang sekitar sudah bergerak cepat untuk menghampiri Ashraff, cairan kental berwarna merah malah sudah mengucur melalui sekian luka serius di kepala Ashraff. Melihat keparahan dari kondisi Ashraff, mereka tidak dapat berbuat apa pun untuk menyelamatkan nyawa laki-laki malang tersebut. Pada tanggal 1 Oktober 2022 waktu setempat, Ashraff langsung dinyatakan meninggal dunia.

***

Mata berat yang tetap dipaksakan untuk terbuka. Di atas kasur, sosok laki-laki dewasa langsung disapa dengan suasana dan lingkungan familiar. Menatap langit-langit kamar dengan kedua netra setengah disipitkan, suara hati dari manusia berbadan kokoh tersebut terlantun kemudian.

"Di mana aku?"

"Apakah aku udah mati?"

"Loh? Aku ada di kamar?"

Meski kedua netra sama-sama menderita minus tinggi, Ashraff tidak akan sampai salah mengenali ruangan itu. Pada hitungan singkat, makhluk tampan dengan tubuh bagian atas dibungkus kaus lengan pendek berwarna kelabu dan kedua kaki dibungkus celana santai selutut berwarna cokelat tersebut tahu-tahu sudah beralih duduk dengan kedua kaki tetap lurus. Di dalam hati, Ashraff lantas bermonolog dengan bingung. "Yang masih bisa kuingat sampai sekarang, aku melamun sebelum bertabrakan dengan mobil."

Mengikuti kebiasaan lama, tangan kanan Ashraff bergerak lincah ke arah samping untuk mengacak-acak bagian teratas dari sebuah nakas. Yang diambil sosok laki-laki berkulit sawo matang itu adalah kacamata berbingkai kelam dan telepon genggam.

Mengenakan kacamata terlebih dahulu, kedua tangan Ashraff langsung memegangi telepon selulernya sebelum disambung dengan menekan salah satu tombol samping dari benda bernuansa biru navy tersebut. Melihat layar berukuran lebih dari 5,5 inci dengan kepala tertunduk, kening Ashraff tidak dapat mengabaikan bisikan angin untuk meluncurkan kerutan. Di dalam benak sendiri, hasrat untuk bertanya-tanya sudah bertumbuh melalui seruan batin, "2021? Kenapa bukan 2022?"

Menghadapi kondisi tidak lazim, Ashraff merasa harus memastikan ulang apakah tampilan angka dari layar handphone-nya merupakan suatu kebenaran atau bukan. Membuat Ashraff harus bersahabat dengan suasana membingungkan selama merenung sendirian.

"Apakah kalender di handphone-ku lagi eror?"

"Aneh banget."

Pukul 06.00 WIB, mendadak Ashraff malah menerima obrolan teks dari beberapa teman-teman sekolah dalam naungan sebuah grup chatting Alumni SMA Al-Mustaqim '16.

Olyzia

Guys, udah H-1 aja, nih. Aku ingetin lagi, ya ....

Jadi, acara reuni kita besok akan diadain di bagian ballroom dari D'veillas hotel dan dimulai sehabis ashar atau sekitar setengah 4-an.

NOTE:

Yang telat ngga akan kebagian kupon doorprize dan harus bantuin panitia untuk beres-beres wkwk.

Eyla

@Olyzia @Masha Girls, besok kita berangkat bareng, ya ....

Olyzia

@Eyla Ihh, ogah, ah. Males banget bareng sama tukang ngaret macem kamu. Mending aku sama @Masha doang.

Masha

@Eyla Aduh, Ey, kasian banget kamu, kamu malah ngga diajak wkwk.

Eyla

*emoticon nangis*

Adam

Dik @Eyla ngga usah risau, nanti Dik Eyla bisa bareng abang, kok.

Masha

@Eyla Tuh, Ey, kamu bisa bareng sama ayangmu.

Eyla

Iiih, amit-amit!

Mending aku berangkat sendiri daripada harus bareng sama laki-laki tukang modus macam @Adam.

17 NOVEMBER 2021.

Misalkan sekarang memang satu hari sebelum acara reuni dari alumni SMA Islam Al-Mustaqim khusus angkatan 2016, mungkinkah Ashraff melintasi waktu? Atau Ashraff malah sedang bermimpi?

Memeriksa tanggal terbaru, serangkaian obrolan teks dari beberapa teman SMA, setiap sudut bumi sama-sama memandang bahwa semesta memang habis memberikan mukjizat berupa kesempatan kedua kepada Ashraff.

Menurut memori terakhir, kesempatan untuk Ashraff bisa lolos dari maut bisa dikatakan mustahil mengingat laki-laki berparas menawan dengan sebagian rahang ditumbuhi rambut-rambut halus tersebut sudah mengalami kecelakaan hebat. Meski tidak masuk logika, kemungkinan nyeleneh—bahwa laki-laki tersebut sekarang sedang melakoni kehidupan kedua.

"Apakah aku beneran balik ke masa lalu?"

"Kalau emang bener, bukankah ... artinya Ameena masih hidup?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status