Pangeran Joe kembali dengan membawa hasil buruan begitu banyak. Para pelayan bahkan menatap tidak percaya dengan betapa banyak juga yang harus mereka masak. Tapi tentunya ada satu orang yang sangat bersemangat dengan kabar itu. "Pangeran sangat hebat! Luar biasa, aku akan memasak semuanya!"Pangeran Joe hanya tersenyum tipis ke arah pelayan yang sudah lama dikenalnya itu. "Aku mengandalkan dirimu jika demikian, Uni."Uni memberikan hormat. "Siap, pangeran! Serahkan semuanya pada saya!" Pangeran Joe kemudian pergi, sementara orang-orangnya membereskan peralatan dan lain sebagainya. Ia bilang hendak beristirahat dulu akibat lelah. Uni yang berapi-api lantas segera menyingsingkan lengan pakaiannya ketika bahan makanan mulai dibawa ke dapur oleh pelayan laki-laki. Dia tidak akan kalah hari ini! Kemarin dia sudah bisa menyiapkan perbekalan dengan sempurna untuk Pangeran Joe, berikutnya pasti juga berhasil! Keberuntungan sedang ada di pihaknya sekarang, ia tidak boleh menyia-nyiakannya.
Rantai besi masih menempel di pergelangan tangan dan kaki. Langkah diseret meski berkali-kali ditancap besi panas di bagian punggung. Rambut depan menjuntai, tidak pernah dipotong barang sekali. Menutupi sebagian pandangan, tidak mau menatap jalan karena semuanya berakhir pada penderitaan. Tubuhnya dimasukkan ke dalam sebuah karung, lalu dilempar seperti sampah. Dia menyadari posisinya dan tidak berhak melawan."Antar dia ke rumah bangsawan Hviezda. Seseorang membelinya dengan harga yang cukup tinggi."Sekujur tubuhnya sudah mati rasa. Merasakan raganya diangkut ke sebuah kendaraan. Sepertinya gerobak usang yang ditarik oleh kuda, karena suaranya terdengar dengan keras.Menjadi budak bukanlah inginnya, dia hanya terbiasa diperlakukan seperti ini. Orang tuanya menjualnya kepada seorang saudagar ketika berusia enam tahun dan sejak saat itu dia terus berpindah ke tangan ke majikan yang lain. Kadang dia tak makan sampai tiga hari, kadang bahkan
"Panas sekali hari ini."Seorang perempuan berambut pirang membuka kipas, memberi angin untuk dirinya sendiri. Dia sedang berada dalam kereta kuda untuk menghadiri penobatan Pangeran Mahkota. Di jalan, banyak orang bersujud padanya.Ini adalah pemandangan yang biasa dilihat sehari-hari. Mereka yang memiliki kasta tinggi akan lebih dihormati. Bagi mereka yang berstatus tidak lebih tinggi, maka tidak boleh melawan. Aturan harus dipatuhi, yang menentang akan dijatuhi hukuman mati.Kerajaan Lian, begitulah orang menyebutnya. Di sini hukum tersebut berlaku dan menghasilkan pasar budak yang lumayan besar. Kebanyakan budak itu datang dari luar, kemudian mereka perjual-belikan. Beberapa hari lalu terjadi insiden sehingga menghambat pengiriman budak untuk sementara waktu.Termasuk untuk perempuan pirang yang sedang memegang kipas sekarang, Lyla Hviezda. Keluarganya sudah lama mempekerjakan para budak untuk bisnis merek
"Fritz, aku akan pergi."Fritz baru saja menyalakan lampu minyak di tendanya ketika Elaine datang. Lelaki berambut hitam itu menatap aneh. "Jam segini? Bagaimana aku harus menjawab mereka? Perjalanan kita masih jauh.""Itulah mengapa. Kita harus mundur dulu sementara setelah penyerangan pelelangan besar budak beberapa hari lalu." Ujarnya.Penyerangan pelelangan budak manusia dalam skala besar sudah jelas membuat para bangsawan merasa takut dan mengirimkan pasukan mereka untuk melakukan investigasi menyeluruh. Setidaknya saat ini, mereka harus menyembunyikan diri terlebih dahulu agar tidak ditemukan."Bukankah terlalu berbahaya jika kau pergi sendirian, Elaine?" Fritz tidak mengerti jalan pikirannya. Baru saja Elaine bilang berbahaya, tapi sekarang ia mau pergi seorang diri.Elaine seperti membaca apa yang terlintas di benaknya. "Kau tidak perlu mencemaskanku, kau tahu."Fritz me
"Lukisanmu payah!"Begitulah yang sering didengarnya sedari dulu. Karena itu pula, Josephine berusaha sekuat tenaga untuk membuktikan bahwa perkataan orang-orang itu salah. Melukis adalah nyawa, seni, juga representasi pemikiran serta hati. Orang-orang yang tidak menghargainya hanyalah sampah.Ia bermimpi menjadi pelukis istana, karena itu ia berlatih setiap hari. Objek lukis yang paling umum di Lian adalah Nona Lyla Hviezda. Kecantikannya tersohor hingga negeri tetangga, membuat Lian bangga memilikinya.Setiap hari, ada lukisan baru untuknya dari para seniman. Kemudian para budak itu disuruh memajangnya di setiap sudut kota. Tidak sedikit pula yang menghadiahkan budak mereka untuknya. Meski kebanyakan berakhir ditolak karena ia sangat sibuk. Tetapi tidak ada orang yang membencinya, bahkan para budak sekali pun. Mereka bahkan dengan senang hati menghormatinya.Disaat semua bangsawan suka sekali menyik
Oscar bingung harus mencari kemana lagi. Lyla tidak tampak setelah berlari dengan orang asing itu. Pikirannya sudah sangat buruk. Apa sekarang ada orang yang ingin membunuh Lyla? Kemungkinan kecil, tapi bisa saja terjadi."Kalau kau mencari majikanmu, dia di tempat Tuan Gogh."Ada orang memakai tudung muncul begitu saja di hadapannya. Oscar mengambil sikap waspada, hingga akhirnya ia menurunkan tudungnya. Oscar sangat terkejut."Kau ... " Oscar tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Sebagai anggota badan intelijen, sudah tugasnya untuk mencari informasi, dan yang berdiri di depannya sekarang adalah hal yang mereka bahas sebelum pulang ke kerajaan karena penobatan Pangeran Giovanni.Elaine.Pemimpin Wolfsbane.Poster buronnya tidak pernah dibuat, karena tidak ada yang bisa melukis wajahnya secara jelas. Maka dari itu, hanya sedikit orang yang bisa mengingat bila bertemu
Fritz terheran-heran karena hari ini Claus tidak perlu dipanggil untuk berlatih. Ia pikir Claus masih agak takut, tapi kini sepertinya tidak lagi. Yah, bukankah itu hal yang bagus?"Kau tampak lebih bersemangat hari ini, Claus." Katanya takjub. "Aku yakin jika kau terus berlatih, tidak ada yang tidak mungkin."Claus tidak merespon, ia hanya fokus pada pedang di tangannya. Ucapan Elaine kemarin begitu menamparnya. Jika ia tidak mau berusaha, maka selamanya julukan anak kecil akan terus melekat. Bila kekuatan bisa membuat Elaine berbicara, maka ia hanya harus melakukannya."Tolong, Tuan Fritz."Fritz segera meladeninya. Bakat memang penting, tapi ambisi bisa membuat segalanya terjadi. Hari ini, ia melihat ada ambisi di mata anak kecil itu. Jadi dia pun juga sudah mulai memiliki perasaan terhadap kelompok ini? Fritz tidak pernah merasa lebih bahagia dari ini.Claus mulai mengambil sikap kuda-kuda, bersiap menyerang Fritz. Lelaki dewasa juga tidak boleh len
"Bagaimana dengan rencana kita? Sebagian besar harus tetap berjaga di sini."Jumlah anggota kelompok ini kurang lebih ada dua puluh orang, termasuk Claus. Mereka mempunyai pekerjaan masing-masing dalam misi kali ini. Pelelangan budak akan diadakan tepat pukul delapan malam. Sebagian harus berjaga di tenda, lalu sebagian lainnya pergi ke kota yang jaraknya masih beberapa kilometer dari titik ini."Kami akan pergi. Aku, Fritz dan Daris akan menuju lokasi pelelangan. Kemudian, Byll tolong laporkan keadaan di sekitar sana. Beri tanda dengan sihir anginmu." Elaine menjelaskan. Lalu ia melirik pada satu-satunya anak kecil di sana."Claus, kau juga."Bocah itu terlihat terkejut. "Kenapa?"Elaine menatapnya. "Kuharap kau tidak lupa dengan kata-katamu saat bergabung bersama kami."Claus masih teringat dengan sikap Elaine sebelum mereka berangkat ke Pali. Sangat menyebalkan. Maka dari itu