"Bagaimana dengan rencana kita? Sebagian besar harus tetap berjaga di sini."
Jumlah anggota kelompok ini kurang lebih ada dua puluh orang, termasuk Claus. Mereka mempunyai pekerjaan masing-masing dalam misi kali ini. Pelelangan budak akan diadakan tepat pukul delapan malam. Sebagian harus berjaga di tenda, lalu sebagian lainnya pergi ke kota yang jaraknya masih beberapa kilometer dari titik ini.
"Kami akan pergi. Aku, Fritz dan Daris akan menuju lokasi pelelangan. Kemudian, Byll tolong laporkan keadaan di sekitar sana. Beri tanda dengan sihir anginmu." Elaine menjelaskan. Lalu ia melirik pada satu-satunya anak kecil di sana.
"Claus, kau juga."
Bocah itu terlihat terkejut. "Kenapa?"
Elaine menatapnya. "Kuharap kau tidak lupa dengan kata-katamu saat bergabung bersama kami."
Claus masih teringat dengan sikap Elaine sebelum mereka berangkat ke Pali. Sangat menyebalkan. Maka dari itu
Nyala sang agni masih terpantul pada kedua matanya. Claus berhenti berlari, menatap ke belakang dengan penuh tanda tanya. Kenapa Elaine belum kembali juga?"Claus, kau mau ke mana?"Fritz panik ketika mengetahui bahwa Claus justru berbalik arah. Ia segera mengejar, bahkan beberapa anggota lain berteriak padanya. Tapi bocah itu sangat lihai menghindar dari tangkapannya. Banyaknya ranting atau semak bukan penghalang berarti baginya. Sesuatu menghentikan Fritz, ia terkejut saat melihat siapa yang menahannya."Fora?""Lama tidak berjumpa, Fritz. Sekarang, kau harus tidur dulu." ***Elaine menatap tetesan darah di sekelilingnya. Kulitnya tergores di beberapa bagian, tapi bukan hal yang besar. Namun jika seperti ini terus, tentu bukanlah hal yang baik. Ia juga punya batas. Ya
Lyla penasaran dengan Carla; Elaine. Ia masih tidak percaya bahwa orang yang ditemuinya dahulu adalah pimpinan kelompok Wolfsbane. Selama ini yang ia dengar bahwa mereka hanya suka merampok bangsawan dan membuat kerugian."Nona, jangan melamun. Apa ada yang bisa Fora bantu?"Kini mereka sedang berada di taman belakang. Fora menunjukkan beberapa sihirnya untuk menghibur Lyla, tapi sepertinya dia tidak tertarik."Sekarang jam makan siang, Fora tidak lapar?" Tanya Lyla."Hahaha, penyihir hanya memakan energi alam. Nona lupa, ya?" Fora tertawa. Lyla tersenyum, tidak mengindahkan. Ia memang hanya mencari-cari alasan."Oh iya, Nona. Aku juga telah menjalankan tugasku dengan baik! Dia beruntung aku tidak membunuhnya! Terlebih, Tuan Oscar sendiri yang memborgolnya!"Lyla tidak tahu mengapa ia menjadi ragu. Bukankah seharusnya semua penjahat itu sama saja? Namun apa yang ia rasakan
Lian terletak di lokasi yang strategis, dan semua perdagangan dari kerajaan lain pasti melalui tempat itu. Beberapa kota yang terkenal dari Lian adalah Pali, Malta, dan Hira. Pali merupakan tempat hiburan, Malta adalah pelabuhan, sementara Hira adalah teritori yang terkenal karena hasil peternakan. Wilayah Lian yang luas pun mendukung agar kerajaan itu semakin makmur.Namun berbanding terbalik dengan kemakmuran para bangsawan, manusia yang diperjualbelikan sebagai budak tidak pernah merasakannya. Derajat mereka lebih rendah dari rakyat yang miskin. Selain itu, pajak sangat tinggi. Tidak semua orang mampu membayarnya. Bagi mereka yang tak bisa membayar maka harus menggantinya dengan menjadi budak. Ini adalah hal yang biasa terjadi di zaman ini.Wolfsbane muncul sekitar tiga tahun lalu, untuk menghentikan semua ketidakadilan yang terjadi. Bagaimana, apa, dan siapa saja mereka masih merupakan misteri. Mereka bergerak dalam senyap dan baru-baru
Elaine melihat Ayah dan Ibunya berada di tempat eksekusi. Tidak ada seorang pun yang berusaha menyelamatkan mereka. Justru orang-orang itu bersorak untuk merayakan kematian budak. Bukan hanya orang tuanya, ada beberapa budak lain yang mengalami nasib serupa."Eksekusi! Eksekusi!"Dalam binar mata hijaunya terpantul pemandangan yang begitu menyesakkan dada. Hanya butuh beberapa detik dan semua terjadi begitu cepat. Warna merah menghiasi tempat tersebut, menyisakan kesedihan bagi mereka yang ditinggal.Elaine benci kelemahan. ***Elaine memutuskan mencari Penyihir Kerajaan yang bernama Fora untuk belajar sihir. Awalnya Fora juga tidak mau mengajarinya, namun berkat usaha keras Elaine, akhirnya ia setuju dengan syarat bahwa Elaine harus bersumpah melindungi Lian sama se
Elaine dan Fritz tiba di ibukota kerajaan setelah dua minggu perjalanan. Keduanya membeli beberapa pakaian dan makanan kemudian mencari penyewaan tempat tinggal. Mereka mendapat tempat di penginapan murah milik seseorang bernama Gogh. "Lalu bagaimana cara kita menemui Raja? Ia tak bisa ditemui begitu saja, bukan?" "Jika dia adalah pemimpin yang baik, ia akan mendengarkan kita." "Bagaimana kalau tidak?" "Aku tidak tahu." "Aku masih mengkhawatirkan Daris." "Kenapa? Dia bahkan menentang ide ini." "Ya, tapi aku bisa mengerti perasaannya." Elaine jadi tak tega kala mengingatnya. Bagaimanapun, Fritz dan Daris adalah sepupu, hubungan mereka tidak seharusnya renggang. Fritz melihat Elaine yang tampak gundah, ia langsung dapat memahami apa yang ia pikirkan. "Berhenti menyalahkan dirimu, Elaine. Ini permasalahan di antara k
Misi pertama mereka adalah mendapatkan harta dari tempat Tuan Gogh yang baru saja keluar dari rumahnya, ia adalah pemilik penginapan yang sempat disinggahi oleh Fritz dan Elaine. Bersama Daris, mereka bertiga mengendap-endap, melihat situasi sebelum akhirnya beraksi. Mencari di mana harta milik Tuan Gogh disimpan agak sulit, namun mereka menemukannya di belakang lemari pakaian. Ada sebuah kotak peti berukuran kecil dan berisikan beberapa benda mulia serta emas."Kita ambil semuanya." Elaine berkata. Mereka kemudian pergi dengan hati-hati seperti ketika masuk. Ada beberapa penjaga, namun mereka tertidur di lorong. Mereka sampai berjinjit agar tidak menimbulkan suara, kemudian lari.Esoknya, kabar mengenai harta benda milik Tuan Gogh yang hilang menggegerkan warga. Semua orang ditanyai, namun tak ada yang bisa menjawab. Tuan Gogh marah-marah hingga pejalan kaki terhenti karenanya. Elaine, Fritz dan Daris yang sedang makan di kedai Guli yang
"Elaine, mengapa kau membiarkan Byll lolos begitu saja?"Elaine berhenti, menatap kepada Daris yang baru saja melempar pertanyaan."Dia akan menyadarinya sendiri, aku yakin.""Sudahlah, Daris. Kita tidak harus mencari anggota sekarang. Lebih baik kita pergi mencari senjata untukmu di tempat lain." Fritz menepuk bahunya pelan, mengisyaratkan bahwa ini bukanlah akhir."Kudengar di Malta ada penjual senjata yang bagus. Mungkin kita harus ke sana?""Malta?" Elaine mengernyit. Ia tidak pernah pergi jauh selain untuk mencari benda magis, dan itu pun bukan di lokasi yang dihuni banyak orang seperti desa Fritz."Kepala Desa pernah memberitahuku, di sana adalah pelabuhan jadi semua barang yang hendak kita cari pasti ada. Namun untuk ke sana kita butuh biaya yang besar, jaraknya cukup jauh dan tidak mungkin kita melaluinya hanya dengan berjalan kaki.""Kenapa tidak
Elaine mencobanya sekali lagi.Ia berlatih seorang diri, tidak mau racunnya terkena yang lain bila terjadi kesalahan. Elaine menemukan sesuatu yang tidak ia sangka. Perempuan itu menatap batu yang cukup besar di pinggir sungai, sekarang terlihat berlubang di bagian tengah.Racunnya terlalu kuat, bukan?Elaine tidak mengira, maka ia menyudahinya. Semakin berbahaya bila ia teruskan. Sedikit rumput di sekitar batu itu bahkan kini telah menghitam—bukan lagi layu. Ia kenakan kembali sarung tangan kulit pemberian Fritz, masih penasaran mengapa tidak terkena efek yang sama. Apakah racunnya hanya bekerja terhadap benda tertentu? Elaine pun tidak tahu."Elaine? Bagaimana latihannya?"Fritz datang sambil membawa sedikit buah. Ia lemparkan pada Elaine dan berhasil ditangkap. Lalu lelaki itu pergi ke sisinya, melihat apa yang dilakukan Elaine."Wah, batunya sampai berlu