Lian terletak di lokasi yang strategis, dan semua perdagangan dari kerajaan lain pasti melalui tempat itu. Beberapa kota yang terkenal dari Lian adalah Pali, Malta, dan Hira. Pali merupakan tempat hiburan, Malta adalah pelabuhan, sementara Hira adalah teritori yang terkenal karena hasil peternakan. Wilayah Lian yang luas pun mendukung agar kerajaan itu semakin makmur.
Namun berbanding terbalik dengan kemakmuran para bangsawan, manusia yang diperjualbelikan sebagai budak tidak pernah merasakannya. Derajat mereka lebih rendah dari rakyat yang miskin. Selain itu, pajak sangat tinggi. Tidak semua orang mampu membayarnya. Bagi mereka yang tak bisa membayar maka harus menggantinya dengan menjadi budak. Ini adalah hal yang biasa terjadi di zaman ini.
Wolfsbane muncul sekitar tiga tahun lalu, untuk menghentikan semua ketidakadilan yang terjadi. Bagaimana, apa, dan siapa saja mereka masih merupakan misteri. Mereka bergerak dalam senyap dan baru-baru
Elaine melihat Ayah dan Ibunya berada di tempat eksekusi. Tidak ada seorang pun yang berusaha menyelamatkan mereka. Justru orang-orang itu bersorak untuk merayakan kematian budak. Bukan hanya orang tuanya, ada beberapa budak lain yang mengalami nasib serupa."Eksekusi! Eksekusi!"Dalam binar mata hijaunya terpantul pemandangan yang begitu menyesakkan dada. Hanya butuh beberapa detik dan semua terjadi begitu cepat. Warna merah menghiasi tempat tersebut, menyisakan kesedihan bagi mereka yang ditinggal.Elaine benci kelemahan. ***Elaine memutuskan mencari Penyihir Kerajaan yang bernama Fora untuk belajar sihir. Awalnya Fora juga tidak mau mengajarinya, namun berkat usaha keras Elaine, akhirnya ia setuju dengan syarat bahwa Elaine harus bersumpah melindungi Lian sama se
Elaine dan Fritz tiba di ibukota kerajaan setelah dua minggu perjalanan. Keduanya membeli beberapa pakaian dan makanan kemudian mencari penyewaan tempat tinggal. Mereka mendapat tempat di penginapan murah milik seseorang bernama Gogh. "Lalu bagaimana cara kita menemui Raja? Ia tak bisa ditemui begitu saja, bukan?" "Jika dia adalah pemimpin yang baik, ia akan mendengarkan kita." "Bagaimana kalau tidak?" "Aku tidak tahu." "Aku masih mengkhawatirkan Daris." "Kenapa? Dia bahkan menentang ide ini." "Ya, tapi aku bisa mengerti perasaannya." Elaine jadi tak tega kala mengingatnya. Bagaimanapun, Fritz dan Daris adalah sepupu, hubungan mereka tidak seharusnya renggang. Fritz melihat Elaine yang tampak gundah, ia langsung dapat memahami apa yang ia pikirkan. "Berhenti menyalahkan dirimu, Elaine. Ini permasalahan di antara k
Misi pertama mereka adalah mendapatkan harta dari tempat Tuan Gogh yang baru saja keluar dari rumahnya, ia adalah pemilik penginapan yang sempat disinggahi oleh Fritz dan Elaine. Bersama Daris, mereka bertiga mengendap-endap, melihat situasi sebelum akhirnya beraksi. Mencari di mana harta milik Tuan Gogh disimpan agak sulit, namun mereka menemukannya di belakang lemari pakaian. Ada sebuah kotak peti berukuran kecil dan berisikan beberapa benda mulia serta emas."Kita ambil semuanya." Elaine berkata. Mereka kemudian pergi dengan hati-hati seperti ketika masuk. Ada beberapa penjaga, namun mereka tertidur di lorong. Mereka sampai berjinjit agar tidak menimbulkan suara, kemudian lari.Esoknya, kabar mengenai harta benda milik Tuan Gogh yang hilang menggegerkan warga. Semua orang ditanyai, namun tak ada yang bisa menjawab. Tuan Gogh marah-marah hingga pejalan kaki terhenti karenanya. Elaine, Fritz dan Daris yang sedang makan di kedai Guli yang
"Elaine, mengapa kau membiarkan Byll lolos begitu saja?"Elaine berhenti, menatap kepada Daris yang baru saja melempar pertanyaan."Dia akan menyadarinya sendiri, aku yakin.""Sudahlah, Daris. Kita tidak harus mencari anggota sekarang. Lebih baik kita pergi mencari senjata untukmu di tempat lain." Fritz menepuk bahunya pelan, mengisyaratkan bahwa ini bukanlah akhir."Kudengar di Malta ada penjual senjata yang bagus. Mungkin kita harus ke sana?""Malta?" Elaine mengernyit. Ia tidak pernah pergi jauh selain untuk mencari benda magis, dan itu pun bukan di lokasi yang dihuni banyak orang seperti desa Fritz."Kepala Desa pernah memberitahuku, di sana adalah pelabuhan jadi semua barang yang hendak kita cari pasti ada. Namun untuk ke sana kita butuh biaya yang besar, jaraknya cukup jauh dan tidak mungkin kita melaluinya hanya dengan berjalan kaki.""Kenapa tidak
Elaine mencobanya sekali lagi.Ia berlatih seorang diri, tidak mau racunnya terkena yang lain bila terjadi kesalahan. Elaine menemukan sesuatu yang tidak ia sangka. Perempuan itu menatap batu yang cukup besar di pinggir sungai, sekarang terlihat berlubang di bagian tengah.Racunnya terlalu kuat, bukan?Elaine tidak mengira, maka ia menyudahinya. Semakin berbahaya bila ia teruskan. Sedikit rumput di sekitar batu itu bahkan kini telah menghitam—bukan lagi layu. Ia kenakan kembali sarung tangan kulit pemberian Fritz, masih penasaran mengapa tidak terkena efek yang sama. Apakah racunnya hanya bekerja terhadap benda tertentu? Elaine pun tidak tahu."Elaine? Bagaimana latihannya?"Fritz datang sambil membawa sedikit buah. Ia lemparkan pada Elaine dan berhasil ditangkap. Lalu lelaki itu pergi ke sisinya, melihat apa yang dilakukan Elaine."Wah, batunya sampai berlu
Oscar baru saja kembali dari tugasnya. Ia mencari Pangeran Giovanni di istana, tapi pelayan di sana mengatakan dia belum kembali sedari pagi. Apakah dia masih di menara timur?Lantas Oscar menuju ke sana, berniat menyampaikan bahwa pesannya kepada Lyla telah disampaikan. Namun setibanya di sana ia mendengar suara keributan, dan ia melihat banyak prajurit sudah tumbang. Tak jauh dari sana, ia melihat ada seseorang yang melawan prajurit yang tersisa. Oscar segera menarik pedangnya, bersiap melawan.***Byll berlari, menemukan kerumunan di bawah menara. Ketika ia amati lagi, itu rupanya teman Elaine—Byll tidak terlalu ingat hal yang tidak penting. Saat ia bersiap lari, justru Byll melihat Elaine melompat dari lantai atas; sepertinya lantai di mana ruangannya tadi disekap. Byll mengeluarkan sihir angin secara refleks, membantu agar Elaine jatuh perlahan. Perempuan itu sepertinya sedikit menyadari, jadi ia menoleh p
"Lemah ... "Fora melihat kota yang telah hancur dalam genggamannya. Rupanya seluruh rakyat Malta berniat melakukan pemberontakan. Informasi yang disampaikan Oscar ternyata benar, Malta telah melakukan pergerakan. Bila mereka membiarkannya, maka seluruh kerajaan akan hancur. Ia akan mengusulkan pemerintahan baru Malta pada Raja usai kembali dari sini."Fora?" Sebuah suara menyapa. Fora melihat seseorang yang ia kenal datang entah darimana."Fanla?"Fora tidak mengira akan bertemu Fanla di Malta. Kabar terakhir yang ia dengar, Fanla sedang melakukan ekspansi wilayah ke Hrava. Lian sedang memperluas kerajaan, jadi tidak heran bila jarang ada yang kembali ke negerinya."Aku mendapat kabar dari Oscar kalau kau di sini." Ujar Fanla sembari mengangkat bahu."Manusia bernama Oscar itu memang berguna, dia sangat memperhatikan banyak detil." Imbuh Fora.Sejauh ini,
Guli memerintahkan agar Claus berada di belakangnya. Sementara ia sendiri hampir gemetaran karena melihat penyihir istana itu berdiri di hadapannya. Masalahnya, saat ini Claus bersamanya. Ia bahkan tak bisa menjamin keselamatan dirinya sendiri."Kenapa kalian terkejut?" Fora menyeringai, secepat itu pula ia mengumpulkan sihir di tangannya. "Omong-omong, aku juga punya kejutan untuk kalian. Yah, nanti kalian juga akan tahu sendiri. Tapi biar kukatakan satu hal, Elaine tidak berada di sini."Guli terbeliak. Apakah ia bisa mempercayai perkataan Fora barusan? Tidak mungkin Elaine tidak berada di tempat ini. Memangnya mereka mau menempatkannya di mana lagi?"Yah, aku juga tidak butuh kalian. Tapi Pangeran memerintahkan agar aku menyandera kalian berdua untuk jaga-jaga. Hahahahahahaha!"Claus melihat sesuatu seperti tali tiba-tiba melilit mereka. Guli menjatuhkan panahannya karena kedua tangannya telah ter