Share

Wanita Kelas Atas Milik sang CEO
Wanita Kelas Atas Milik sang CEO
Author: Geesandrj

Bab 1. Miss A

“Anda nakal,” bisik Ayunda dengan riasan wajah yang menggoda. 

“Miss A ...,” suara parau itu berbisik di telinganya, tangannya hinggap di pangkuan sambil tersenyum. “Kenapa kamu tidak pernah mau pergi denganku? Aku berjanji, kita akan bersenang-senang.” 

Kliennya yang kali ini terlihat tua mendekatkan wajahnya. Napasnya berbau alkohol dan rokok. Sementara itu, dasi dan bajunya longgar dan kusut—sepertinya hari ini benar-benar melelahkan buatnya. 

“Aku juga lelah,” batinnya. 

Miss A—nama samaran Ayunda—sangat istimewa di Tempus Fugit. Bahkan tarifnya sangat tinggi dari yang lainnya. Namun, tidak ada yang berhasil menyentuhnya dalam arti khusus. 

“Anda tentu terlalu banyak waktu. Lain kali pastikan tambah durasi bersamaku, ya?” Ayunda menolaknya dengan halus. Dia lalu memindahkan tangan pria itu hati-hati dari atas pangkuannya sambil tertawa genit. 

Tersisa dua menit lagi sesi pria itu berakhir bersamanya. Dia berharap tidak ada lagi yang ‘memesan’ dirinya. 

“Aku benci pekerjaan ini.” 

Jika adik dan ibunya tahu ia bekerja di tempat seperti ini, mereka pasti akan terkejut dan—tentu saja membunuhnya. Untungnya, dia dibayar dengan upah paling besar.  

“Whoa!”

Ayunda mendengar sebuah suara mengejutkan. Dia menoleh untuk menemukan salah satu pria yang berdiri tidak jauh dari hadapannya. Pria itu berjalan sambil mengeluarkan tangannya yang tenggelam di saku pantalon. 

“Ini benar-benar mengejutkan,” sambung pria itu, dengan suaranya yang menjengkelkan. Dengan pandangan tidak percaya, dia menatap Miss A dari atas ke bawah, sebelum akhirnya berjalan lebih mendekat. 

“Kamu ...?” Pria itu mengangguk lalu tertawa menilik ponselnya, “Pfft—apa yang aku lihat ini? Ternyata itu benar-benar dia?”  

Bisikkan pria itu terdengar oleh Miss A dan kliennya.  

“Hei, kamu seenaknya saja mendatangi Miss A. Dia milikku sekarang,” seru kliennya kesal.

Pria yang lebih muda itu terkekeh. “Maaf, tapi saat ini adalah giliranku.” 

“Tidak bisa begitu. Tempat ini ada aturannya.” Klien itu menoleh ke kanan dan kiri, mencari-cari staf yang berjaga. “Di mana mereka? Seharusnya mereka mengusirmu!” 

Ayunda sempat memelotot sebelum akhirnya mengerling pada kliennya dengan sopan. 

“Maaf, Pak. Saya urus sebentar,” pamit Ayunda. Ia berdiri dan mendatangi sosok pria yang dinilai mengganggu. Namun, belum sempat ia menegurnya, ponselnya berbunyi. 

Tring!  

Ayunda menilik ponselnya, membaca sebaris notifikasi di sana. 

Sesi berakhir. Klien Anda yang baru sudah menunggu. 

“Ah, sial! Waktu berlalu dengan cepat!” Klien Miss A marah-marah sendiri dan beranjak lalu beradu pandang dengan Miss A.  

“Aku akan kembali lain kali,” katanya, lalu pergi. 

Ayunda berharap tidak. Dia lalu beringsut mengabaikan pria di hadapannya. 

“Hei, mau ke mana kamu?” Pria itu menarik lengan Miss A yang segera ditepisnya. 

“Maaf, tapi aku ada urusan.” 

Seulas senyum terulas di bibir pria itu. 

“Urusanmu denganku sekarang.” 

Tatapan Ayunda terpancang. Ibu jarinya membuka pesan di ponselnya. Terlihat lebih jelas detail klien barunya di sana. Ia kembali mengangkat wajahnya, bertemu pandang dengan pria yang kini balik menatapnya dengan angkuh. 

“Adrian ... Laksana?” bisik Ayunda, ragu-ragu. 

Pria itu mengangguk. “Iya, kamu nggak salah menyebutkan namaku.” 

Dengan gemetar, Ayunda menggenggam ponselnya dan menatap balik pria itu. Kacau. Dia sangat kacau.  

Adrian Laksana? Nama itu mungkin tidak satu-satunya di dunia ini, tapi ... Ayunda bisa mengingat jelas nama dan senyuman mengejek pria itu sama persis seperti yang dia kenal dulu. 

“Adrian Laksana? Kenapa dia harus ada di sini?” batin Ayunda.

Suara Adrian berbeda dari yang ia kenal dulu. Suara yang cempreng yang kerap kali berteriak padanya itu berubah menjadi lebih berat dan maskulin. 

“Maaf, Pak. Anda bisa menunggu dengan durasi tunggu yang bisa ditukar nanti. Bagaimanapun Anda bisa melanggar peraturan yang ada dengan mendatangi staf kami secara langsung.” Venus staf Tempus Fugit—di mana Miss A bekerja—datang dan melerai mereka. 

Adrian mengangguk dengan tanda menyerah sambil mengangkat kedua tangannya. “Baiklah. Aku akan menunggu.” 

Ayunda ditarik mundur oleh stafnya ke ruang ganti. 

“Kenapa harus dia?” Ayunda berbisik putus asa di depan meja rias. 

Adrian terkenal sebagai salah satu orang paling populer di sekolah dulu. Akrab dengan hampir semua orang dan disenangi oleh semua murid.  

“Sudah berakhir. Semuanya sudah berakhir.” Ayunda berpikir akan sangat gawat jika Adrian berlaku macam-macam dengan status pekerjaan sekarang.  

Ayunda menepis semua pikiran itu saat Venus memanggilnya. Dia segera keluar dengan mengenakan blus putih panjang mirip seperti seragam sekolahnya dulu dan rok lipit pendek kotak-kotak merah dipadu stoking jaring hitam yang motifnya seperti sarang laba-laba juga sepatu kets yang pernah ia pakai dulu. Rambut panjangnya tak diikat, dibiarkan digerai tanpa hairspray. 

“Miss A! Kenapa kamu berpakaian seperti itu? Ini bukan sesi anak sekolahan lagi—“ 

“—Pria itu, aku jamin dia akan suka dengan kostumku.” Entah kenapa ia kesal sekali mengucapkannya. Ia bahkan tak peduli sudah membantah Venus. Namun, anehnya perempuan kaku itu juga tidak memintanya kembali berganti pakaian seperti biasanya. 

Ia melangkah keluar diikuti Venus yang langsung menuju pada satu orang pria yang sudah menunggunya di sebuah tempat yang agak jauh dari suara-suara yang keras di lantai atas. 

“Kenapa tempat ini?” tanya Ayunda saat ia menyadari Venus membawanya ke mana. 

“Pria itu ... membayarmu dengan sangat mahal, Miss A.” 

Dia tentu tahu artinya ‘sangat mahal’. 

Sial. 

Bersambung .... 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status