Share

BAB 2

Saat Eca sedang berbaring di kamarnya untuk tidur, Eca teringat sesuatu dengan berkas tersebut. Alhasil, Eca mengambil berkas yang ada di meja, untuk dibaca isi berkasnya.

"Tunggu-tunggu gak salah ini? Masa ia, ganti rugi baju dua puluh tujuh juta? ini baju apa perhiasaan sampe mahal gitu, pokoknya gue gak trima" Kata Eca, sambil merebahkan tubuhnya di tempat tidur. 

Saat Adit terbangun dari tempat tidur, ia mendapati kegaduhan yang tidak biasanya.

"Siapa sih? yang berisik di pagi-pagi buta kaya begini, mengganggu Orang tidur saja" Gumam Adit, yang sedikit emosi. Karena, kegaduhan di luar kamar.

Akhirnya, Adit turun dari tempat tidur, dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket untuk dibersihkan.

Sedangkan, disisi ruangan tempat makan, ada Mami Papi Adit dan kedua sahabatnya yaitu Gara dan Aji. Bukan cuman mereka doang, Xiao jin sekretaris direktur Adit juga ada di situ. Karena, sedang menyediakan makanan dan kejutan untuk merayakan pembangunan yang hampir selesai.

"Akhirnya selesai juga ya Pi? " Kata Gina Maminya Adit, sembari mengusap tangannya yang sedikit kotor. Karena, baru selesai masak dengan senyum senang tanda bahagia.

"Ia Mi, akhirnya selesai juga, tidak sabar?" Sahut Pak Rangga Papi Adit, sembari ikut-ikutan senang tanda bahagia, dan sudah tidak sabar bagaimana reaksi anaknya saat dibuatkan kejutan mendadak.

Saat itu, Aji celingak-cenglinguk kiri kanan untuk menunggu Adit turun tetapi, tidak ada tanda-tanda Adit turun "Oh ia Om pikir-pikir Adit kok belum turun? masa jam tujuh belum bangun-bangun?" Celetuk Aji, dengan ekspresi muka yang kebingungan dan ia menoleh ke arah tangga yang di mana terdapat ruang kamar tidur Adit.

"Biasalah Ji, dia kan keturunan anak kebo, jadi tidak usah heran dan pusing, tunggu saja paling dia bentar lagi nongol " Jawab Gara, yang di mana Mami Gina, Pak Rangga, Aji, dan Xiao jin sekretaris direktur Adit menoleh ke arah Gara karena, perkataan dia.

Saat semua mata tertuju pada Gara, Gara merasa ada mata yang menatapnya, dan ia heran karena semua orang menatapnya " Loh kok pada lihat in Gara sih? memang ada yang salah dari muka Gara? " Gumam Gara, sambil menoleh satu persatu ke semua arah, yang menatapnya sambil menyenggol lengan Aji untuk meminta jawaban.

"Ji semua orang pada lihat in Gue memang Gue kenapa?" Bisik Gara, dengan ekspresi bingung.

"Ya omongan elu tadi, kalau ngomong tidak di asah dulu Lo kan tahu? ada papi sama maminya Adit" Sahut Aji, berbisik ditelinga Gara dengan suara sedikit lebih lirih.

Seketika Gara ingat, dengan perkataan dia "Bodohnya Gue, kenapa Gue tidak ke pikiran ada papi sama maminya Adit sih bodoh-bodoh" Dalam hati Gara, sambil menepuk jidat.

"Eh ia, hehehe maaf tante om, tadi Gara cuman bercanda hehehe serius" Ucap Gara, dengan ekspresi malu dan salah.

"Hem ia tidak apa-apa Gar, untung kamu sudah tante anggap anak tante, kalau bukan sudah tante gantung di atas pohon" Jawab mama Gina, dengan nafas kasar ditambah senyum melebar, dan di ikuti kepala geleng-geleng pelan tanda memaklumi teman Adit.

"Iya sudah sana mandi dulu dan ganti pakaiannya karena, pasti belum pada mandikan" Tanya Pak Rangga, Papi Adit dengan senyum tipisnya.

"Hm baiklah Om Tante, Gara dan Aji ke kamar dulu ya, mau ganti pakaian dan juga mandi" Jawab Aji, dengan senyuman dan balik menuju kamar untuk mandi.

Dan lagi-lagi, Eca tidak terima karna, isi dalam berkas terdapat poin-poin yang tidak masuk akal 

"Ini lagi, masa aku jadiin pembantu dia, kalau gak bisa bayar hutangnya, pokoknya aku gak terima emang dia siapa?, kenal engga" Kata Eca lagi.

Alhasil, Eca mendatangi rumah pemuda itu untuk protes dan tidak mau tanda tangan sebab, poin-poinya tidak masuk akal "ohh ini rumah si gila itu yah, ternyata orang kaya, pates aja harga barangnya mehong" Gumam Eca.

"Permisi nona, anda sedang mencari siapa yah?" Kata Satpam yang ada digerbang rumahnya.

"Ohh ini pak, saya sedang mencari tuan rumah yang ada disini, apakah dia ada?" Sahut Eca sambil tersenyum lebar.

"Maksud nona, direktur Ceo Aditia Pramuja?" Kata satpam itu.

"Hehehe, aku gak tau namanya pak yang penting Tuan pemilik rumah ini?" Sahut Eca sambil garuk-garuk. Karena, merasa malu tidak mengetahui nama pemuda itu.

Saat itu, Satpam masuk kedalam rumah Adit untuk melapor. Disisi lain, Adit sedang ada rapat di ruang pribadinya, untuk membahas pembangunan proyek tersebut.

Tok tok tok.

"Masuk!" Kata Adit.

"Maaf Tuan, ada yang sedang mencari tuan di depan" Sahut Satpam sambil gemeteran karena, tidak tahu sedang ada rapat di ruangannya.

"Siapa?" Kata Adit, dengan wajah yang tidak senang di ganggu saat sedang ada rapat yang sangat penting.

"I i i itu Tuan, ada seorang perempuan yang sedang mencari Tuan, dia sedang menunggu tuan di depan. Katanya dia mau protes" Dengan nada lirih dan ketakutan.

"Hah ternyata datang juga dia" Gumam Adit, disambut dengan senyuman yang licik dan matanya yang sedikit tajam.

"Baiklahh, rapat kita kali ini sampai disini saja" Kata Adit.

Semua orang-orang yang ada disitu mulai membubarkan diri, dan pergi tanpa terkecuali Adit, dan sekertaris Xiao jin "Satpam, tolong bawa wanita itu kesini" Kata Adit.

"Baik Tuan" Saat itu Satpam langsung menyuruh wanita itu ke ruangan pribadinya, untuk mendiskusikan masalah kemaren.

Dan saat mau menuju keruangan pribadi pemuda itu, Eca terkejut karena, isi rumah tersebut sangat luas dan banyak barang-barang mehong lainya 

"Pantesan harga baju itu mehong ternyata dia sultan" Gumam Eca, sambil geleng-geleng kepala karena, tidak percaya bahwa ia akan ber urusan dengan seorang sultan yang sedikit menjengkelkan.

"Nona, kita sudah sampai, silahkan nona masuk di situ Tuan sudah menunggu" Kata Satpam tersebut.

Tok tok tok permisi.

"Masuk!" Cetus Adit, sambil duduk dan memainkan ponselnya yang mewah itu.

Saat itu, Eca duduk didampingi oleh sekertaris Adit, dan sambil menerima berkas yang kemaren sempat di Eca. Saat itu, Eca langsung mulai protes tanpa aba-aba dari Adit, dan seisi ruangan itu penuh dengan suara Eca yang sedang marah-marah karena, poin-poin yang tidak masuk akal.

Saat sedang protes, tangan Adit langsung menggeprak meja dengan suara yang keras. 

Sontak, seisi ruangan kaget dan ketakutan ditambah Eca langsung diam tak berkutik. Karena, baru pertama kali melihat pemuda itu marah dan mengerikan.

"DIAM! SUDAH NYEROCOSNYA!" Cetus Adit.

Sontak sekertaris Xiao jin langsung menenangkan Adit "Tuan, sabar Tuan, ikuti alurnya saja Tuan" Bisik Xiao jin kepada Adit.

Lantas Adit langsung menghembuskan nafas kasar, dan menenangkan suasanya yang sedikit panas itu "Baiklahh, poin apa yang kamu tidak setuju?" Kata Adit, sambil berbicara pelan-pelan dan menatap Eca dengan tatapan sinis.

"Aku tidak mau menjadi pembantu kamu karena, aku sudah bekerja, terus aku akan membayar ganti rugi itu. Tapi, tolong kasih waktu satu bulan untuk menggantikanya" Jawab Eca, dengan nada ketakutan dan menunduk.

"Baiklahh, aku akan beri kamu satu bulan untuk melunasinya. Tapi, kalau satu bulan tidak melunasinya kamu tau akibatnya" Kata Adit.

"B-baiklah Tuan" Dengan nada gemetar dan ketakutan.

Dan negoisasi pun selesai, Eca langsung pulang kerumah dengan keadaan takut dan parno. Karena, baru pertama kali menemui Laki-laki yang paranoid.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dewi Purnamasari
Ada Rangga juga di sini. Bagus ceritanya, lanjutkan kak.
goodnovel comment avatar
Fuadatul Khoiriyah
Bagus kak suka sama ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status