Sesampainya di rumah Eca, Dewi, Caca langsung masuk ke rumah Eca, dan di dalam sudah disambut oleh Bunda Wanda dengan senyuman khasnya.
"Bunda!" Sahut Eca dengan ekspresi kaget.
"Kalian sudah pulang? Kenapa malam banget" Jawab Wanda dengan pertanyaan khawatir.
"Eh iya Tante, soalnya pas Kita mau pulang, kendaraannya tidak jumpa-jumpa" Ucap Dewi alasan.
"Oh ya sudah, pasti kalian lapar yuk makan, Tante sudah siapkan makanan buat kalian loh" Kata Wanda, sambil dorong mereka bertiga, menuju meja makan. Di sana di meja makan, terdapat makanan-makanan yang sangat penuh, serta enak-enak. Uh Author kalau membayangkan pasti ngiler dong hehe. Kalian bagaimana, sama tidak kek Author?
"Wow, kok banyak banget makanannya Tan?" Kata Caca, dengan ekspresi takjub, serta menutup mulutnya karena tidak menyangka makanannya akan sebanyak itu.
"Ia Tante sengaja, masak ini buat kalian semua, buat merayakan Eca yang sudah tunangan" Jawabnya sambil melirik ke
Setelah selesai makan Gara dan Aji, langsung menuju ke kamar Adit, untuk membujuk Adit supaya keluar kamar. "Adit sayang, cintanya Abang ganteng" Ucap Gara, yang suaranya dibuat-buat seperti seorang perempuan. "Najis Lo" Jawab Adit dari dalam kamar. Pagi itu di apartemen Jons, Olivia segera bangun dan segera membersihkan diri, akibat ulah Jons semalam. "Jons bangun" Ucapnya sambil menggoyang-goyangkan, tubuh Jons yang masih tertidur. "Apa sih, jangan ganggu Gue tidur" Katanya, sambil masih memejamkan matanya. "Gue mau ngomong sama Lo" Ucap Olivia, sambil masih menarik-narik tubuh Jons, dengan ekspresi cemberut. "Apa sih Sayang" Akhirnya Jons pun mengalah dan bangkit, lalu duduk di belakang Olivia, sambil memeluk tubuh Olivia dari belakang. "Gue ingin pindah apartemen" Rengeknya. "Pindah ke mana?" Sahut Jons, sambil menghujani ciuman di seluruh muka Olivia. "Pindah ke kampung, tepat di area sekitar rumah
Di ruang kerja pribadi atau juga tempat khusus Tuan direktur Adit beristirahat, Adit dan Pak Rangga sedang mengobrol soal masalah perusahaan miliknya, Mereka sedang melakukan strategi. Siapa dalang dibalik semua ini? Perusahaan siapa yang sudah berani memata-matai perusahaan Prajana? Sungguh Orang itu hebat sekali, dan tidak takut dengan akibatnya berurusan dengan perusahaan Prajana. Saat keduanya sedang berbincang-bincang serius, sekretaris Xiao jin datang dengan membawa berkas-berkas tersebut. Diberkas itu ada semua bukti kebenaran. Tok tok tok!! "Masuk!" Sahut Adit. "Permisi Pak Direktur dan Tuan Direktur, ini berkas yang Tuan minta sudah lengkap" Sambil menunduk, Xiao Jin menyerahkan berkas itu kepada Adit. Adit langsung menerimanya dan juga membacanya, dengan teliti Adit membacanya cukup seksama. Betapa terkejutnya, Adit menemukan siapa dalang dibalik kekacauan itu dan ternyata adalah perusahaan Orlando. Di benak pikiran Adit, masih b
Saat menuju lift, Aji langsung teringat apa tujuannya Dia datang kesini, Dia pun langsung tidak jadi memencet tombol lift dan berbalik ke arah ruangan Adit. "Eh Ji, Lo mau ke mana!" Teriak Gara. Aji menoleh sebentar ke arah Gara, tetapi Aji tidak menyahutnya dan dia tetap langsung melajukan langka kakinya menuju tempat Adit, dan pergi begitu saja tanpa menghiraukan Gara. "Dasar budek" Jawab Gara, lagi sambil mengejar Aji. Tetapi Aji, tidak menghiraukan ocehan Gara yang mirip kereta api tanpa berhenti. Sebab kalau dia menjawab urusannya akan panjang. Di situ, keduanya berpapasan dengan Olivia, tatapan sengit ketiganya beradu pandang. Tapi, Olivia mengabaikan itu, ia langsung berjalan dengan santainya menuju lift. Sebenarnya, Aji dan Gara dari dulu memang tidak suka kalau Adit pacaran dengan Olivia. Karena, Orangnya yang sok kecantikan, judes dan sombong itu. Makanya, ketiganya pun kalau tidak sengaja bertemu selalu ribut bagaikan musuh
Tin! Tin! Tin!!!. Suara klakson mobil berbunyi di depan rumah Prajana, lalu gerbang di buka oleh satpam. Adit, langsung masuk ke rumah di sambut oleh Mami dan Papi, yang sedang makan. "Eh Dit, sini Papi mau bicara sama kamu" Panggil Rangga. Seketika Adit yang ingin menaiki tangga, berbelok ke arah ruang makan lalu duduk. "Kenapa Pi?" Tanya Adit. "Tadi, saat Papi ke rumah Om Orlando, Dia tidak ada. Katanya, seluruh Keluarganya sudah pindah ke belanda" Ucap Rangga. "Terus Papi tidak menemukan bukti apa-apa?" Tanya Adit. "Iya" Mengangguk. "Hmm, baik serahkan semuanya pada Adit Pi" Kata Adit tegas. Lantas Adit langsung berbalik ke arah kamar, karena ia lelah, ingin rasanya istirahat, pikirannya kacau karena Olivia. ****** Keesokan hari, semua Keluarga Prajana sudah pada rapih dan siap untuk ke rumah calon mempelai. Seserahan dan barang-barang lain sudah di masukkan ke dalam mobil semu
Saat di kamar, Eca gugup dengan dirinya sebab dia akan tidur tidak sendiri lagi. Ia sekarang di temani Seorang Laki-laki siapa lagi kalau bukan suami sahnya, padahal Eca sudah bersumpah, tidak akan bertemu dengannya lagi. Saat Adit membentak Eca tahun yang lalu, sungguh keajaiban yang tak terduga, dari pertemuan benci, jadi jodoh dan sekarang dia malah menjadi suami sahnya. Memang dunia ini sangat misteri, tidak bisa di prediksi oleh diri sendiri. "Lo mau ke mana?" Tanya Adit, yang melihat Eca berdiri, dari kegugupannya. "Mandilah, habis itu makan, Gue lapar!" Jawab Eca ngegas. "Ikut!" Adit langsung mengekori Eca, yang mau ke kamar mandi. Eca yang seketika mengetahui Adit mengikutinya, seketika Dia langsung berhenti dan berbalik badan. "Kenapa? Lo ikut Gue mandi!" Tanya Eca melotot. "Mandilah, masa berkebun?" Adit pun langsung masuk dulu an, tanpa seizin Eca. Eca yang tidak menyangka kalau Adit akan secepat itu.
Pagi pun tiba, Eca langsung bangun untuk mandi, sesudah mandi Dia langsung memakai pakaiannya. Saat Dia sudah rapi, dan mau membangunkan Adit, Hp Adit bergetar, ada notifikasi masuk. OliviaSayang, kenapa sekarang jarang kasih kabar? Tulisan pesan masuk itu, dari Olivia. Dan saat Eca membacanya, hati Eca langsung terasa sakit. "Apakah Adit sudah punya kekasih?" Gumam Eca bertanya. "Kalau sudah, kenapa Dia tidak cerita sama Gue?" Gumamnya lagi. Air mata lolos membasahi pipi Eca, serta Eca mematung. Seluruh pikiran kacau, karena Adit tidak pernah, bercerita soal Wanita lain. Adit yang mendengar suara tangisan, seketika membuka mata, dan benar tangisan itu adalah Eca. Adit langsung bangun dan bertanya-tanya, kenapa Dia menangis? Entahlah, Adit bingung. Dan Adit langsung menghampiri Eca sambil memeluk dari belakang. Saat mengetahui, ada yang memeluknya dari belakang, Eca langsung menghapus air mata. Yang ada di pipi secepatnya.
Sesampainya di Moll Mereka turun dari mobil, tetapi tidak masuk dahulu. karena, masih menunggu Adit datang. Katanya Adit sebentar lagi akan sampai di lokasi. Mereka berempat duduk di depan pintu Moll, beda dengan Gara yang dari tadi mondar-mandir tidak karuan, serta mulutnya yang sedang komat-kamit seperti orang yang sedang menghafal teks ujian.Eca yang tahu Gara tidak duduk, langsung bingung dengan sikap teman Adit yang satu ini. Lantas Eca langsung menghampiri Gara dan menepuk bahunya. Gara lantas kaget, lalu menoleh ke samping, mata Gara mengarah ke Eca yang sedang menatapnya bingung."Ada apa?" Ucap Gara bingung."Lo, kenapa mondar-mandir?" Tanya Eca."Gue lagi bingung.""Kenapa."Saat Gara hendak menjawab, klakson mobil berbunyi, menghentikan aktivitas Gara yang mau menjawab pertanyaan Eca. Mereka yang sedang duduk pun juga langsung berdiri, saat Adit s
Drama yang di tonton bareng Teman-temannya telah selesai, lampu-lampu di dalam gedung bioskop satu persatu menyala, menandakan film telah selesai. Mereka berlima langsung keluar untuk ke bawah mencari tempat makan. Saat semuanya telah berkumpul Aji sadar, bahwa Adit tidak bersama Mereka, lantas Aji menanyakan ke Eca kalau Adit ada di mana? Ya, Eca langsung menjawab bahwa Adit ada urusan mendadak. Jadi, Dia pulang dulu an seketika di pikiran Teman-temannya Adit. Langsung tahu apa yang lagi di lakukan Temannya itu. Siapa lagi kalau bukan urusan tentang perusahaan, serta bunuh membunuh. Aji dan Gara tahu tentang sifat Adit yang asli, Orang Mereka Sahabat dari kecil. Jadi sudah terbiasa dengan sifat Adit. Di balik sifat pendiam kaya kutub selatan-utara tapi di situlah ada rahasia terbesar yaitu sifat kejamnya. "Kita jadi makan?" Tanya Caca, karena dari tadi perut Caca tak tertahankan. Saking laparnya Cacing-cacing di perutnya pun demo. "Jadi, Ayok kasihan