Di tengah perjalanan, keluarga Prajana menuju ke rumah calon perempuan. Tetapi, di saat perjalanan Gara dan Aji masih saja membicarakan sahabatnya, yaitu Adit. Di situlah, Aji dan Gara sedang menyanyikan lagu untuk menyindir sahabatnya. Aji yang memainkan gitar, sedangkan Gara yang menjadi vokalisnya mereka berdua.
"Pertemuan yang kuimpikan
Kini jadi kenyataanPertemuan yang kudambakanTernyata bukan khayalanSakit karena perpisahan
Kini telah terobati Kebahagiaan yang hilangKini kembali lagiPertemuan yang kuimpikan
Kini jadi kenyataanPertemuan yang kudambakanTernyata bukan khayalanRindu yang selama ini menggunung
Mencair diterpa cinta dalamSendandungCinta yang selama ini masih
TerpendamTercurah sudah penuh denganKemesraanTak ingin lagi terpisah
Cukup sekali terpisahTak ingin lagi meranaCukup sekali meranaNa a a a a a...." Ucap Gara yang sedang menyanyikan lagu Pertemuan diiringi musik gitar dari Aji.
Sontak Rangga dan Gina juga ikutan bernyanyi untuk menghibur dan meledek anaknya.
"Mi!, Pi! Apa-apaan sih? Kenapa kalian juga ikut-ikutan gila kaya mereka-mereka" Ucapnya kesal.
"Weh, siapa yang kamu sebut gila" Jawabnya tak terima dengan serempak.
"Siapa lagi, kalau bukan loh kalian berdua!" Jawab Adit dengan cepat. Sambil menengok kedua sahabatnya.
"Loh menyindir kita?" Ucap Gara, sambil menunjuk dirinya sendiri dan menunjuk Aji.
"Tidak Gue menyindir Monster."
"Memang di sini ada Monster? Mana? Jangan bohong loh, kata Mama Gara, kalau bohong loh masuk neraka" Jawab Gara dengan sok bijak.
Saat itu pun, Aji menjitak kepala Gara yang oon nya minta ampun.
"Aw sakit bangsat" Ucapnya dengan tak terima.
"Makanya, kalau punya otak di pakai! jangan di simpan! bego banget Gue punya sahabat" Jawab Aji, sambil matanya mengarah ke Gara.
"Kalian semua bego!" Sahut Adit, dengan suara tinggi.
"Mi, Pi kalian dapat anak ini dari mana sih?" Lanjutnya.
"Dari matamu, matamu
Kumulai jatuh cintaKumelihat, melihatAda bayangnyaDari mata
Kau buatku jatuhJatuh terus, jatuh ke hati" Kompak berdua, menyahut ucapan Adit sambil bernyanyi."Stres" Jawabnya marah.
Di rumah Eca.
"Kok belum datang?" Gumam perempuan itu, sambil menunggu di depan pintu rumahnya.
"Nak kamu sedang apa?."
"Menunggu pria yang mau di jodohkan sama Eca Bun"
"Mungkin sebentar lagi" Kata wanda.
*****
Setelah semuanya sudah datang, dan berkumpul di rumah calon wanita, di sana tampaklah ramai, banyak sekali tamu-tamu yang berdatangan.
"Eca sayang ayo, cepatan keluarga laki-laki sudah datang!" Teriak Mamanya, yang sedang memanggil anaknya dari bawah tangga.
"Gaes Gue deg-degan tahu" Ucap Eca, sembari tangannya menyentuh dadanya yang sedang senam.
"Ayo cepatan, simpan gerogi kau, kasian tahu calon tunanganmu" Jawab Caca dan Dewi.
"Oke, bismillah, semoga ganteng" Gumam Eca.
Eca pun langsung menuruni tangga, dan didampingi oleh kedua sahabatnya. Setelah itu, Eca langsung berdiri di samping Adit, tanpa menoleh wajah Adit sedikit pun, karna grogi dan Adit pun sama.
"Ayo nak, sekarang pakaikan cincin kamu, ke jari manis wanitamu" Ucap mami Adit, sambil tersenyum.
Setelah itu, keduanya langsung berhadapan dan seketika deg!.
"Kamu!" Ucap kedua serempak. Dengan nada kaget.
"L-l-loh? Kenapa elo?" Kata Eca sambil terbata-bata.
"Loh? Kalian sudah saling kenal toh? Ah syukur" Jawab Gina.
"Iya mi" sahut Adit, dengan muka memelas.
"Eh ayo pasang cincinnya!" Suara papi Rangga, membuat Adit langsung kaget dari melamunnya.
******
Setelah itu, acara tunangan sudah selesai. Adit masih memikirkan tentang wanita itu.
"Kenapa bisa dia sih?" Gumam Adit, dalam hatinya.
Seketika telepon Adit berbunyi, tanda ada notifikasi masuk.
Drttttt!!!!!!
Olivia
Hai sayangSontak, wajah Adit sedikit kaget. Bagaimana caranya, agar Olivia tidak tahu, kalau Adit sudah punya tunangan?.
Olivia
Sayang! Kok tidak Di balas sih!Notifikasi dari Olivia masuk lagi.
Adit
Ia sayang, ada apa?Olivia
Aku kira kamu lagi SibukAdit
Enggak!Olivia
Eh Sayang, tebak dong Gue sedang lagi di mana?Adit
Mana Gue tahuOlivia
Ih tebak dong apa gituAdit
Sedang di pemotretanOlivia
Bukan, Gue sedang lagi di bandaraAdit
Hah!Olivia
Kok hah? Harusnya senang dongAdit
Sedang apa kamu di bandara?Olivia
pulang ke Indonesialah masa jadi PramugariAdit
Pulang kapan?Olivia
Sekarang!Seketika, Adit tak membalas pesan dari Olivia. Dia masih bingung.
"Kalau Olivia sampai tahu, Gue harus jawab apa yah?" Kata Adit, dengan nada kebingungan.
Drttttt!!!!
Suara getar hp Adit berbunyi nyaring, membuat Adit terbangun di pagi hari "Siapa sih yang telefon di jam segini" gumamnya.
"Halo!" Ucap Adit.
"Ih sayang, kenapa sih lama angkatnya" Jawab Olivia.
Seketika, Adit langsung kaget dan bangun. Langsung duduk di tepi ranjangnya.
"Kenapa telefon pagi-pagi?" Ucapnya, dengan nada masih mengantuk.
"Ih kamu tidak tahu, kalau aku sudah sampai, di Jakarta?" Jawab Olivia, yang semakin kesal dengan jawaban Adit yang terlalu tidak peka.
"Hah, serius!" Kaget.
"Iya! Cepat jemput Gue, Gue capek tahu berdiri di sini terus!" Sahutnya dengan manja.
"Oke! Gue ke san."
Adit pun, langsung bersiap-siap untuk menjemput Olivia dari bandara. Dia langsung bergegas mencuci muka dan mengenakan jaket berwarna hitam, lalu turun ke bawah dengan terburu-buru.
"Loh, Anak Mami mau ke mana? Buru-buru amat?" Kata Wanita itu, dari arah dapur.
"Mau jemput teman Mi" Sahutnya, dengan berbohong.
"Tidak mau sarapan dulu?."
"Tidak Mi, entar keburu telat."
"Ya sudah hati-hati."
"Adit pamit dulu ya Mi" Ucap Adit sembari mencium tangan Gina, seketika Adit pun langsung masuk ke dalam mobilnya, dan bergegas melaju ke bandara.
*******
Sesampainya di bandara, Adit mencari keberadaan Olivia. Dia berjalan menyelusuri pintu masuk keluar bandara. Seketika, ada suara yang memanggil namanya.
"Adit sayang!" Kata Olivia sambil melambai-lambai tangannya ke arah Adit, dan diikuti senyum gembiranya.
"Maaf tadi Gue telat" Ucapnya, dengan nada lembut dan menarik Olivia ke dekapannya dengan erat. Sambil mencium puncak dahi Olivia.
"Sayang Gue lapar" Rengek Olivia sambil bibir ditekuk.
"Oh, ya sudah Kita makan yuk" Balasnya.
"Mau makan di mana."
"Cafe dekat sini" Sambil melihat jam yang ada di tangannya.
"Oke lah."
********
Di sisi lain, Eca dan Gengnya sedang ada di Cafe tersebut. Sambil menikmati Caffe latte, Eca tak menyadari bahwa Adit juga ada di situ, tetapi beda dengan Adit, yang dari tadi sudah menyadari kehadiran Eca di situ.
"Eh yang, kita ke tempat lain yuk" Ajaknya.
"Lah memang kenapa? Tidak keburu sayang, Gue itu sudah lapar banget" Tolak Olivia, sambil merengek tidak mau pergi dari Cafe tersebut.
"Hm oke" Jawab Adit dengan ekspresi mengalah.
Sementara itu, Caca tidak sengaja melihat Adit sedang makan dengan Perempuan lain, dengan sigap Caca langsung menyenggol bahu Dewi.
"Apaan sih Caca, Gue lagi makan juga" Dengan nada kesal, Dewi menghindari tubuhnya kepojok agar jauh-jauh dari Caca.
"Loh, kenapa jauh-jauh? Sini cepatan" Bisik Caca dengan mata melotot sambil melambaikan tangannya.
"Why?" Sahutnya dengan ekspresi bingung.
Dan Caca pun, langsung memegang kedua pipi Dewi dan menariknya ke depan. Pas persis ke arah Adit, Dewi pun sontak kaget karena, melihat tunangan Eca sedang memegang tangan Cewek lain, sambil mencium tangan Olivia.
"Itu benaran?" Ucap Dewi, sambil melirik kearah Caca.
Caca pun mengangguk dengan cepat.
"Ca pacar loh sekarang sedang apa?" Selidik Dewi.
"Mana Gue tahu" Jawab Eca, sambil menikmati Cafe Lattenya.
"Loh tidak kontekan sama dia?" Selidiknya lagi.
"Gue tidak punya nomor W******p dia" Jawabnya dengan nada datar.
"Kenapa memangnya, loh menanyakan hal tentang dia?" Lanjutnya.
"Noh!" Seketika Dewi dan Caca serempak jarinya menunjuk ke arah Adit, yang sedang menyuapi Olivia dengan kasih sayang.
Degggg!!!!!
Hati Eca langsung sakit, dan badan Eca langsung panas. Hawanya ingin melabrak Adit dan Cewek itu. Tapi, langsung tersadar "kenapa Gue cemburu? Memang dia siapa? Gue juga tunangan sama dia karena perjodohan, lagian juga baru saling kenal" gumam Eca dalam pikiran dan hatinya.
"Ya sudah sih biarkan saja" Ucap Eca dengan muka datar lagi.
"Why?" Sahut Dewi dan Caca serempak.
"Loh serius tidak cemburu? Dia tunanganmu loh" Ditambah ucapan Dewi.
"Iya loh serius tidak cemburu? Kalau Gue liat tunangannya sedang bermesraan sama cewek lain, malah inginnya emosi" Lanjut omongan Caca.
"Sudah yuk pulang, Gue sudah dicari sama bunda Gue" Jawab Eca dengan alasan.
"Entah lah, hati ini terasa sangat sakit, saat kau bersama wanita lain" Saat di jalan pulang, Eca tak sengaja bertemu dengan Jons, saat di tengah perjalanan. "Eca!" Ucap Jons. "Eh Jons" Jawab Eca, disambut dengan senyuman terpaksa. Sesampainya di rumah Eca, Dewi, Caca langsung masuk ke rumah Eca, dan di dalam sudah disambut oleh Bunda Wanda dengan senyuman khasnya. "Bunda!" Sahut Eca dengan ekspresi kaget. "Kalian sudah pulang? Kenapa malam banget" Jawab Wanda dengan pertanyaan khawatir. "Eh iya Tante, soalnya pas Kita mau pulang, kendaraannya tidak jumpa-jumpa" Ucap Dewi alasan. "Oh ya sudah, pasti kalian lapar yuk makan, Tante sudah siapkan makanan buat kalian loh" Kata Wanda, sambil dorong mereka bertiga, menuju meja makan. Di sana di meja makan, terdapat makanan-makanan yang sangat penuh, serta enak-enak. Uh Author kalau membayangkan pasti ngiler dong hehe. Kalian bagaimana, sama tidak kek Author? "Wow, kok
Sesampainya di rumah Eca, Dewi, Caca langsung masuk ke rumah Eca, dan di dalam sudah disambut oleh Bunda Wanda dengan senyuman khasnya. "Bunda!" Sahut Eca dengan ekspresi kaget. "Kalian sudah pulang? Kenapa malam banget" Jawab Wanda dengan pertanyaan khawatir. "Eh iya Tante, soalnya pas Kita mau pulang, kendaraannya tidak jumpa-jumpa" Ucap Dewi alasan. "Oh ya sudah, pasti kalian lapar yuk makan, Tante sudah siapkan makanan buat kalian loh" Kata Wanda, sambil dorong mereka bertiga, menuju meja makan. Di sana di meja makan, terdapat makanan-makanan yang sangat penuh, serta enak-enak. Uh Author kalau membayangkan pasti ngiler dong hehe. Kalian bagaimana, sama tidak kek Author? "Wow, kok banyak banget makanannya Tan?" Kata Caca, dengan ekspresi takjub, serta menutup mulutnya karena tidak menyangka makanannya akan sebanyak itu. "Ia Tante sengaja, masak ini buat kalian semua, buat merayakan Eca yang sudah tunangan" Jawabnya sambil melirik ke
Setelah selesai makan Gara dan Aji, langsung menuju ke kamar Adit, untuk membujuk Adit supaya keluar kamar. "Adit sayang, cintanya Abang ganteng" Ucap Gara, yang suaranya dibuat-buat seperti seorang perempuan. "Najis Lo" Jawab Adit dari dalam kamar. Pagi itu di apartemen Jons, Olivia segera bangun dan segera membersihkan diri, akibat ulah Jons semalam. "Jons bangun" Ucapnya sambil menggoyang-goyangkan, tubuh Jons yang masih tertidur. "Apa sih, jangan ganggu Gue tidur" Katanya, sambil masih memejamkan matanya. "Gue mau ngomong sama Lo" Ucap Olivia, sambil masih menarik-narik tubuh Jons, dengan ekspresi cemberut. "Apa sih Sayang" Akhirnya Jons pun mengalah dan bangkit, lalu duduk di belakang Olivia, sambil memeluk tubuh Olivia dari belakang. "Gue ingin pindah apartemen" Rengeknya. "Pindah ke mana?" Sahut Jons, sambil menghujani ciuman di seluruh muka Olivia. "Pindah ke kampung, tepat di area sekitar rumah
Di ruang kerja pribadi atau juga tempat khusus Tuan direktur Adit beristirahat, Adit dan Pak Rangga sedang mengobrol soal masalah perusahaan miliknya, Mereka sedang melakukan strategi. Siapa dalang dibalik semua ini? Perusahaan siapa yang sudah berani memata-matai perusahaan Prajana? Sungguh Orang itu hebat sekali, dan tidak takut dengan akibatnya berurusan dengan perusahaan Prajana. Saat keduanya sedang berbincang-bincang serius, sekretaris Xiao jin datang dengan membawa berkas-berkas tersebut. Diberkas itu ada semua bukti kebenaran. Tok tok tok!! "Masuk!" Sahut Adit. "Permisi Pak Direktur dan Tuan Direktur, ini berkas yang Tuan minta sudah lengkap" Sambil menunduk, Xiao Jin menyerahkan berkas itu kepada Adit. Adit langsung menerimanya dan juga membacanya, dengan teliti Adit membacanya cukup seksama. Betapa terkejutnya, Adit menemukan siapa dalang dibalik kekacauan itu dan ternyata adalah perusahaan Orlando. Di benak pikiran Adit, masih b
Saat menuju lift, Aji langsung teringat apa tujuannya Dia datang kesini, Dia pun langsung tidak jadi memencet tombol lift dan berbalik ke arah ruangan Adit. "Eh Ji, Lo mau ke mana!" Teriak Gara. Aji menoleh sebentar ke arah Gara, tetapi Aji tidak menyahutnya dan dia tetap langsung melajukan langka kakinya menuju tempat Adit, dan pergi begitu saja tanpa menghiraukan Gara. "Dasar budek" Jawab Gara, lagi sambil mengejar Aji. Tetapi Aji, tidak menghiraukan ocehan Gara yang mirip kereta api tanpa berhenti. Sebab kalau dia menjawab urusannya akan panjang. Di situ, keduanya berpapasan dengan Olivia, tatapan sengit ketiganya beradu pandang. Tapi, Olivia mengabaikan itu, ia langsung berjalan dengan santainya menuju lift. Sebenarnya, Aji dan Gara dari dulu memang tidak suka kalau Adit pacaran dengan Olivia. Karena, Orangnya yang sok kecantikan, judes dan sombong itu. Makanya, ketiganya pun kalau tidak sengaja bertemu selalu ribut bagaikan musuh
Tin! Tin! Tin!!!. Suara klakson mobil berbunyi di depan rumah Prajana, lalu gerbang di buka oleh satpam. Adit, langsung masuk ke rumah di sambut oleh Mami dan Papi, yang sedang makan. "Eh Dit, sini Papi mau bicara sama kamu" Panggil Rangga. Seketika Adit yang ingin menaiki tangga, berbelok ke arah ruang makan lalu duduk. "Kenapa Pi?" Tanya Adit. "Tadi, saat Papi ke rumah Om Orlando, Dia tidak ada. Katanya, seluruh Keluarganya sudah pindah ke belanda" Ucap Rangga. "Terus Papi tidak menemukan bukti apa-apa?" Tanya Adit. "Iya" Mengangguk. "Hmm, baik serahkan semuanya pada Adit Pi" Kata Adit tegas. Lantas Adit langsung berbalik ke arah kamar, karena ia lelah, ingin rasanya istirahat, pikirannya kacau karena Olivia. ****** Keesokan hari, semua Keluarga Prajana sudah pada rapih dan siap untuk ke rumah calon mempelai. Seserahan dan barang-barang lain sudah di masukkan ke dalam mobil semu
Saat di kamar, Eca gugup dengan dirinya sebab dia akan tidur tidak sendiri lagi. Ia sekarang di temani Seorang Laki-laki siapa lagi kalau bukan suami sahnya, padahal Eca sudah bersumpah, tidak akan bertemu dengannya lagi. Saat Adit membentak Eca tahun yang lalu, sungguh keajaiban yang tak terduga, dari pertemuan benci, jadi jodoh dan sekarang dia malah menjadi suami sahnya. Memang dunia ini sangat misteri, tidak bisa di prediksi oleh diri sendiri. "Lo mau ke mana?" Tanya Adit, yang melihat Eca berdiri, dari kegugupannya. "Mandilah, habis itu makan, Gue lapar!" Jawab Eca ngegas. "Ikut!" Adit langsung mengekori Eca, yang mau ke kamar mandi. Eca yang seketika mengetahui Adit mengikutinya, seketika Dia langsung berhenti dan berbalik badan. "Kenapa? Lo ikut Gue mandi!" Tanya Eca melotot. "Mandilah, masa berkebun?" Adit pun langsung masuk dulu an, tanpa seizin Eca. Eca yang tidak menyangka kalau Adit akan secepat itu.
Pagi pun tiba, Eca langsung bangun untuk mandi, sesudah mandi Dia langsung memakai pakaiannya. Saat Dia sudah rapi, dan mau membangunkan Adit, Hp Adit bergetar, ada notifikasi masuk. OliviaSayang, kenapa sekarang jarang kasih kabar? Tulisan pesan masuk itu, dari Olivia. Dan saat Eca membacanya, hati Eca langsung terasa sakit. "Apakah Adit sudah punya kekasih?" Gumam Eca bertanya. "Kalau sudah, kenapa Dia tidak cerita sama Gue?" Gumamnya lagi. Air mata lolos membasahi pipi Eca, serta Eca mematung. Seluruh pikiran kacau, karena Adit tidak pernah, bercerita soal Wanita lain. Adit yang mendengar suara tangisan, seketika membuka mata, dan benar tangisan itu adalah Eca. Adit langsung bangun dan bertanya-tanya, kenapa Dia menangis? Entahlah, Adit bingung. Dan Adit langsung menghampiri Eca sambil memeluk dari belakang. Saat mengetahui, ada yang memeluknya dari belakang, Eca langsung menghapus air mata. Yang ada di pipi secepatnya.