Share

Bab 145

"Halo, dengan siapa ini?"

"Sa-saya, Paijo Mbak. Itu, sopir barunya Nyonya."

Retno mengerutkan kening. "Nyonya?"

"Anu, itu, maksud saya, Bu Mayang."

"Ya, Pak, saya menantunya. Ada apa?" ucap Retno setelah terdiam beberapa saat.

"Oh, menantunya, bukan anaknya ya. Itu Mbak, Nyonya pingsan. Saya sudah telepon dokter, tapi belum datang. Saya telepon Mbak karena semalam Nyonya sempat minta untuk diteleponkan, tapi tidak jadi. Jika Mbak tidak repot, tolong datang ke rumah Nyonya, ya Mbak."

"Aku sudah di depan Pak Paijo. Bapak tunggu di kamar Mama saja."

Retno menutup telepon masih dengan jantung berdetak cepat.

"Ada apa, Sayang?"

"Mama pingsan, Mas."

Retno dan Aji turun dari mobil mereka yang telah terparkir di halaman rumah Mayang. Aji menggandeng istrinya untuk jalan bersama ke dalam rumah.

Namun, saat berada di depan pintu utama, Aji sempat berhenti. Hal buruk yang pernah terjadi di rumah itu terlintas di kepalanya. Bayangan itu buyar setelah dia mendengar suara Retno yang mengajaknya se
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status