Halo semuanya, terima kasih sudah berkenan baca cerita ini sampai end. author ucapkan banyak-banyak terima kasih. cerita ini masih jauh dari sempurna. jika masih ada yang lupa author ceritakan, tinggalkan di kolom komentar. akan author tinjau nanti. by the way ... sila lihat karya2 author yang lain di IG @storyby_blessed_aj itu IG author ya, karena napen di GN ini karena kesalahan ketik saja. jadi napen dan nama IG jauh berbeda. pada akhirnya, author mau ucapin lagi terima kasih, semoga rezeki kakak sekalian dilancarkan, dan sehat selalu dengan keluarga. dan ... calangheyo! ^^ love love ...
"Kenapa kau mau menikahiku?" tanya Thalia frustrasi pada makhluk yang bertubuh kekar, penuh otot, serta raut kasar dan tidak peduli yang tercetak jelas di wajahnya. Selain jauh dari kesan pria pesolek, pria itu juga terkenal dengan berbagai reputasi buruk. Memang bukan reputasi buruk berkaitan dengan wanita, tetapi reputasi buruk yang berkaitan dengan mematahkan tulang sesama manusia. Dan baru kemarin, ayahnya yang sedang terbaring lemah di rumah sakit meminta Thalia untuk menikah dengan Jose Antonio. “Ada satu pria yang mau memperistrimu, Thalia. Dia … Jose Antonio,” kata ayahnya dengan suara yang lemah. Bukan Thalia saja yang terkejut tetapi juga Camila, kakaknya. Akan tetapi keinginan ayahnya tak terbantahkan. Thalia memang pada akhirnya mengiyakan. Menyanggupinya. Namun, pertanyaan tadi terus bercokol di kepalanya sehingga dia pun memutuskan untuk mencari Jose Antonio hari ini dan menanyakannya secara langsung. Tanpa dia duga, pertanyaannya itu membuat Jose bangun dari dudukn
Saat melihat siapa yang berani mengusiknya di saat dia sedang menangis pilu sendirian, Thalia malah tercekat mendapati tatapan tajam nan dingin milik Jose Antonio Berbardo. “Mau apa kau ke sini?!” hardik Thalia sembari kembali ke arah pandangnya yang semula, menghindari tatapan menelisik lelaki itu. Jose Antonio adalah kakak tiri dari Fernando. Mereka satu ayah, berbeda ibu. Dan usia mereka berselisih cukup jauh. Fernando berusia 25 tahun, tiga tahun di atas Thalia. Itu berarti Jose sudah berusia ... 30 tahun, kurang lebih. “Mau apa kau ikut ke sini? Aku ingin sendiri!” hardik Thalia lagi karena Jose tak kunjung menjawab. Dia sedang menangis, sudah tentu dia ingin sendiri. Tetapi, kenapa makhluk itu mengganggunya? Apa makhluk itu tidak melihat bahwa dia sedang menangis? “Ini tempat umum. Kenapa aku tidak boleh ke sini?” Suara serak makhluk itu, yang juga rendah, bergumam santai sambil bibirnya mengepit sebatang rokok. Sebelah tangannya meraih Zippo dari saku celana kemudian menyal
“Ngomong-ngomong ... ada hubungan apa kau dengan Jose?” tanya kakaknya, Camila, ketika Thalia telah tiba di ruang rawat ayahnya dan mengeluarkan seluruh pasta buatannya. Ayahnya masih tertidur, kata Camila tadi, Pap baru saja selesai minum obat. Bagaikan bunga salju di tengah gurun pasir, pertanyaan Camilla itu begitu mengherankan Thalia. Jose? Thalia berpikir keras. Kenapa lagi-lagi nama itu disangkut pautkan padanya? “Maksudmu ... Jose Antonio, kakak tirinya si peselingkuh itu?” Sejak dia mengetahui perselingkuhan Fernando, Thalia merasa tak sudi menyebut nama itu lagi. Jadilah dia menggantinya dengan sebutan ‘si peselingkuh’. Thalia melihat Camilla mengangguk mengiyakan. Kini Thalia yang mengernyit semakin dalam, semakin heran. “Kenapa dia?” “Dia barusan datang ke sini,” jelas Camilla sambil mengunyah daging ayam yang telah diolah menjadi potongan yang lembut. “Dia datang? Ke sini?” Thalia semakin heran. Ada apa pria itu datang kemari? “Maksudmu menjenguk Pap?” Camilla menga
Ucapan ayahnya bahwa seorang Jose Antonio ingin menikahinya terus bergaung di kepalanya. Hampir semalaman Thalia tidak bisa tidur, meski kedua matanya terpejam. Karena itulah, di pagi hari ini, Thalia bangun cepat agar bisa bersiap dan mencari tahu jawaban dari pertanyaan yang menggedor-gedor benaknya itu. Thalia menunggu makhluk bernama Jose Antonio itu di depan gerbang rumah lelaki itu. Rumah yang besar, megah, dan mewah itu memiliki halaman yang sangat luas. Jarak antara pagar gerbang dan pintu rumahnya sekitar 25 meter. Dan, di bawah terik matahari yang semakin memanas, Thalia menunggu dengan bermondar mandir tak karuan. Sesekali dia mengintip dari celah pagar, adakah tanda-tanda kemunculan Jose. Sudah sepuluh menit berlalu dan Jose Antonio masih belum kelihatan batang hidungnya. Petugas satpam sudah menawarkannya untuk masuk, tapi Thalia tidak mau. Thalia masih menunggu hingga sepuluh menit berikutnya. Akhirnya pintu gerbang terbuk
Thalia memandangi pantulan dirinya di dalam cermin. Dalam balutan gaun pengantin putih dengan kilau0 berlengan panjang, dengan kerah yang mencapai leher, dia merasa tak percaya bahwa dirinya bisa terlihat memukau. Terlebih lagi riasan wajah yang dipolesnya hanyalah riasan sederhana, yang biasa dia gunakan sehari-hari. Rasanya masih sulit dipercaya, baru seminggu yang lalu dia bertemu dengan Jose, kini dia akan menikah dengan pria itu. Dan yang membuat pernikahan ini mungkin terwujud hanya dalam waktu seminggu hanyalah karena mereka menyelenggarkannya dalam kesederhanaan. "Kau pastilah pengantin tercantik di Bacalar, Thalia," ucap Ramona, salah satu sahabat karibnya semasa sekolah, selain Gabriella dan Alodia, berbisik di telinganya. Tatapan mereka saling bertaut di dalam cermin namun Thalia tersenyum sendu pada sahabatnya itu. "Untuk apa jadi pengantin tercantik jika pernikahan ini tidak pernah kuinginkan. Apalagi dia yang akan menjadi suamiku. Dia sa
Hari sudah gelap saat mereka tiba di kediaman keluarga Berbardo. Pemandangan megahnya rumah itu membuat Thalia melupakan sejenak ketidakhadiran keluarga besar Berbardo di pernikahannya dengan Jose yang digelar dengan sederhana. Tidak ada satu pun dari keluarga Berbardo yang menghadiri pernikahan sederhana mereka karena mereka semua harus menghadiri pernikahan Fernando dan Gabriella yang diselenggarakan di gedung hotel bintang lima termewah di kota mereka. Jose tidak mengatakan apa-apa tentang hal itu. Pun Thalia tidak berkomentar. Dia tidak mau ambil pusing. Toh, dia menikah dengan Jose Antonio semata-mata hanya karena memenuhi keinginan ayahnya. Hanya senyum di wajah ayahnya-lah yang dia pedulikan. “Kita sudah sampai,” ucap Jose saat mobil berhenti tepat di depan tangga putih yang mengarah ke teras depan dengan pintu utama yang berwarna putih berkilau. Thalia turun dari mobil dan dengan segera langkah kakinya terasa berat memasuki rumah itu. Tuntunan
“Kasih sayang dan cinta. Dua hal itu yang sangat kurang dalam hidupmu, bukan?” Ucapan Thalia itu jelas menyinggungnya. Meskipun Jose tidak merasa terlalu sakit hati, tapi itu jelas menyinggungnya. Thalia benar, mereka tidak saling mengenal, tapi kenyataan bahwa gadis itu tahu sedikit banyak tentang dirinya, pastilah kalau bukan karena mendengarkan rumor yang beredar, dia pasti mendengar dari Fernando sialan. Jose menarik napas dalam-dalam, mengisi paru-parunya dengan oksigen, agar tubuhnya tidak mendidihkan amarah. Entah kenapa, dia merasa istrinya itu tidak akan menjadi sosok yang mudah, yang penurut. Padahal, dua hal itu adalah yang paling dia inginkan agar tidak terjadi percekcokan yang membuatnya mengeluarkan keberingasannya. Dia sangat mengetahui dirinya sendiri. Terpicu amarah sedikit saja, keinginan untuk membuat lawannya babak belur sangatlah besar. “Gantilah pakaianmu, sebentar lagi makan malam,” kata Jose pada akhirnya, setelah d
‘Fiuuuuh! Ya ampun!’ seru Thalia di dalam hatinya sendiri. Gadis itu juga mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih tak mampu menepis bayangan akan otot-otot bisep yang terawat dengan baik di tubuh suami di atas kertasnya tadi. Hampir seluruh tubuh Jose yang tertutupi oleh baju, dipenuhi dengan tato. Tato naga di punggungnya, tato wajah ibunya di lengan kanannya, serta tato bergambar pedang samurai di lengan kirinya. Tato! Ya, tentu saja! Jose Antonio sangat bertolak belakang dengan Fernando. Jika Fernando bertubuh ideal dengan wajah yang selalu ramah, Jose bertubuh besar, berotot, bertato, dan memancarkan aura liar yang mengerikan. Masalahnya, tato-tato itu juga… memesona. Seperti penggabungan seni dan pemberontakan. Dan itu semua ada di tubuh Jose. Thalia menepis kuat semua pemikirannya itu. Bagaimana bisa dia menyebut makhluk itu memesona? Tidak! Dia tidak boleh mengubah pendapatnya tentang suami di atas kertasnya itu. Jose Antonio adalah pri