Share

Terjerat Hutang Mr. Arogant
Terjerat Hutang Mr. Arogant
Penulis: HIZA MJ

Bab 1. Keriuhan Pagi

Di sebuah kamar kos bulanan dengan harga rata-rata di sekitaran ibu kota. Seorang gadis masih meringkuk bergelung selimut diantara terik matahari yang menyemburat melalui ventilasi kecil kamarnya.

Tidurnya sangat nyenyak sebab kelelahan melandanya hingga larut malam kemarin. Dering telefon yang sangat nyaring membuatnya terhenyak, mengerjap lalu bangkit menyambar ponselnya dengan cepat bahkan tak sempat melihat siapa si penelfon.

“Kamu dimana?” seru seseorang di telefon. Dari nada bicaranya terdengar sangat tidak sabaran.

Dia tersentak dan reflek menjauhkan ponselnya dari telinga. Melirik di layar untuk mengetahui si penelfon lalu kembali mendekatkannya di telinga dengan terburu karena tersadar akan sesuatu.

“aku masih di kos, sebentar. Aku kesiangan..”

“aneh-aneh aja, udah tau janjian sama dospem yang super pelit malah telat. Cepetan!!” tukasnya lagi yang langsung menutup sambungan telefonnya.

Laila bergegas menyamber kunci motornya lalu dengan cepat melajukan motornya ke arah kampus.

Hari ini memang ia sudah ada janji dengan dosen pembimbing tugas akhirnya yang bisa dikatakan pelit waktu. sudah satu bulan ia mengajukan janji temu tapi baru sekarang dipenuhi oleh dosen tersebut. Bukan salah dosennya, karena beliau memang super sibuk.

Dan sialnya, Laila terlambat karena bangun kesiangan. Malam sebelumnya ia harus lembur di kafe tempat kerjanya karena sedang ada pesta ulang tahun disana dan dia diharuskan standby sampai acara itu selesai.

Tiba-tiba,

Meong..

Brakkk

“aaarrghh..” Laila meringis. Kakinya tertindih motor yang jatuh menimpanya.

Beruntungnya, lukanya tak terlalu parah. Ia segera bangkit dan tersadar bahwa ia telah menabrak mobil didepannya tadi.

Saking terburu-burunya pikirannya sudah melayang terlebih dulu dan berada di kampusnya. Laila tidak fokus berkendara saat tiba-tiba seekor kucing melintas di depannya, dia terpaksa membanting arah dan menabrak sebuah mobil.

Sepertinya mobil mahal, apes aku. Gumamnya sambil meringis mengusap lututnya.

Seorang laki-laki tegap, gagah, tampan dengan celana bahan lengkap dengan jas rapi yang menempel di badannya serta sepatu kets hitam mengkilap keluar dari mobil itu sembari memegang tengkuknya.

“mata kamu dimana? nggak lihat ada mobil parkir disini sejak tadi?” tukas laki-laki itu dengan berkacak pinggang dengan satu tangan, dan tangan lainnya meraba bamper mobilnya yang baret karena tertabrak.

“maaf Pak. Saya menghindari kucing yang tiba-tiba menyebrang. Kalau saya arahkan motor saya ke kanan saya bisa dihantam kendaraan yang lain..” Laila mendongak sekilas untuk melihat si empunya mobil, lalu kembali mendekap lututnya yang tergores.

“jadi maksud kamu lebih baik menabrak mobil saya yang mahal ini? Apa kamu tahu harga perbaikan mobil ini?” sergah si lelaki.

“lalu apa saya harus menabrakkan diri saya dan bertaruh nyawa? Lebih berharga diri saya daripada mobil mewah bapak ini, asal bapak tahu!” Sahut Laila tak mau kalah. Dia benar-benar tak habis pikir, ada orang yang lebih menyayangi benda mati dan meminta dirinya menabrakkan diri. Sebegitu tak berharganyakah dirinya?

“cih! Aku tidak mau tahu, kamu harus ganti biaya perbaikan ini, 50 juta!” tukasnya dengan sinis dan mata melotot.

“li..lima? lima pu..luh jut..a? saya mana ada uang segitu?” Laila terperangah mendengar nominal yang bahkan tak pernah ia bayangkan bisa memilikinya.

“saya nggak mau tahu. Kamu bilang harga diri kamu lebih mahal, tapi 50 juta saja bikin kamu gagap gitu.” Omelnya lagi.

“tapi..”

“ini kartu nama ku. Kalau kamu sudah siapkan uangnya hubungi nomor itu.” ucap lelaki itu.

Laki-laki itu melenggang, memasuki mobilnya lagi dan melesat pergi.

Sedangkan Laila berjongkok mengambil kartu nama yang dilemparkan lelaki sombong tak berperasaan itu. Bahkan ia tak memiliki simpati sedikitpun padanya meski celana yang ia kenakan sobek karena bergesekan dengan aspal dan membuat lututnya berdarah.

“Malik Satya Bagaskara.” Gumamnya. Cukup lama Laila memandangi kartu nama saat tiba-tiba ia tersadar kembali bahwa dia telah membuang banyak waktu sang dosen.

“mbak nggak apa-apa? kenapa bisa terjatuh?” tanya seorang laki-laki yang menyadarkannya dari lamunan. Laki-laki itu bergegas turun dari motor gede nya dan membantu Laila.

“eh? Ha? Oh, saya nggak apa-apa mas.. Tadi ngehindarin kucing. Terimakasih.” Kata Laila sedikti terkejut dengan laki-laki yang tiba-tiba ada di belakangnya.

“saya bantu berdiriin motornya,” ucapnya.

“terimakasih..” sahut Laila.

“sama-sama mbak. Hati-hati lain kali..”

“iya mas, sekali lagi terimakasih,” ucapnya. Laki-laki itu mengangguk dan pergi.

Tanpa mempedulikan rasa sakit di lututnya, Laila sudah kembali melaju dengan motor maticnya itu. motor itu satu-satunya harta yang paling berharga yang ia miliki saat ini.

Masalah baru yang ia timbulkan kini harus melibatkan pundi-pundi uang yang jumlahnya tidak sedikit baginya. Orangtuanya hanya seorang petani di kampung, kendati demikian, jikapun Laila merengek dan meminta tolong pada orang tuanya akan musibah yang sedang ia hadapi, ia yakin orang tuanya mampu melunasi hutang itu.

Walaupun setelahnya pasti mereka akan dengan ketat melakukan puasa sebagai penghematan pengeluaran.

Laila tak sanggup membebani orang tuanya lagi yang sudah bersusah payah mengusahakan biaya untuk kuliahnya.

Laila tak sanggup melihat orang tuanya kembali harus menahan lapar demi melunasi hutangnya yang tiba-tiba. Laila akan mencari cara untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

***

“kamu kenapa? Kusut gitu..” tanya Denis yang kini tengah duduk menyesap es americano favoritnya.

Laki-laki yang mengenakan kaos oblong dan celana jeans panjang dengan sobek dilutut itu adalah salah satu sahabat Malik. Mereka memang sedang janjian bertemu dengan satu teman lainnya. Saka.

“habis ditabrak, sial banget gue hari ini..” Mendudukkan dirinya dengan kasar di kursi tepat berhadapan dengan Denis.

“kok bisa? Siapa yang nabrak? Tapi kok lu baik-baik aja gini kayaknya, muka lu aja kusut berantakan.”

“sialan!” Malik menyambar gelas milik sahabatnya, menyesap es americano itu hingga tandas.

“asem lu, pesen sendiri kek!” sergah Denis.

“kelamaan..” sahutnya.

“jadi siapa yang nabrak?” tanya Denis.

“perempuan sombong yang ngakunya harga dirinya jauh lebih tinggi daripada harga mobil gue, tapi suruh ganti rugi 50 juta aja dia langsung gagap.” Tukasnya, raut mukanya kentara menunjukkan kebencian yang dalam.

“hah? 50 juta? Emang separah apa kerusakannya?” tanya Denis lagi sembari melihat ice americanonya yang seketika tandas di tangan Malik.

“bamper belakang baret.” Sahut Malik santai.

“ya ampun Mal, baret doang nggak nyampe segitu kali..” Denis memandang sahabatnya tak percaya. Baru kali ini melihat Malik segitu sewotnya karena hal sepele, apalagi ini si penabrak adalah kaum hawa.

Tak seperti biasanya, sosok Malik yang dikenal dengan hobi tebar pesonanya kini menaruh benci pada perempuan tersangka satu-satunya penabrak mobilnya hingga meninggalkan bekas baret di bamper itu.

“biarin, gue mau liat sejauh apa kesombongannya..” tukas Malik.

“ckckck..Mana lagi si Saka nggak muncul-muncul,” Denis melemparkan pandangannya keluar menembus dinding kaca yang terletak tak jauh dari tempat duduk mereka. Dari luar nampak Saka melambaikan tangan pada Denis.

“nah, itu dia.” Lanjutnya.

Saka tiba dengan nafas tersengal. Mengejar waktu yang sudah lama ia lewatkan bersama dengan dua sahabatnya.

“dari mana aja lo, lama banget?” tanya Malik sewot.

“sory, habis nolongin orang kecelakaan tadi..” jawabnya masih dengan nafas yang sudah mulai teratur.

“yang satunya habis ditabrak yang satunya habis nolongin kecelakaan. Cocok memang anda berdua.” Sindir Denis pada Malik dan Saka.

“lo habis ditabrak? Sama siapa?” tanya Saka.

“harus nih aku ngulang ceritanya? Males banget,” sergah Malik.

Saka menaikkan alisnya, seolah bertanya, ‘kenapa dia?’ pada Denis.

“ditabrak perempuan, mobilnya sih yang ditabrak bukan dianya, dianya tengok aja, nggak ada lecet sedikitpun, tapi sewotnya minta ampun. Aku malah khawatir sama si penabrak,” terang Denis. Melempar tatapan heran pada sahabat yang baru saja memberikan sangsi konyol pada kaum perempuan.

“kenapa?” tanyanya lagi. Saka semakin penasaran.

“ditagih ganti rugi sama dia 50 juta. Gila nggak tuh!”

“ckckckck.. nggak berkurang arogannya, malah menjadi-jadi..” ledek Saka pada Malik.

Yang disindir melengos membuang muka. Dia masih merasakan kesal atas insiden yang merusak paginya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status