Share

Bab 4. Kencan Paksa

Tenggat waktu yang diberikan oleh Malik hanya tersisa satu minggu lagi, tapi uang yang berhasil dikumpulkan Laila baru mencapai 20 juta, itupun termasuk menguras seluruh uang tabungannya yang sangat bernilai baginya meski bagi Malik mungkin hanya sekali tarik untuk uang jajannya.

Ia bekerja siang malam dan sengaja meninggalkan kuliahnya sementara tapi uang yang ia kumpulkan bahkan tak mencapai setengahnya dari ganti rugi yang harus ia bayarkan.

Raisa sudah beberapa kali menawarkan diri meminjami, tapi ia tak ingin merusak persahabatannya hanya perkara arta.

Begitu pula Saka, pernah bertemu beberapa kali dan dia selalu menanyakan tentang masalah yang membelit Laila dengan sahabatnya, Malik. Tawaran bantuan dari Saka pun meluncur dari mulutnya, tapi mentah-mentah ditolak Laila.

“Terimakasih, mas. Biar saya selesaikan masalah saya sendiri mas, sementara saya belum butuh bantuan mas Saka, nanti kalau saya butuh bantuan saya akan bilang pada mas Saka.” Ucapnya pada Saka.

Lalu Saka bungkam. Rasa khawatir pada gadis belia menyergapnya, apalagi gadis polos ini berurusan dengan sahabatnya yang dia tahu persis bagaimana perangainya.

Laila gelisah, gundah dan resah.

“Haruskah menghubunginya meminta tambahan waktu? tapi kali terakhir dia bilang dengan ketus hanya 3 bulan. Aku harus gimana ini?” gumam Laila.

Malam ini dia memiliki pekerjaan di sebuah restoran, sebagai pelayan. Laila sangat bersyukur ketika diterima bekerja disana dan diijinkan untuk bekerja paruh waktu dan memiliki gaji yang cukup lumayan. Setidaknya bisa menutupi kebutuhannya sehari-hari dan juga sebagian kecil ia sisihkan untuk melunasi hutangnya.

***

Di tempat berbeda, di sebuah istana milik keluarga Bagaskara.

Malik tengah membolak-balikkan sebuah kartu tipis terbuat dari plastik jenis Polyethylene Terephthalate Glycol.

“Laila Putri.. nama yang singkat. Aku harus apakan anak ini? Waktumu 3 bulan sudah hampir habis, manis..” Malik menyeringai jahat. Entah dia kemanakan sisi welas asihnya selama ini, menghadapi Laila rasa-rasanya hanya ada rasa benci yyang tersemat.

Tok tok tok

Ketukan pintu menyadarkan Malik dari mainannya.

“Malik..” panggil sang mama.

“ya ma..” Pintu itu didorong masuk oleh mama.

“lagi apa kamu? Ditungguin Gladis dari tadi malah ngerem di kamar aja.” Tanyanya. Wanita yang usianya sudah hampir 60 tahun itu tetep nyentrik dan selalu tampil cantik meski hanya di dalam rumah. Badannya tetap langsing karena rajin mengikuti kelas Yoga, wajahnya kencang karena tak pernah absen perawatan ke salon. Dan aura berkelas semakin memancar berkat perhiasan yang selalu berganti rupa.

“aduh ma, mau ngapain lagi sih? suruh pulang aja, Malik lagi males.” Sahut Malik sambil menyimpan rapi kartu mainannya di dalam laci nakas.

“kok gitu? Dia udah nungguin lama di bawah, temenin dia keluar makan malam. Lagian ini kan malam minggu, keluar kemana kek” protes sang ibu.

“mama aneh, banyak orang tua nyuruh anaknya anteng di rumah nggak boleh kelayapan, lha ini anaknya diem malah disuruh keluar,bareng cewek lagi. Mama nggak takut Malik apa-apain itu si Gladis?” jawab Malik.

“awas aja kalo kamu berani apa-apain.. “ Sergah mama, “Udah sana, temenin makan doang. Mama udah janji sama orang tuanya, jangan kecewakan mama. Bersiaplah, cepat!” Perintah sang mama.

“males ma..” rengek Malik. Rasanya sayang sekali harus meninggalkan ranjang empuknya saat sudah dalam posisi siap menjemput mimpi. Ini malam minggu, tapi selalu menyebalkan bagi Malik yang jomblo.

“nggak ada bantahan!” ucap sang ibu lalu melengos keluar kamar tanpa menutup pintu kembali.

“ma, tutup pintunya lag--i.. “ pekik Malik menyerah frustasi. Lagi-lagi ia dipaksa menemani perempuan yang sangat dieluk-elukan oleh mamanya.

Terkadang, Malik heran apa yang membuat mamanya begitu memanjakan Gladis. Perempuan itu tak ada istimewanya sama sekali. Setidaknya itu menurut Malik.

Gladis selalu tampil glamour dan berlebihan menurutnya, perempuan itu selalu mengelukan barang-barang mewah dan kehidupannya yang berlebihan.

Meski Malik pun hidup di keluarga yang kaya tapi ia sama sekali tidak pernah menyukai kehidupan glamour dan berlebihan. Malik risih, setidaknya ia masih sedikit memiliki empati kepada kaum menengah kebawah.

Malik melangkahkan kakinya, sedikit menyeret menandakan bahwa ia benar-benar malas meladeni Gladis.

“ayo..” ajak Malik berjalan begitu saja melewati sofa tempat mama dan Gladis bercengkerama.

“kok lemes gitu?” tanya Mama.

“Cuma sedikit ngantuk.” Jawabnya bohong. Dia tetap berjalan lurus tanpa menunggu Gladis yang harus berpamitan.

“Gladis pamit ya tante..” ucapnya pada Mama.

“iya sayang, selamat bersenang-senang..” ucap mama Malik melambaikan tangan pada Gladis dan melemparkan senyum puas. Gladis berlari kecil demi menyusul langkah Malik.

Di sebuah restoran tempat dimana Gladis dan Malik makan malam bersama. Pandangan Malik tertumbuk pada seorang gadis yang sangat dikenalnya. Hampir 3 bulan ia tak bertemu dengan gadis itu, apa kabarnya? Kenapa dia tidak menghubungi Malik? Pikiran-pikiran itu tanpa diminta Malik melintas di kepala dengan sendirinya.

Gadis itu Laila, yang dengan teganya ia bebankan ganti rugi dalam jumlah besar tanpa tahu kemampuan pundi-pundi yang dimiliki si gadis itu. Dari kejauhan Laila dengan cekatan membersihkan meja, mengelap meja kaca dengan teliti dan merapikan vas bunga kembali pada tempatnya pas presisi.

Sudah malam begini tapi dia masih bekerja dan ini malam minggu? Gumamnya dalam hati.

Tiba-tiba ada setitik rasa bersalah menyergap Malik melihat kerja keras Laila. Dan dengan cepat pula sisi arogansi Malik menampik rasa bersalahnya. Dengan dalih itu adalah salah Laila sendiri yang ceroboh.

“kita pindah ke tempat lain aja!” kata Malik.

“kenapa? Aku suka disini, aku mau disini Malik.. please!” rayu nya dengan suara yang dibuat semendayu mungkin.

Malik mendengus lirih. Ia terpaksa menuruti keinginan Gladis, kalau tidak, hal remeh seperti ini pun pasti terdengar oleh mamanya dan dia akan mendengar setidaknya 30 menit ceramah dari sang mama.

Malik memilik meja di dekat jendela, sedikit berada di pojok dan semakin jauh dari posisi Laila berada. Sampai saat itu setidaknya Laila belum menyadari bahwa Malik si debitur dadakannya berada disana.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status