Status WhatsApp Ipar

Status WhatsApp Ipar

Oleh:  Lian Nai  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
41Bab
7.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Bagi Nita, memiliki ipar seperti Wati adalah bencana. Bagaimana tidak, setiap kali Nita bebelian maka Wati akan mencak-mencak di depan Adam-- suami Nita untuk dibelikan sesuatu yang sama. Bagaimana tindakan Nita melawan ipar seperti Wati?

Lihat lebih banyak
Status WhatsApp Ipar Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
b_lily04
Ringan. Ceritanya enak dibaca tanpa konflik yg muter2 bikin pusing. Happy ending buat adam dan nita. Kelahiran baby cantik... Terus mba wati dan bulek udah ga julid lagi. Hehehehe...
2023-02-14 12:54:48
1
41 Bab
Wati, oh Wati
"Beli kulkas baru, Nit?"Nita mengangguk ragu sambil mempersilahkan petugas toko membawa masuk kulkas barunya. "Buat apa sih, Nit? Ngabisin duit aja, kasihan Adam yang kerja, eh di rumah istrinya malah ngabisin duit beli hal-hal nggak guna!" hardik Wati-- istri dari Hadi, kakak Adam-- suami Nita."Ini bukan hal nggak guna, Mbak. Kulkas juga penting loh, apalagi aku kesulitan stok bahan makanan kalau nggak ada kulkas. Mbak tau sendiri kan kalau Mas Adam nggak mau makanan yang sama buat nanti sore," elak Nita membela diri. "Halah, itu sih cuma akal-akalan kamu saja, buktinya dulu waktu ikut sama Ibu, Adam itu pemakan segala!""Ya itu kan dulu, Mbak. Lain dulu lain sekarang dong!" sahut Nita tak mau kalah. "Lagipula kenapa Mbak yang marah-marah sih, Mas Adam saja nggak keberatan loh kalau aku bebelian barang elektronik.""Kamu itu ya, suka ngeyel kalau dibilangin!" seru Wati, "Aku itu kasihan sama adik iparku yang tenaganya kamu peras tapi hasil kerja malah dibuat foya-foya begini. Men
Baca selengkapnya
Jambak saja, Nit!
"Eh, tunggu, gimana maksudnya, Mbak?" Adam memicingkan mata sambil menatap Mbak Wati keheranan. "Kalau aku belikan Nita kulkas, itu karena dia kesulitan untuk menyetok bahan makanan. Nah, urusannya sama Farhan apa?"Mbak Wati berdecak sebal. Wanita bertubuh agak berisi itu bersedekap dada sembari menatap Nita yang tersenyum penuh kemenangan."Ya jangan begitu lah, Dam. Kamu kan tahu kalau Farhan itu suka banget sama es, Mbak mau beli kulkas juga Masmu belum punya uang. Lagian gak ada salahnya kan kamu menyenangkan hati Farhan," seru Mbak Wati tidak mau kalah. "Kamu sama Nita itu belum ada anak, anggap saja Farhan itu anak kalian, jadi kalau Nita beli apa-apa, usahakan Farhan juga dapat."Adam melongo. "Bisa begitu ya, Mbak?" tanya Adam sok lugu. Mbak Wati mengulas senyum penuh kemenangan sambil berkata. "Ya bisa dong! Anggap saja anak Mbak sama Masmu itu juga anak kamu. Jangan sungkan, Dam," ucap Wati legowo. "Mbak tau gimana rasanya nikah bertahun-tahun tapi belum dikaruniai anak, mu
Baca selengkapnya
Elo jual, gue beli!
"Bulek lupa siapa aku?" tanya Nita sengit. "Aku istri Mas Adam, aku juga punya hak atas rumah ini!""Kamu ikut andil apa memangnya?" sahut Bulek sinis. "Sudahlah, lagipula Wati cuma ambil ....""Cuma?" seru Nita semakin kesal. "Semua yang Bulek lihat di lantai itu hanyalah cuma buat Bulek?"Bulek Murni menelan ludahnya kasar sementara Wati melengos melihat Nita yang semakin menjadi."Jangan diambil ribut lah, Nit!""Keluar!" teriak Nita, "Keluar sekarang juga!""Nit, kamu sudah keterlaluan ....""Aku nggak peduli!" sela Nita cepat. "Keluar atau aku seret tubuh kalian berdua!"Bulek Murni menyikut lengan Wati. Keduanya saling pandang dan mengangguk samar."Nasib buruk apa yang menimpa kita, Wat. Bisa-bisanya Adam punya istri seperti dia," gerutu Bulek Marni. "Seharusnya dulu Bulek kekeuh saja jodohkan dia sama Melani, dia berpendidikan, bisa menghormati yang lebih tua."Wati mengangguk takut. Wanita berusia tiga puluh tahun itu menunduk hendak memungut beberapa bahan dapur yang bercece
Baca selengkapnya
Efek Jera
"Farhan! Farhan!"Nita yang sedang membereskan alat memasak dibuat kaget dengan suara Mbak Wati yang berteriak di depan rumahnya."Farhan, keluar kamu, Nak!""Farhan!"Nita segera mengelap tangannya yang basah dan berjalan ke tergesa menghampiri Farhan yang sekarang justru tertidur pulas di depan Televisi yang masih menyala."Cepat sekali anak ini tidur," gumam Nita lirih."Nita! Buka pintunya, jangan kau culik anakku!" teriak Mbak Wati jauh lebih lantang lagi.Nita mendelik, baru saja emosinya mereda akibat ulah ipar unik satu itu, kini Mbak Wati sudah datang dan menyulut emosinya untuk yang entah ke berapa kali."Farhan, keluar kamu, Nak! Ibu ada di depan!"Ceklek ....Beberapa tetangga terlihat berkerumun di depan rumah Nita sementara Mbak Wati pura-pura menangis dalam pelukan Bulek Murni."Mana anakku?" bentak Mbak Wati marah. "Kenapa kamu sekap anakku, Nita?""Sekap?" Ulang Nita, "Untuk apa aku menyekap Farhan, Mbak?""Halah, jangan sok pura-pura lugu kamu, Nit! Kamu sengaja kan
Baca selengkapnya
Tidak semudah itu, Marimar!
"Siapa yang ngajarin kamu bicara begitu, hah? Bilang sama Mama, pasti Tante Nita kan yang suruh kamu bilang begini di depan semua orang?" hardik Wati kepalang malu.Farhan menggaruk pelipisnya sambil memicing. "Mama kenapa marah-marah sih? Ibu Guru bilang, kalau ada orang yang nasehatin kita, harus didengar, gak boleh marah-marah.""Halah, banyak omong kamu! Ayo pulang, dan jangan datang kesini lagi. Haram kamu menginjakkan kaki di rumah ini, Farhan. Dengar apa kata Mama kan?"Farhan mengangguk takut sementara beberapa tetangga yang menyaksikan keributan di depan rumah Nita bisa menyimpulkan dengan sendiri siapa yang salah dan benar karena setiap hari mereka pun menjadi saksi betapa kerap Farhan bermain di rumah Nita hingga menjelang malam. Tidak mungkin seorang anak bisa betah berlama-lama dengan orang lain selain kedua orang tuanya kecuali memang Nita yang memperlakukan Farhan dengan sangat baik sehingga membuat bocah kecil itu merasa nyaman."Jangan racuni otak anak-anak, Mbak Wati
Baca selengkapnya
Duh, Wati!
"Astaghfirullah, Bulek Murni, sudah benar tindakan Adam membela Nita. Jangan jadi orang tua yang hasad," tegur Mpok Faridah-- tetangga samping rumah Mbak Wati. "Seharusnya 'sampean' itu bangga punya keponakan yang sayang istri, tidak mudah terpengaruh omongan orang lain. Kalau Adam jadi menantuku, sudah kubangga-banggakan seantero kampung."Bulek Murni mencebik. "Jangan ikut campur kamu, Dah! Ini urusan keponakan sama Buleknya!" hardik Bulek Murni kesal."Tau nih, pulang sana, Mpok! Kenapa para pendatang di kampung ini suka sekali mencampuri urusan orang lain sih, hah?""Lah, kalau gak mau tetangga tau masalah kalian, gak mau dapat komentar dari tetangga, ya jangan ribut di depan rumah dong. Gak tau malu!"Mpok Faridah menggerutu sambil berlalu meninggalkan halaman rumah Nita yang masih memanas. "Tuh kan, Dam, gara-gara tindakan kamu yang berat sebelah ini jadinya para tetangga sudah gak menghargai Bulek lagi!" "Bulek, dengarkan aku!" pinta Adam, "Nita adalah istriku, aku memintanya
Baca selengkapnya
Wati, ente kadang-kadang ente!
"E-- eh, Mas, aku mau cari Farhan dulu," tolak Mbak Wati gugup. "Di-- dia belum makan, kasihan!""Farhan sudah makan kok, Mbak, kan tadi makan di rumahku. Malah hampir saja anak sekecil Farhan diperintah agar mencuri lauk di meja makan Tantenya sendiri," kata Nita jujur. Hadi menoleh menelisik wajah Mbak Wati yang semakin pias. "Kamu suruh Farhan mencuri?""Eng-- enggak lah, Mas, mana mungkin aku begitu!" sentak Mbak Wati, "Kamu kalau bicara jangan ngasal ya, Nit! Jangan jadi duri di rumah tangga kami, jadi jaga bicaramu itu!"Nita mengedikkan bahu. Hampir saja Adam kembali meledak-ledak mendengar hardikan Mbak Wati pada Nita, namun istrinya dengan sigap menggelengkan kepala dan mengurungkan niat marah Adam."Ayo, Mas! Masuk!"Hadi menghembuskan napas kasar dan melangkah mengikuti Adam juga Nita masuk ke dalam rumah sementara lengan Mbak Wati dicekal kuat oleh suaminya agar tidak pergi dengan alasan mencari Farhan."Eh, Bulek mau kemana?"Suara Nita mengagetkan Bulek Murni hingga wan
Baca selengkapnya
Si Paling Bisa Mengatur Uang
"Benar itu, Wat?"Mbak Wati bergeming, menunduk sambil menatap kakinya yang kalah putih dari kaki Nita."Jawab, Wati!" bentak Hadi."Di meja makan masih ada ayamnya, Farhan langsung makan saja ya, sendiri bisa kan?" tanya Nita lembut.Farhan mengangguk girang. "Hore!""Gak usah!" sentak Mbak Wati, "Jangan sok baik di depan Mas Hadi kamu, Nit!" imbuhnya menuai anggukan setuju dari Bulek Murni. "Farhan, balik!" teriak Mbak Wati. "Jangan minta makan disini lagi kalau ujung-ujungnya Mama difitnah di depan Papa kamu!"Hadi mengusap wajahnya frustrasi. Jujur, kebenaran yang baru ia ketahui membuatnya ragu. Pasalnya, setiap pulang bekerja, di meja makan selalu ada lauk meskipun terbilang bukan lauk mahal karena Wati selalu beralasan bahwa Farhan menghabiskan ayam atau ikan yang sudah ia beli tanpa menyisakan sedikit saja untuk Sang Papa. "Ma, Farhan mau ayam," rengek bocah kecil itu memelas. "Farhan bosan makan nasi sama kecap terus, Mama ....""Jadi selama ini kamu kasih makan anak kita c
Baca selengkapnya
OTW, Beli Mobil
"Astaghfirullah, Wati!" Hadi terlihat menahan emosi. Bagaimana tidak, demi menyaingi adik iparnya sendiri Wati tega membiarkan Farhan makan ala kadarnya selama ini. "Kulkas buat apa, hah?""Kamu selalu begitu, Mas," gerutu Wati, "Kalau ada istri yang ingin bebelian, dukung! Bukannya malah nanya emang buat apa? Tuh, Adam saja yang istrinya sok-sokan beli barang-barang mahal nurut-nurut aja," imbuhnya.Hadi menarik napas panjang. Masalah uang sekolah Farhan berbuntut panjang hingga menguak betapa dengkinya Wati selama ini pada Nita."Wat, astaghfirullah ... Mas benar-benar ingin menyerah saja!" "Mas ...." Wati merengek. Hadi mengusap wajahnya kasar yang memperlihatkan raut lelah karena pulang bekerja justru dihadapkan dengan masalah istrinya. "Buka otakmu lebih lebar, Wat. Jangan ukur baju orang lain di badan kita! Adam dan Nita bebas bebelian karena mungkin mereka mampu, sementara kita ... ada masa depan Farhan yang harus kita berdua perjuangkan, Wati!""Ya kan salah Mas sendiri menol
Baca selengkapnya
Kesedihan Nita
"Mas!" seru Wati tidak terima. "Kamu kenapa jadi begini sih, cuma gara-gara omongan Nita sekarang kamu jadi dzolim sama aku?" Hadi melengos. Napasnya semakin memburu mendengar Wati yang masih saja membela diri. Tidak ada penyesalan di wajahnya karena sudah membohongi suami selama ini. Belum lagi Farhan yang ia sengsarakan karena setiap hari hanya diberi nasi hangat dan kecap."Argh, terserah!" bentak Hadi, "Lelah bicara sama kamu, Wat! Jangan harap bulan depan kamu dapat jatah belanja."Hadi berlalu meninggalkan Wati yang menitikkan air mata di ruang tamu. Hatinya terluka karena dia anggap jika suaminya sudah termakan omongan Nita. Apa salahnya berhemat demi memiliki sesuatu yang berharga. Mobil misalnya!"Kamu jahat, Mas!" teriak Wati di sela-sela tangisnya. "Tega kamu menzolimi istri!" Blam ....Hadi menutup pintu kamar tanpa peduli teriakan Wati yang semakin menjadi-jadi. Kep
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status