Status Vulgar Adik Iparku
[Abangku perkasa guys, tahan beberapa ronde. Kalian tahan berapa ronde?]
Mataku membulat menatap status adik iparku di aplikasi biru.
Status yang hanya beberapa detik lalu di hapus itu sanggup membuat darahku naik seketika, jantungku berpacu lebih cepat, aliran darahku menjadi panas serta dadaku serasa sesak dan susah untuk bernapas. Kuremas telapak tanganku hingga tulang-tulang ruasnya memutih, dadaku bergelombang di Landa amarah sekaligus rasa penasaran.
.
Apa maksud dari status adik iparku ini?
Apakah hanya bercanda atau memang ada skandal terlarang antara suamiku dan adik iparku itu.
Pertanyaan demi pertanyaan terus melintas di benakku.
Dari awal Widya datang ke rumah ini, aku memang kurang suka dengan sikap remaja itu. Dia bukan saja kurang memiliki sopan santun tapi juga penampilanya vulgar dan suka memakai baju kurang bahan.
"Dia biarpun adik tiri tapi sudah aku anggap adik kandungku sendiri, pada siapa lagi dia akan mencari perlindungan kalau bukan di rumah abangnya ini," ujar suamiku saat aku mengutarakan rasa keberatan saat suamiku bilang akan mengajak adik tirinya tinggal bersama kami.
"Aku ngerti Mas, tapi biar gimanapun kalian itu bukan muhrim. Lagi pula aku..," aku tak meneruskan ucapanku tentang ketidak sukaanku pada penampilan Widya. Aku takut akan menyinggung perasaan suamiku yang akan sensitip jika menyangkut adik angkatnya.
"Tolong mengerti Hani, dia itu adikku, gak mungkin aku biarkan dia di luaran sana tanpa arah tujuan. Kamu tahu kan, Widya itu gak punya siapa- siapa lagi di dunia ini," ujar Mas Raka dengan wajah yang sulit aku artikan. Biasanya aku akan luluh jika melihat mimik wajah suamiku yang seperti itu.
"Aku ngerti Mas tapi kan bisa kita sewakan dia rumah," ujarku memberi solusi berharap Mas Raka mau mengerti kalau aku keberatan Adinya tinggal di rumah kami.
Di zaman seperti sekarang ini apapun bisa terjadi termasuk perselingkuhan antara adik angkat dan abang angkat. Bahkan hal itu kadang hanyalah kedok saja untuk menutupi sebuah skandal.
"Kamu itu kenapa sih?! Takut uang belanja kamu kurang kalau adikku tinggal di sini hah?!" bentak Mas Raka. Matanya membulat merah dengan dada yang bergelombang.
"Bukan gitu Mas, tapi.." aku tak meneruskan ucapanku saat Mas Raka mendelik tajam ke arahku.
"Ah sudahlah! Kamu setuju atau tidak setuju, Widya tetap akan tinggal bersama kita," kata Mas Raka dengan nada tinggi. Seperti biasa dia akan bersikap egois dan tak mau dibantah.
______
"Tumben sepi, Bang Raka belum pulang?" Suara seseorang mengagetkan aku dari lamunan. Aku seketika menoleh ke sumber suara.
"Kamu tu sudah berapa kali aku bilang kalau masuk rumah salam dulu, apa susahnya sih," ujarku jutek pada Widya.
Gadis itu sepertinya baru pulang kuliah. Terlihat tumpukan buku yang dia pegang dan juga tas ransel di punggungnya, riasan make up yang tebal serta memakai rok sepan dengan baju yang menonjolkan bagian tubuhnya.
Aku kurang suka kebiasannya yang main masuk begitu saja tanpa mengucap salam terlebih dahulu.
"Sorry lupa," jawab Widya cuwek sambil memapankan bokongnya di sofa.
"Oya, Mbak mau ngomong sama kamu," ujarku serius. Mataku tajam menatap gadis sexsi di hadapanku.
Widya mengerutkan keningnya menatapku.
"Mau ngomong apa?" ujar Widya ketus seperti biasa.
"Apa maksud kamu tadi buat status seperti itu?" ujarku. Sungguh hatiku bagai terbakar saat mengucapkan kata - kata ini, terbayang di pelupuk mataku tentang status vulgar Widya tadi yang membuat aliran darahku panas seketika.
"Status, status apaan?"
"Gak usah sok bego kamu, kamu pikir aku gak tahu, kamu buat status apa barusan. Gak malu kamu buat status seperti itu!" aku berkata dengan emosi yang meluap- luap dan gigi yang gemeretak, dadaku mulai bergelombang. Mungkin kalau tak ingat dia adik iparku, sudah ku kuliti dia.
"Ouh, itu? Memang kenapa?" ujarnya santai yang membuat emosi di dadaku makin meluap- luap hingga serasa sesak untuk bernapas. Hih, rasanya aku tak sabar ingin memaki dan menjambak rambutnya biar insaf.
"Kenapa, katamu, apa kamu gak malu buat status seperti itu soal Abang kamu sendiri?!" ujarku dengan nada kesal. Rasanya, pingin tak hihhh, ku gecek- gecek dia.
"Ouh, kamu cemburu aku buat status begitu? Ya wajar sih kamu cemburu, kamu tua jelek, secara bentuk tubuh juga lebih sexsian aku kemana- kemana. Aku saja heran kenapa Abangku bisa suka sama kamu." ujar Widya setengah mengejek hingga membuat gigiku kian gemeretak.
"Cemburu?! Gak, jijik banget aku cemburu sama perempuan murahan seperti kamu!" ujarku tak kalah ketus.
"Heh jaga mulutmu ya perempuan kampung," ujar Widya. Bocah ini makin lama makin melunjak.
"Aku memang kampungan tapi aku bisa jaga diri tak seperti kamu, murahan!" Balasku sengit.
Plak..
Tiba- tiba sebuah tamparan keras hinggap di pipiku, rasanya sugguh sakit, perih dan terasa panas.
"Mas Raka, kenapa kamu menamparku?" ujarku pada Mas Raka yang menatap tajam ke arahku. Matanya mendelik penuh amarah.
"Kenapa katamu? Aku sudah berapa kali bilang, kamu jangan pernah menghina adikku," ujarnya dengan suara tinggi sampai urat- uratnya keluar.
"Tapi dia mulai duluan Mas, dia itu gak ada sopan santunya sama sekali sama aku."
"Diam!" bentak Mas Raka.
"Istrimu itu cemburu sama aku Bang, gara- gara status yang unggah di Wa tadi," ujar Widya.
"Kamu itu apa- apaan sih gitu saja cemburu, Widya kan hanya bercanda sama teman- temanya."
"Bercanda katamu Mas! Kalau bercanda itu gak gitu, itu menjijikan, porno, mesum dan gak pantas seorang adik membuat status seperti itu soal Abangnya."
"Kalau kenyataannya memang begitu, gimana?" kata Widya tersenyum padaku.
"Apa maksud kamu?" tanyaku tak menmgerti.
"Masa iya harus di jelasin," ujar Widya tersenyum mengejekku.
"Ini apa maksudnya Mas?" tanyaku pada Mas Raka.
"Maksudnya, aku sama Abangku ini memang ada hubungan dan kami memang sudah ehm ehm sih, makanya aku bisa bilang kalau dia perkasa," ujar Widya yang membuatku darahku semakin naik.
Mataku membulat mendengar pengakuan Widya, benarkah Mas Raka yang aku kenal baik dan selalu bersikap lembut padaku itu memiliki sifat yang menjijikkan seperti itu?
Benarkah dia berzina dengan adiknya sendiri?
Bab 2 Status Vulgar Adik IparkuMenjijikkan"Maksudnya, aku sama Abangku ini memang ada hubungan dan kami memang sudah ehm ehm sih, makanya aku bisa bilang kalau dia perkasa," ujar Widya yang membuat darahku semakin naik. Mataku membulat mendengar pengakuan Widya, benarkah Mas Raka yang aku kenal baik dan selalu bersikap lembut padaku itu memiliki sifat yang menjijikkan seperti itu?"Apa benar itu Mas?" tanyaku pada Mas Raka yang dari tadi hanya diam mematung."Mm anu," jawab Mas Raka sambil mengusap tengkuk. Tampaknya dia gugup dengan pertanyaanku. Rasanya aku ingin meremas -remas wajahnya dan memukul dadanya. "Jawab Mas! Jangan anu- anu saja, apa benar kamu ada hubungan dengan Widya." Suaraku melengking ke seluruh ruangan, bahkan pundak Mas Raka sampai berjengkit mendengarnya.Sekilas dia menatapku dengan mulut yang sedikit terbuka, sepertinya terkejut dengan ledakan amarahku. Baru kali ini aku melengkingkan suara keras dihadapannya."Ck, jadi orang kok bego banget sih kamu, sudah
Bab 3 panik gak?"Aku pamit Mas," ujarku sambil melangkah melewati Mas Raka yang berdiri mematung dan melangkah menuju pintu keluar.Tunggu!Suara Mas Raka melengking tinggi menghentikan langkahku membuat aku berhenti melangkah dan menoleh ke arahnya."Ada apa lagi Mas, urusan kita sudah selesai tak ingin melihat wajah kalian lagi, aku jijik!" ketusku."Sombong amat. Heh! Abangku menyuruh kamu berhenti itu untuk melihat isi tas kamu. Mau lihat jangan- jangan benda berharga kami kamu ambil." "Aku bukan maling," ketusku. "Ck, gak yakin Gue," ujar Widya. Tingkah anak ini semakin lama kian menyebalkan, entah bagaimana dulu orang tuanya mendidiknya."Hai! Aku memang miskin tapi aku gak punya jiwa maling seperti kamu!" "Gak ush bac*t, sini tas kamu!" Tanpa ada sopan santun sama sekali, Widya mendekat dan merebut tasku."Maling mana mau ngaku," ujar Widya sambil mengeluarkan semua barang- barangku.Sungguh ingin rasanya aku cakar- cakar wajah bocah tak ada aklak ini.Beberapa saat kemudi
Bab 4 Bodo Jangan Kebangetan"Sayang, aku gak pengecut, aku cuma cari waktu yang tepat, makanya tadi aku bilang kalau yang terjadi antara kita hanya prang." Mataku membulat mendengar penuturan Mas Raka barusan. "Apa Mas! Jadi prang itu betulan, kalian betul- betul ada hubungan hah!" ujarku dengan emosi meledak- ledak, membuat dua orang kakak beradik pendusta itu menoleh ke arahku."Han- Hani, sejak kapan kamu di situ?" tanya Mas Raka. Dari suaranya terdengar gugup."Kamu tak perlu tahu sejak kapan aku di situ Mas, yang jelas aku sudah tahu semua tentang kalian. Pendusta, pembohong, penzina, menjijkkan kalian!" ujarku penuh emosi. Napasku memburu, dadaku bergelombang, ada yang panas di dalam sini."Dasar kamu saja yang bod*h, mau saja di kebuli, makanya punya otak di pakai, jangan buat pajangan," ujar Widya ketus.Bocah songong ini sepertinya mulutnya perlu di cabein biar kapok.Ku remas tanganku lalu ku kepal erat melihatnya," dasar bocah songong, apa tanparanku tadi kurang keras h
Bab5 Mulai Curiga"Maksud Lo apa?" tanyaku tak mengerti karena jujur selama ini aku kalau tidur ngebo, mulai tidur jam 8 atau 9 malam dan tak kan bangun sebelum adzan subuh, kecuali malam itu."Makanya bego jangan kebangetan, maksud Gue gini, Gue curiga Raka naruh apa- apa di susu Lo sebelum tidur, makanya Lo kalau tidur pules banget kek orang koit," ujar Tary. Aku memang punya kebiasaan minum susu sebelum tidur dan Mas Raka selalu membuatkanku susu sebelum tidur."Maksudnya obat tidur?" "Tumben pinter," kata Tary tapi aku tak akan terlena dengan pujiannya, aku tahu habis ini mulutnya yang asal nyap- nyap itu pasti bilang bego lagi."Terus tujuannya apa?" "Tujuanya kalau Raka mau pindah ke kamar Widya terus ehm- ehm Lo gak tahu," sinis Tary."Masa sih Mas Raka begitu, gak ah," ujarku."Makanya Lo kalau bucin jangan kebangetan. Heran Gue sama Lo, diapain sih sama Raka sampai lola gini? Di kasih duit kagak, kenal juga baru beberapa bulan terus nikah, kok Lo bisa bertekuk lutut gini, s
Bab 6 Status Vulgar Adik IparMantra Penunduk IstriAku tidur dengan gelisah, berulang kali mata kupejamkan tapi tak dapat terlelap. Hingga aku merasakan gerakan halus Mas Raka, dia berhenti sejenak sebelum melangkah.Sempat ku intip dia mengendap- ngendap membuka pintu, mau kemana dia?Apa benar dia akan menuju kamar Widya?"Kamu mau kemana Mas?" tanyaku yang membuat Mas Raka sukses terkejut, pundaknya berjengkit, mulutnya melongo sesaat aat menatapku. Sesaat kemudian dia mengusap tengkuk dan menggaruk kepalanya.Entahlah mungkin kepalanya ada ketombenya."Eh, mm, kamu belum tidur Sayang?" tanya Mas Raka. Dari gelagatnya tampak salah tingkah."Belum Mas, kamu mau kemana kok keluar, mau ke kamar Widya ya?" Mas Raka tampak kaget dengan pertanyaanku."Eh, ya, ya enggak dong Sayang. Mau ngapain juga malam- malam ini ke kamar Widya, mm aku mau, mau ke toilet Sayang," ujar Mas Raka."Mas," ujarku yang membuat Mas Raka berhenti melangkah dan berbalik menatapku kembali."Ya Sayang." "Toile
Bab7 Status Vulgar Adik IparkuAku Tak Bodoh "Iya, jangan sampai. Mungkin kita cari saja dukun yang lebih sakti, yang memiliki mantra penunduk lebih ampuh dari Ki Joko." Apa ini, dukun, mantra penunduk, rencana?'huh, dasar kampungan! Main dukun ternyata, pantas aku jadi Oon se oonnya.' batinku.Emosiku mendadak naik ke ubun- ubun, kurang ajar sekali mereka. Apa mereka gak tahu kalau dukun itu jatuhnya ke sirik, seperti orang tak beriman.Aku melangkah cepat dengan emosi yang menggebu- gebu, napasku tersengal, tanganku mengepal erat. Namun, aku gak dapat apa- apa kalau hanya sekedar memaki saja.Ok, aku ikuti permainan kalian saja."Mas, Wid, kalian sudah pulang?" tanyaku. Sebisa mungkin menyembunyikan hati yang meluap-luap karena emosi, aku harus tenang."Eh, Sayang. Iya sudah, baru saja sampai," jawab Mas Raka yang kelihatan gugup melihatku.Sepertinya dia takut aku mendengar apa yang dia ucapkan tadi."Kalian sudah makan, aku masak enak lo," ujarku seperti biasa, seolah tak terja
Bab8 Kita Balas Mereka"Maksud kamu?" tanya Mas Raka. Wajahnya tampak tegang dan matanya menatap tajam padaku."Masih kurang jelas, kok mendadak jadi telmi ya, anda," ujarku sambil tersenyum sinis."Halah Bang, palingan dia menggeretak, wanita sebodoh istrimu itu, otaknya mana sampai mau buat hal kek gitu," ujar Widya."Wow, Nona Widya yang terhormat namun sayang otaknya dangkal. Coba anda cek, sertifikat anda ada di rumah atau di tangan notaris, hah?" Sebenarnya di antara sadar atau gak, mungkin akibat pengaruh mantra penunduk yang katanya selalu di rapal Mas Raka atau memang otakku agak geser sejak jadi istri Mas Raka, aku diam- diam mengambil surat-surat penting milik Mas Raka dan aku alihkan atas namaku, aku juga meminta notaris untuk menyimpan benda berharga itu.Enak saja, dia minta haknya tiap hari sementara hakku dia kasihkan pada wanita lain.Tanganku sudahpun bersiap untuk membuka daun pintu. Namun, tidak, aku akan main cantik untuk memberi pelajaan pada mereka, sekalipun s
Bab 9 Pusaka ( Twiter) Menghilang Pov Raka"Wajahmu kenapa Bang?" tanya Widya saat kami berpapasan di dapur. Gadis kesayanganku itu membelai pipiku yang mungkin sudah lebam dan membiru akibat dipukuli secara brutal oleh Hani tadi malam, bahkan twiterkupun masih terasa sakit akibat kena tendangan si Hani, untung aku gak pingsan. "Shsh, haduh sakit," ujarku agak berteriak menahan nyeri."Eh maaf, sakit ya Bang?" ujar Widya. "memang itu kenapa sih Bang, kok wajahmu jadi hancur gitu.""Itu istri Abang yang gak cantik itu pakai ngelindur segala, Abang di sangka maling terus di gebukin, mana twiter Abang juga di tendangnya," ujar sedikit memelas."Aduh, sakit dong," ujar Widya sambil meringis. "Terus si twiter apa kabar Bang, masih sehat kan?" "Hiis, dasar mentel, bukannya Abang yang di tanyain kabar malah twiter," sewotku."Kan twiter juga penting sih Bang," jawab Widya. Aku sama Adik Tiriku ini sebenarnya sudah lama berhubungan, bahkan sejak pertama kali Widya di bawa Papa ke rumah