Bab5 Mulai Curiga
"Maksud Lo apa?" tanyaku tak mengerti karena jujur selama ini aku kalau tidur ngebo, mulai tidur jam 8 atau 9 malam dan tak kan bangun sebelum adzan subuh, kecuali malam itu.
"Makanya bego jangan kebangetan, maksud Gue gini, Gue curiga Raka naruh apa- apa di susu Lo sebelum tidur, makanya Lo kalau tidur pules banget kek orang koit," ujar Tary. Aku memang punya kebiasaan minum susu sebelum tidur dan Mas Raka selalu membuatkanku susu sebelum tidur.
"Maksudnya obat tidur?"
"Tumben pinter," kata Tary tapi aku tak akan terlena dengan pujiannya, aku tahu habis ini mulutnya yang asal nyap- nyap itu pasti bilang bego lagi.
"Terus tujuannya apa?"
"Tujuanya kalau Raka mau pindah ke kamar Widya terus ehm- ehm Lo gak tahu," sinis Tary.
"Masa sih Mas Raka begitu, gak ah," ujarku.
"Makanya Lo kalau bucin jangan kebangetan. Heran Gue sama Lo, diapain sih sama Raka sampai lola gini? Di kasih duit kagak, kenal juga baru beberapa bulan terus nikah, kok Lo bisa bertekuk lutut gini, si Raka juga bukannya ganteng." ujar Tary ketus.
Aku sendiri tak tahu kenapa begitu jatuh cinta pada Mas Raka sampai uangpun hanya di jatah buat belanja saja, aku bisa main, jajan juga uang dari pemberian Papa.
Jujur aku sendiri kurang mengenal Mas Raka, kita menikah lewat perkenalan singkat melalui aplikasi mencari jodoh. Aku yang di tinggal nikah tunanganku setelah hampir enam tahun pacaran menerima lamaran Mas Raka begitu saja setelah sebulan kenal dan aku juga tak perduli sekalipun mendapat tentangan dari Papa.
"Coba malam ini Lo gak usah minum tu susu, gimana reaksinya, apa mata Lo masih tetap merem dari sore hingga ke pagi atau kagak," ujar Tary.
"Gak bisa! Mas Raka marah kalau aku gak minum susu buatannya," kataku.
Tary berdecak kesal, " sini ku bisikkin!"
"Kalau Mas Raka marah?"
"Marah balik! Bego kok kebangetan!" ketusnya.
Aku sendiri gak tahu kenapa aku bisa bertekuk lutut sama Mas Raka sehingga apapun yang Mas Raka buat selalu benar padaku.
Kadang aku bertanya,' seperti inikah cinta buta itu?'
Setelah mengobrol cukup lama dan aku sudah capek di bego- begoin terus sama Tary, akupun pulang. Seperti biasa Tary yang bayarin karena Mas Raka gak pernah ngasih aku uang jajan.
_____
"Dari mana kamu?" tanya Mas Raka yang dari wajahnya tampak kesal, entah apa sebabnya.
"Dari ketemu teman Mas," jawabku. Aku melongokkan kepalaku saat mendengar suara tawa Widya.
Gadis itu seperti biasa hanya memakai hotpans dan singlet ketak bahkan sampai menonjolkan bagian dadanya. Sebentar dia tertawa, sebentar menjerit entah dengan siapa dia menelpon.
"Widya itu telpon dengan siapa sih?" ujar Mas Raka ketus.
"Ya gak tahu Mas kan aku baru pulang," jawabku.
"Aku gak suka dia telponan sama lelaki seperti itu, aku gak suka ada lelaki lain yang dekat dengannya."
"Namanya anak muda Mas," jawabku cuek.
Ini bukan pertama kalinya Mas Raka bersikap aneh, bahkan dia juga pernah hampir memukuli teman lelaki Widya saat main ke rumah.
"Aku gak suka ada lelaki sentuh- sentuh Widya seperti itu," ujarnya kesal.
"Ya kalau gak mau Widya di sentuh sembarang lelaki ya suruh Widya jaga pergaulan dong Mas, terus nasehatin dia untuk pakai -pakaian yang sopan, jangan pakai -pakaian sexsi begitu," ujarku.
"Gak papa aku suka," ujar Mas Raka.
"Maksud Mas?"
"Pokoknya Mas gak suka kamu telponan dengan lelaki manapun, titik!"
Suara keras Mas Raka menyadarkan aku dari lamunan.
"Ya terserah aku dong Mas," jawab Widya ketus.
"Widya! Berani kamu lawan Mas, hah!" teriak Mas Raka, dadanya turun naik, matanya membulat menatap Widya tajam. Entah apa yang membuat Mas Raka begitu marah, padahal Widya hanya menelpon tadi.
"Abang urus saja istri kamu yang tua itu, gak usah masuk campur urusanku," ujar Widya ketus.
Padahal selisih usiaku dengan Widya hanya selisih beberapa tahun tapi hobby sekali dia bilang aku tua.
"Widya!" teriak Mas Raka sampai urat- urat lehernya kelihatan. Namun, tak diperdulikan oleh Widya, gadis itu terus berjalan menuju kamarnya.
"Sudah dong Mas, biarin aja! Namanya juga anak muda," ujarku membujuk Mas Raka yang masih emosi.
"Aku gak suka dia punya pacar, aku gak suka di duakan."
"Maksudmu Mas?" tanyaku.
Apa maksudnya Mas Raka tidak suka di duakan oleh Widya, masa iya dia cemburu adiknya punya pacar.
"Masa iya Mas mau cemburu kalau Widya punya pacar, kan wajar Mas biar dia ada teman kalau mau kemana- mana," ujarku menjelaskan.
"Aku ada, aku siap kapanpun antar Widya kemanapun," jawab Mas Raka. Wajahnya masih memperlihatkan kekesalan.
"Ya kan beda Mas, pacar sama Abang."
"Tapi aku ini pa..," Mas Raka menjeda ucapannya.
"Tapi kamu apa Mas, Pa apa?"
"Maksudku aku ini pengganti Papanya, sudahlah. Yok temenin aku makan."
____
Malam harinya.
"Sayang susunya kak gak di minum?" tanya Mas Raka padaku yang pura- pura sibuk membersihkan wajah.
Tary pesan agar aku tak meminum susu buatan Mas Raka, dia curiga Mas Raka memberikan obat tidur pada susuku.
"Iya Mas bentar," jawabku.
"Ya sudah, Mas tidur duluan ya ngantuk. Susunya jangan lupa di minum," pesan Mas Raka sesaat sebelum menarik selimut.
Sesaat kemudian terdengar dengkuran halus Mas Raka, ku ambil susu buatanya dan kubuang ke dalam closet kemudian aku kasih air yang banyak agar Mas Raka tak curiga.
______
Aku tidur dengan gelisah, berulang kali mata kupejamkan tapi tak dapat terlelap. Hingga aku merasakan gerakan halus Mas Raka, dia berhenti sejenak sebelum melangkah.
Sempat ku intip dia mengendap- ngendap membuka pintu, mau kemana dia?
Apa benar dia akan menuju kamar Widya?
Bab 6 Status Vulgar Adik IparMantra Penunduk IstriAku tidur dengan gelisah, berulang kali mata kupejamkan tapi tak dapat terlelap. Hingga aku merasakan gerakan halus Mas Raka, dia berhenti sejenak sebelum melangkah.Sempat ku intip dia mengendap- ngendap membuka pintu, mau kemana dia?Apa benar dia akan menuju kamar Widya?"Kamu mau kemana Mas?" tanyaku yang membuat Mas Raka sukses terkejut, pundaknya berjengkit, mulutnya melongo sesaat aat menatapku. Sesaat kemudian dia mengusap tengkuk dan menggaruk kepalanya.Entahlah mungkin kepalanya ada ketombenya."Eh, mm, kamu belum tidur Sayang?" tanya Mas Raka. Dari gelagatnya tampak salah tingkah."Belum Mas, kamu mau kemana kok keluar, mau ke kamar Widya ya?" Mas Raka tampak kaget dengan pertanyaanku."Eh, ya, ya enggak dong Sayang. Mau ngapain juga malam- malam ini ke kamar Widya, mm aku mau, mau ke toilet Sayang," ujar Mas Raka."Mas," ujarku yang membuat Mas Raka berhenti melangkah dan berbalik menatapku kembali."Ya Sayang." "Toile
Bab7 Status Vulgar Adik IparkuAku Tak Bodoh "Iya, jangan sampai. Mungkin kita cari saja dukun yang lebih sakti, yang memiliki mantra penunduk lebih ampuh dari Ki Joko." Apa ini, dukun, mantra penunduk, rencana?'huh, dasar kampungan! Main dukun ternyata, pantas aku jadi Oon se oonnya.' batinku.Emosiku mendadak naik ke ubun- ubun, kurang ajar sekali mereka. Apa mereka gak tahu kalau dukun itu jatuhnya ke sirik, seperti orang tak beriman.Aku melangkah cepat dengan emosi yang menggebu- gebu, napasku tersengal, tanganku mengepal erat. Namun, aku gak dapat apa- apa kalau hanya sekedar memaki saja.Ok, aku ikuti permainan kalian saja."Mas, Wid, kalian sudah pulang?" tanyaku. Sebisa mungkin menyembunyikan hati yang meluap-luap karena emosi, aku harus tenang."Eh, Sayang. Iya sudah, baru saja sampai," jawab Mas Raka yang kelihatan gugup melihatku.Sepertinya dia takut aku mendengar apa yang dia ucapkan tadi."Kalian sudah makan, aku masak enak lo," ujarku seperti biasa, seolah tak terja
Bab8 Kita Balas Mereka"Maksud kamu?" tanya Mas Raka. Wajahnya tampak tegang dan matanya menatap tajam padaku."Masih kurang jelas, kok mendadak jadi telmi ya, anda," ujarku sambil tersenyum sinis."Halah Bang, palingan dia menggeretak, wanita sebodoh istrimu itu, otaknya mana sampai mau buat hal kek gitu," ujar Widya."Wow, Nona Widya yang terhormat namun sayang otaknya dangkal. Coba anda cek, sertifikat anda ada di rumah atau di tangan notaris, hah?" Sebenarnya di antara sadar atau gak, mungkin akibat pengaruh mantra penunduk yang katanya selalu di rapal Mas Raka atau memang otakku agak geser sejak jadi istri Mas Raka, aku diam- diam mengambil surat-surat penting milik Mas Raka dan aku alihkan atas namaku, aku juga meminta notaris untuk menyimpan benda berharga itu.Enak saja, dia minta haknya tiap hari sementara hakku dia kasihkan pada wanita lain.Tanganku sudahpun bersiap untuk membuka daun pintu. Namun, tidak, aku akan main cantik untuk memberi pelajaan pada mereka, sekalipun s
Bab 9 Pusaka ( Twiter) Menghilang Pov Raka"Wajahmu kenapa Bang?" tanya Widya saat kami berpapasan di dapur. Gadis kesayanganku itu membelai pipiku yang mungkin sudah lebam dan membiru akibat dipukuli secara brutal oleh Hani tadi malam, bahkan twiterkupun masih terasa sakit akibat kena tendangan si Hani, untung aku gak pingsan. "Shsh, haduh sakit," ujarku agak berteriak menahan nyeri."Eh maaf, sakit ya Bang?" ujar Widya. "memang itu kenapa sih Bang, kok wajahmu jadi hancur gitu.""Itu istri Abang yang gak cantik itu pakai ngelindur segala, Abang di sangka maling terus di gebukin, mana twiter Abang juga di tendangnya," ujar sedikit memelas."Aduh, sakit dong," ujar Widya sambil meringis. "Terus si twiter apa kabar Bang, masih sehat kan?" "Hiis, dasar mentel, bukannya Abang yang di tanyain kabar malah twiter," sewotku."Kan twiter juga penting sih Bang," jawab Widya. Aku sama Adik Tiriku ini sebenarnya sudah lama berhubungan, bahkan sejak pertama kali Widya di bawa Papa ke rumah
"Ceraikan saja istrimu Bang!" ujar Widya. Namun, selalu aku tolak karena aku merasa Hani menyembunyikan sesuatu dariku, dia sepertinya anak orang kaya, hanya saja tak mau ngaku. "Kita masih perlu dia untuk masak dan mengurus rumah ini," jawabku beralasan."Tapi gimana kalau dia tahu kita ada hubungan dan menyebar aib kita Bang, malu kan aku. Apalagi folower IG sekarang ini makin banyak." "Kamu tenang saja, Abang sudah dapat mantra penunduk istri biar si Hani itu nurut sama kita," ujarku.Widya tersenyum mendengar ucapanku."Loh, kalian di sini?" Aku hampir lompat saat tiba- tiba terdengar suara Hani, entah dari mana datangnya."Is, bisa gak sih jangan bikin jantungan orang, nylonong saja tanpa permisi," ketus Widya."Loh ini kan dapur, tempat umum, masa iya harus permisi dulu. Lagian aku mau masak kok," ujar Hani sambil meletakkan kresek besar di atas meja, mungkin berisi belanjaan."Mau masak apa Sayang?" tanyaku kemudian mendekat ke Hani."Mas mau aku masakin apa?" tanya Hani lemb
ab 10 Kapokmu Kapan Mas"Gak bisa ehem- ehem dong Lo," ujar Tary"Ya kali Gue masih mau di sentuh pria menjijikkan seperti itu, bagus aku di sentuh kambing dari pada dia!" ujarku penuh emosi membuat Hani melongo seketika menatap ke arahku."Yakin Lo mau di sentuh sama kambing?" ujar Tary."Is apaan sih Lo Tar, masa iya aku mau di sentuh sama kambing, bau lagi," ujarku begidik ngeri."La tadi kan Lo bilang." "Ya tadi kan cuma karena emosi aja, dodol," ku tekankan kata 'dodol' pada teman tak ada aklak itu. Kesel aku jadinya."Ouh kirain beneran mau, kalau aku mah baik gak sentuh dari pada di sentuh kambing, bau bandot, bulunya banyak lagi," ujar Tary.PokKu tabok pundak Tary karena kesal.________Sesampainya di rumah, aku lihat mobil Mas Raka terparkir di halaman dan juga motor Widya. Pikiranku sudah traveling, dua manusia terkut*k itu pasti sedang berduan sekarang ini."Mas," panggilku. Samar- samar aku dengar suara kasat- kusut di dapur dan benar saja dua manusia menjijikkan itu
Sekian menit kemudian makan matang. Segera ku sisihkan tiga piring yang sengaja aku beda- bedakan corak piringnya. Untuk piring Mas Raka, aku ambil piring itu lalu aku rapal mantra yang aku dapat dari nenek moyangku. Belum tahu mereka kalau moyangku adalah dukun kalimantan yang sakti. Sebab itulah mantra mereka sebenarnya tak berkesan sedikitpun padaku, cuma aku pura- pura oon biar ramai eh biar bisa ngatur strategi.Selesai dengan piring Mas Raka aku beralih ke piring Widya, untuk perempuan murah*n itu aku rapal mantra pembangkit nap*su bira*i. Gak terbayang nanti saat naluri wanita Widya memuncak ingin di belai malah pusaka alias twiter Mas Raka justru mengkeret, mengecil dan hampir hilang.Ku tutup mulutku menahan tawa, membayangkan kepanikan mereka nantinya._____Aku tersenyum saat melihat dua makluk itu makan dengan lahapnya, tanpa curiga sedikitpun kalau makanan itu sudah ku mantrain.Asyik nanti malam lihat video orang panik gratis.____"Sayang ini susunya," ujar Mas Raka sa
Bab11 Yah Kok Pingsan"Ada apa sih?" tanya Mas Raka menatap Widya."Itu lihat twiter kamu!" Wajah Mas Raka seketika berubah pucat, tubuhnya gemetar. "Awww, kok jadi gini twiterku," teriak Mas Raka panik.Hahaha...kapok kamu Mas!Aku yakin sekarang ini Mas Raka panik sepanik-paniknya, gimana gak panik kalau senjata handalannya tiba-tiba mengkeret. Salah sendiri sih gak pakai pusaka pada tempatnya.Aku gak tau dan gak mau tahu kapan Mas Raka kembali ke kamar kami, yang jelas pagi harinya aku lihat dia sedang meringkuk membelakangiku tapi aku yakin dia tak bisa tidur semalaman.Gimana mau tidur kalau twiternya jadi kecil, aku tertawa jahat dalam hati."Mas, kamu tadi malam kemana sih?" tanyaku setelah melihat pergerakan tangan Mas Raka.Mas Raka berbalik menghadap kearahku, matanya sayu mungkin akibat kurang tidur dan wajahnya pucat seperti mayat. Dan kian terlihat pucat dengan pertanyaanku."Ak- aku gak- gak kemana- mana kok Sayang," jawab Mas Raka gugup."Ah masak, aku bangun jam 12