Bab8 Kita Balas Mereka"Maksud kamu?" tanya Mas Raka. Wajahnya tampak tegang dan matanya menatap tajam padaku."Masih kurang jelas, kok mendadak jadi telmi ya, anda," ujarku sambil tersenyum sinis."Halah Bang, palingan dia menggeretak, wanita sebodoh istrimu itu, otaknya mana sampai mau buat hal kek gitu," ujar Widya."Wow, Nona Widya yang terhormat namun sayang otaknya dangkal. Coba anda cek, sertifikat anda ada di rumah atau di tangan notaris, hah?" Sebenarnya di antara sadar atau gak, mungkin akibat pengaruh mantra penunduk yang katanya selalu di rapal Mas Raka atau memang otakku agak geser sejak jadi istri Mas Raka, aku diam- diam mengambil surat-surat penting milik Mas Raka dan aku alihkan atas namaku, aku juga meminta notaris untuk menyimpan benda berharga itu.Enak saja, dia minta haknya tiap hari sementara hakku dia kasihkan pada wanita lain.Tanganku sudahpun bersiap untuk membuka daun pintu. Namun, tidak, aku akan main cantik untuk memberi pelajaan pada mereka, sekalipun s
Bab 9 Pusaka ( Twiter) Menghilang Pov Raka"Wajahmu kenapa Bang?" tanya Widya saat kami berpapasan di dapur. Gadis kesayanganku itu membelai pipiku yang mungkin sudah lebam dan membiru akibat dipukuli secara brutal oleh Hani tadi malam, bahkan twiterkupun masih terasa sakit akibat kena tendangan si Hani, untung aku gak pingsan. "Shsh, haduh sakit," ujarku agak berteriak menahan nyeri."Eh maaf, sakit ya Bang?" ujar Widya. "memang itu kenapa sih Bang, kok wajahmu jadi hancur gitu.""Itu istri Abang yang gak cantik itu pakai ngelindur segala, Abang di sangka maling terus di gebukin, mana twiter Abang juga di tendangnya," ujar sedikit memelas."Aduh, sakit dong," ujar Widya sambil meringis. "Terus si twiter apa kabar Bang, masih sehat kan?" "Hiis, dasar mentel, bukannya Abang yang di tanyain kabar malah twiter," sewotku."Kan twiter juga penting sih Bang," jawab Widya. Aku sama Adik Tiriku ini sebenarnya sudah lama berhubungan, bahkan sejak pertama kali Widya di bawa Papa ke rumah
"Ceraikan saja istrimu Bang!" ujar Widya. Namun, selalu aku tolak karena aku merasa Hani menyembunyikan sesuatu dariku, dia sepertinya anak orang kaya, hanya saja tak mau ngaku. "Kita masih perlu dia untuk masak dan mengurus rumah ini," jawabku beralasan."Tapi gimana kalau dia tahu kita ada hubungan dan menyebar aib kita Bang, malu kan aku. Apalagi folower IG sekarang ini makin banyak." "Kamu tenang saja, Abang sudah dapat mantra penunduk istri biar si Hani itu nurut sama kita," ujarku.Widya tersenyum mendengar ucapanku."Loh, kalian di sini?" Aku hampir lompat saat tiba- tiba terdengar suara Hani, entah dari mana datangnya."Is, bisa gak sih jangan bikin jantungan orang, nylonong saja tanpa permisi," ketus Widya."Loh ini kan dapur, tempat umum, masa iya harus permisi dulu. Lagian aku mau masak kok," ujar Hani sambil meletakkan kresek besar di atas meja, mungkin berisi belanjaan."Mau masak apa Sayang?" tanyaku kemudian mendekat ke Hani."Mas mau aku masakin apa?" tanya Hani lemb
ab 10 Kapokmu Kapan Mas"Gak bisa ehem- ehem dong Lo," ujar Tary"Ya kali Gue masih mau di sentuh pria menjijikkan seperti itu, bagus aku di sentuh kambing dari pada dia!" ujarku penuh emosi membuat Hani melongo seketika menatap ke arahku."Yakin Lo mau di sentuh sama kambing?" ujar Tary."Is apaan sih Lo Tar, masa iya aku mau di sentuh sama kambing, bau lagi," ujarku begidik ngeri."La tadi kan Lo bilang." "Ya tadi kan cuma karena emosi aja, dodol," ku tekankan kata 'dodol' pada teman tak ada aklak itu. Kesel aku jadinya."Ouh kirain beneran mau, kalau aku mah baik gak sentuh dari pada di sentuh kambing, bau bandot, bulunya banyak lagi," ujar Tary.PokKu tabok pundak Tary karena kesal.________Sesampainya di rumah, aku lihat mobil Mas Raka terparkir di halaman dan juga motor Widya. Pikiranku sudah traveling, dua manusia terkut*k itu pasti sedang berduan sekarang ini."Mas," panggilku. Samar- samar aku dengar suara kasat- kusut di dapur dan benar saja dua manusia menjijikkan itu
Sekian menit kemudian makan matang. Segera ku sisihkan tiga piring yang sengaja aku beda- bedakan corak piringnya. Untuk piring Mas Raka, aku ambil piring itu lalu aku rapal mantra yang aku dapat dari nenek moyangku. Belum tahu mereka kalau moyangku adalah dukun kalimantan yang sakti. Sebab itulah mantra mereka sebenarnya tak berkesan sedikitpun padaku, cuma aku pura- pura oon biar ramai eh biar bisa ngatur strategi.Selesai dengan piring Mas Raka aku beralih ke piring Widya, untuk perempuan murah*n itu aku rapal mantra pembangkit nap*su bira*i. Gak terbayang nanti saat naluri wanita Widya memuncak ingin di belai malah pusaka alias twiter Mas Raka justru mengkeret, mengecil dan hampir hilang.Ku tutup mulutku menahan tawa, membayangkan kepanikan mereka nantinya._____Aku tersenyum saat melihat dua makluk itu makan dengan lahapnya, tanpa curiga sedikitpun kalau makanan itu sudah ku mantrain.Asyik nanti malam lihat video orang panik gratis.____"Sayang ini susunya," ujar Mas Raka sa
Bab11 Yah Kok Pingsan"Ada apa sih?" tanya Mas Raka menatap Widya."Itu lihat twiter kamu!" Wajah Mas Raka seketika berubah pucat, tubuhnya gemetar. "Awww, kok jadi gini twiterku," teriak Mas Raka panik.Hahaha...kapok kamu Mas!Aku yakin sekarang ini Mas Raka panik sepanik-paniknya, gimana gak panik kalau senjata handalannya tiba-tiba mengkeret. Salah sendiri sih gak pakai pusaka pada tempatnya.Aku gak tau dan gak mau tahu kapan Mas Raka kembali ke kamar kami, yang jelas pagi harinya aku lihat dia sedang meringkuk membelakangiku tapi aku yakin dia tak bisa tidur semalaman.Gimana mau tidur kalau twiternya jadi kecil, aku tertawa jahat dalam hati."Mas, kamu tadi malam kemana sih?" tanyaku setelah melihat pergerakan tangan Mas Raka.Mas Raka berbalik menghadap kearahku, matanya sayu mungkin akibat kurang tidur dan wajahnya pucat seperti mayat. Dan kian terlihat pucat dengan pertanyaanku."Ak- aku gak- gak kemana- mana kok Sayang," jawab Mas Raka gugup."Ah masak, aku bangun jam 12
"Widya! Apa- apaan sih, kamu pikir mukaku ini tanaman, kamu siram- siram!" marah Mas Raka."Bueh, hai wanita tua, kamu buat minuman rasa apa sih, gak karuan gini!" "Rasa orange kan, seperti biasa," ujarku datar."Orange apaan! Pedes gini!" Ketusnya sambil mengibas-ngibas bibirnya."Ouh itu mungkin karena yang minum pelakor makanya rasanya jadi pedes," jawabku datar tanpa ekspresi membuat Mas Raka tersedat."Maksudmu apa!" tanya Widya melotot mirip nenek sihir."Eh maksudku tadi pas aku ngaduk pakai sendok, sepertinya itu sendok bekas aku ambil sambal dan aku lupa nyuci terlebih dahulu" ujarku.Jontor- jontor deh Lo, itu minuman aku kasih cabe se sendok.Widya megipas- ngipas lidanya kepedasan lalu secepat kilat mengambil minuman Mas Raka.ecus gak sih buat air!" Rasain tu minuman racikan khusus untuk pelakor, orange rasa garam.________Tary tak berhenti tertawa saat aku vidio call dia, tubuhnya yang kecil kek cabe rawit itu terguncang- guncang saat aku cerita."Hahaha, ampun..sakit
Pov Widya[Bang cepetan, udah gak tahan ni] chatku pada Mas Raka.Aku sendiri gak tahu sehabis makan malam tadi kenapa naluri kewanitaanku begitu meronta ingin di belai. Rasanya aku ingin segera mendobrak pintu kamar Bang Raka dan menariknya ke dalam kamarku.[Iya bentar, ini tunggu Hani minum susu dulu seperti biasa] jawab Bang Raka.Seperti biasa Bang Raka akan memasukkan obat tidur ke susu wanita tua itu jika kami ingin ber aye- aye ria.[Paksa saja minum Bang atau aku akan dobrak pintu kamarmu] [ Jangan gila dong!][Makanya cepetan] ujarku yang sudah di puncak hawa na*suku.[Iya, iya ini orangnya masih bersihin wajah] [ Bodo amat, pokoknya cepetan] balasku.Aku mondar- mandir kepanasan di dalam kamar, waktu berputar sangat lambat bahkan aku merasa jarum jam seperti tak berjalan. "Awas kamu Bang, kalau lama aku dobrak pintu kamarmu, bodo amat jika istri blo onmu itu tahu," gumamkuDari awal mereka menikah, aku memang sangat membenci wanita tua itu. Wajar sih, wanita mana yang ta